Pemberian bantuan paket sembako, kebutuhan rumah tangga dan alat alat sekolah kepada Muhammad Syaiful Anwar, Ketua Panti Asuhan Puri Kasih Tembilahan.
“Mari bersatu hati demi kebajikan dan bersumbangsih dengan rasa kebersamaan serta saling mengasihi dan saling memuji dalam mengulurkan tangan untuk saling membantu.”
-Kata Perenungan Master Cheng Yen-
Waktu menunjukkan pukul 12.45 WIB. Sepuluh relawan berseragam putih abu-abu dari Xie Li Indragiri bersiap menuju Panti Asuhan Puri Kasih di Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau, Sabtu (22/06/2024). Untuk sampai di panti asuhan ini diperlukan 1 jam 20 menit. Kunjungan kali ini dilakukan siang hari menunggu anak-anak panti selesai pembagian rapor di sekolah.
Panti Asuhan Puri Kasih berdiri sejak tahun 1985. Panti ini khusus menampung anak perempuan dengan jumlah penghuni awal sekitar 30 anak. Rentang usia mulai dari bayi hingga usia SMA. Pada 2024, penghuni panti menjadi 14 anak karena beberapa sudah tamat SMA. Kebijakan panti, mereka yang sudah tamat SMA harus belajar hidup mandiri dan meninggalkan panti. Semakin besar anak tentu kebutuhannya semakin banyak, sedang kemampuan panti terbatas. Karena itu panti sangat membutuhkan bantuan sembako dan peralatan mandi setiap bulannya.
Sesampainya di lokasi, para relawan segera menurunkan barang bantuan. “Selamat siang anak-anak, apa kabar, perkenalkan ini Bu Maratana, namanya siapa dan katanya habis terima rapor ya, gimana hasilnya, bagus-bagus semua pasti nilainya ya?” tanya Maranata sambil mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
“Saya Lia dari Sungai Salak, sekarang sudah lulus mau masuk SMP, Alhamdulillah saya dapat rangking 4 di kelas,” Jawab Kamelia (12) sembari menyambut tangan relawan.
“Saya Desi dari Sungai Salak juga bu, saya dapat rangking 3 di kelas, sekarang naik kelas 8, baru satu tahun saya tinggal di panti,” sambung Desi Ratnasari (15) dengan mata berbinar.
“Wah pintar-pintar ya anak di panti ini, bisa rangking 3, rangking 4 juga, hebat, pasti belajarnya tekun ini,” ujar Dessy Ferantika sembari tersenyum senang.
“Aku kelas 3 SD. Kalau aku tak tahu lah rangking berapa, soalnya bu guru tak ada kasih tau pun,” sahut Rasya Ulfa Zahra (10) agak cemberut.
“Tidak apa-apa kalau tidak tahu rangking berapa, yang penting nilainya bagus semua, gak ada yang merah seperti rapor jaman ibu dulu kan kalau jelek ada merahnya,” gurau Hafni Anggraeni membuat anak-anak dan relawan lainnya tertawa renyah.
Azira Salfa Nuraini terlihat tertawa lepas, ceria dan bahagia sekali saat diberikan buku tulis, buku gambar, pewarna dan alat alat tulis.
Meski baru pertama kali bertemu, keramahan relawan membuat suasana penuh keakraban, anak-anak pun merasa nyaman. Perwakilan dari relawan pun menyerahkan bantuan kepada anak-anak dan pengelola panti.
“Alhamdulillah kami semua relawan dari Tzu Chi Sinar Mas merasa bahagia sekali dapat berbagi kasih dengan anak-anak di panti asuhan ini. Apalagi hari ini bertepatan dengan pembagian rapor, anak-anak pasti sudah menerima rapor dengan hasil yang pasti baik semua ya. Semoga bantuan yang telah diberikan oleh yayasan dapat bermanfaat dan membantu kebutuhan anak-anak di panti ini untuk beberapa bulan ke depan,” tutur Muhammad Sastro Wibowo.
Bantuan yang diberikan berupa paket sembako seperti beras kemasan 10 kg, minyak goreng, mi instan, gula pasir, dan telur. Sementara perlengkapan mandi terdiri dari sabun mandi, sampo, dan pasta gigi. Perlengkapan rumah tangga terdiri dari sabun cuci baju, sabun cuci piring, pembersih lantai, pembersih kamar mandi serta perlengkapan sekolah seperti buku tulis, buku gambar, pulpen, pensil 2B dan pensil warna.
