Pembagian Beras di Muara Angke
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Erli Tan (He Qi Utara), Teddy Lianto
|
| ||
Pada Minggu 29 September 2013, relawan Tzu Chi He Qi Utara melakukan pembagian kupon beras cinta kasih di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke, Jakarta Utara. Dan pada hari Minggu ini, 6 Oktober 2013, relawan Tzu Chi He Qi Utara membagikan lebih kurang 600 sak beras untuk warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke. Sebanyak lebih kurang 50 orang relawan pun turut membantu memperlancar kegiatan. Tidak hanya membagikan beras, tetapi relawan juga melakukan sosialisasi semangat celengan bambu kepada para warga Perumahan Cinta Kasih Muara Angke. Dengan harapan para warga juga dapat menyisihkan sedikit dari uang belanja mereka untuk menolong orang lain. Dengan dibuka oleh pesan cinta kasih dari Master Cheng Yen dan kata sambutan dari Wakil Walikota Jakarta Utara dan lurah setempat pembagian beras dilakukan. Dengan membentuk satu barisan panjang, satu persatu warga mengambil beras seberat 20 kg itu. Sambil berbaris, tampak wajah gembira para warga ketika menerima bantuan beras 20 kg dari Tzu Chi. Bantuan beras ini terasa sangat berarti, karena beberapa bulan ini harga kebutuhan pokok melonjak naik.
Keterangan :
Seperti halnya yang dirasakan oleh Cahsimi, warga Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke. Cahsimi yang tinggal di blok A2 lantai 4a ini terkena stroke satu tahun lalu. Dengan langkah yang tertatih-tatih sambil di tuntun oleh tetangganya ia datang ke balai warga untuk menukarkan kupon beras yang ia dapat dari relawan Tzu Chi dengan 20 kg beras. Melihat Cahsimi yang tidak stabil dalam berjalan, relawan pun membantu membawakan beras hingga ke rumahnya. Sambil berjalan kembali ke rumah, Cahsimi bercerita kepada saya, jika dirinya merasa sangat sedih karena dirinya masih sangat muda (44), tetapi harus terkena sakit seperti ini. “Kaya orang nggak berguna, cuma bisa menerima belas kasihan dari orang aja,” ungkap Cahsimi sambil terisak kepada saya. Sambil berjalan pun, Cahsimi menerangkan perjalanan hidupnya yang cukup pahit. Dari penggusuran rumahnya dulu hingga masuk ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke. Seolah nasib mempermainkan dirinya, karena sakit (stroke) ini pula suaminya pergi meninggalkannya. Beruntung urusan untuk menafkahi rumah tangga dapat dipikul oleh anak sulung dan menantunya. Selain itu, sanak saudara juga ada yang membantu memberikan santunan meskipun tidak begitu banyak, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan makan mereka sehari-hari. Setelah menceritakan kehidupan mereka, Cahsimi seolah tersadar jika dirinya sangat beruntung, karena masih begitu banyak orang yang peduli pada dirinya dan anak-anaknya juga masih berbakti merawat dirinya hingga dirinya dapat pulih seperti sekarang.
Keterangan :
Cahsimi juga merasa sangat bersyukur karena dengan adanya bantuan beras dari Tzu Chi, uang untuk membeli beras dapat ia gunakan untuk keperluan lain.”Dulu yang untuk beli beras perliternya hanya Rp6500 tapi sekarang bisa sampai Rp 9000. Untung ada beras dari Buddha Tzu Chi, jadi uang buat beli beras bisa dipake buat beli yang lain,” terang Cahsimi. Selain itu, wanita yang berusia 44 tahun ini juga sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah membantu dirinya dan keluarga yang terkena normalisasi Permerintah DKI Jakarta tempo lalu. Dulu ketika ia dan sekeluarga masih tinggal mengontrak di rumah yang lama, ia harus mengeluarkan biaya Rp 250.000 setiap bulan untuk sebuah rumah berdinding triplek seadanya. Tidak hanya itu, biaya untuk hidup mereka sekeluarga juga sangat kekurangan, kebutuhan makan satu hari saja belum tentu bisa terpenuhi. Beruntung Tzu Chi membantunya. Dengan menempati Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Muara Angke , ia dan keluarga kini telah dapat memenuhi kebutuhan untuk makan sehari-hari dan sanggup membeli perlengkapan rumah seperti televisi, kulkas, dan kasur springbed untuk tidur. Cahsimi mengatakan bahwa iuran pengelola di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Muara Angke tidak terlalu membebankan dirinya dan keluarga jika dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan ketika tinggal di rumah yang lama. Saya pun menanyakan jika sudah sembuh apa yang akan ia lakukan? “Kalau sembuh saya ingin berusaha kembali, mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidup saya dan keluarga,” jawab Cahsimi. Melihat semangatnya yang kuat untuk segera sembuh dan kembali membantu keluarganya sungguh membuat orang kagum. Setiap hari ia menyempatkan diri untuk turun ke bawah dan berjalan-jalan meregangkan otot kaki dan tangan bagian kanan yang telah kaku akibat stroke. Dengan usahanya tersebut, kini ia mulai bisa menanak nasi sendiri dan melakukan hal-hal yang ringan sifatnya. | |||
Artikel Terkait
Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi 2019: Bahu-Membahu Berbagi Cinta Kasih dalam Keharmonisan
12 Januari 2020Harmoni Satu Keluarga
23 Maret 2015 Alunan lagu Berbahasa Biak mengalun dari bibir para relawan di salah satu ruangan Kantor Tzu Chi penghubung Biak. Syair di atas merupakan refrein dari lagu “Satu Keluarga” yang sudah diterjemahkan ke Bahasa Biak.Bantuan untuk Warga Korban Kebakaran di Medan Maimun
16 Mei 2024Relawan Tzu Chi Medan memberikan bantuan kepada korban kebakaran di Medan Maimun. Bantuan yang diberikan berupa dana santunan, kebutuhan pokok, dan perlengkapan mandi.