Wajah senang serta bahagia terpancar dari anak-anak dan pengelola panti. “Alhamdulillah, kami selalu merasakan terharu atas kedatangan bapak ibu relawan yang selalu bisa meluangkan waktunya untuk mengunjungi panti asuhan kami ini. Terima kasih banyak kami ucapkan, sangat luar biasa sekali perhatian yang telah diberikan oleh Yayasan Tzu Chi selama hampir tujuh tahun lamanya. Tentu saja bantuan ini sangat berarti bagi anak-anak kami,” ungkap Muhammad Syaiful Anwar, Ketua Panti Puri Kasih Tembilahan. Saiful enam tahun terakhir menjadi pengelola panti ini.
Barang yang sudah diserahkan segera dibuka anak-anak panti. Termasuk buku dan alat tulis. Betapa senangnya anak-anak melihat banyak buku tulis, buku gambar, pulpen, pensil, dan pensil warna.” Wah banyak kali, cantik-cantik, macam dikasih kado habis rapotan,” celetuk salah seorang anak dengan wajah bahagia. ”Iya ini untuk anak-anak semua, bisa dipakai untuk masuk sekolah nanti di tahun ajaran baru besok. Bagus-bagus ya,” sambung Maidani penuh senyum.
Tiba-tiba terlihat salah satu anak berdiri membawa alat tulis tersebut dan berjalan ke arah sebuah kamar yang letaknya paling belakang, disusul dengan seorang anak yang lebih kecil. Relawan yang tak sengaja melihat pun bertanya kepada temannya kenapa tiba-tiba masuk kamar.
“Ade emang gitu Bu kadang-kadang masuk kamar terus tiba-tiba nangis di kamar karena neneknya beberapa bulan lalu meninggal,” jawab Desi (15) dengan wajah serius. Setelah meminta izin kepada pengurus panti untuk melihat dua anak tersebut, relawan segera masuk ke dalam kamar.
“Lho kenapa nak kok nangis, tadi kan barusan kita tertawa gembira dengan teman-teman lainnya. Coba cerita sama ibu nak,” bujuk Agustina pelan sembari memegang tangan Ade (12) penuh perhatian.
“Teringat nenek bu, biasa nak libur macam ni, nenek suka jenguk aku sama adek terus diajak nginap semalam di rumahnya. Sekarang tak bisa lagi karena nenek dah ninggal, aku kangen sama nenek,” ungkap Ade berlinang airmata.
Agustina Melisa mengusap airmata Azira serta memberikan semangat dengan penuh kelembutan dan kasih sayang.
Adenia (12) dan Azira (8) adalah kakak beradik dari tiga bersaudara asal Teluk Bantayan. Hampir dua tahun kakak beradik ini tinggal di panti asuhan. Tahun lalu setelah sang ibu meninggal, bapaknya yang bekerja sebagai buruh pengangkut barang merasa kewalahan mengasuh tiga anaknya. Kondisi ekonomi keluarga sangatlah minim membuat anak-anak tak mampu bersekolah.
Ditambah lagi kehilangan sosok ibu membuat rumah semakin tak terurus. Ini yang membuat sang ayah menitipkan Ade di panti asuhan sementara dua adiknya dititipkan ke neneknya. Karena keterbatasan ekonomi dan juga fisik sang nenek sudah renta membuat Zira menyusul dititipkan ke panti. Meski begitu sang nenek kadang mengunjungi keduanya sembari membawakan makanan.
“Sabar ya nak, Ade harus ikhlas atas kepergian nenek karena nenek sudah tenang di atas sana bersama dengan ibu juga. Ade juga harus jadi anak yang kuat supaya bisa menjaga dan merawat adek. Kakak beradik harus saling menjaga dan selalu rukun ya,” ucap Agustina sembari memeluk Ade dengan penuh kasih sayang. Tiba-tiba Zira ikut menangis dan mengusap air matanya dengan tangan.
“Lho kok Zira ikutan nangis, Zira juga anak yang baik dan pintar kan, pasti bisa juga bisa mandiri seperti kakak. Ada kakak yang menjaga dan Zira harus nurut apa kata kakak ya,” sambung Agustina sembari menghapus airmata kemudian memeluk Zira.
“Ade dan Zira harus saling menjaga satu sama lain, harus pintar sekolahnya supaya apa yang dicita-citakan dapat terwujud, bisa menjadi kebanggaan keluarga,” tutur Agustina memeluk dan mengelus jilbab keduanya.
Ade dan Zira begitu terharu dan sangat bahagia mendapatkan pelukan dari relawan seperti pelukan hangat seorang ibu yang selalu mereka rindukan. Sangat tersentuh melihat dan merasakan kasih sayang yang diberikan para relawan. Memperlakukan anak-anak panti seperti anak sendiri, memeluk dan memberikan kasih sayang seperti layaknya anak sendiri. Bagi anak-anak panti, perhatian dan kasih sayang inilah yang selalu dibutuhkan.
Editor: Khusnul Khotimah