Pembelajaran Satu Hari

Jurnalis : Himawan Susanto, Fotografer : Himawan Susanto
 
 

fotoLu Lien Chu (tengah) dan seorang relawan Tzu Chi dari Tangerang sedang menjelaskan barang-barang yang masih dapat didaur ulang maupun yang tidak dapat didaur ulang kepada para peserta Kunjungan Lembaga CSR Sinarmas.

Frans Karyadi dan 22 peserta kunjungan dari beberapa Lembaga Corporate Social Responsibility (CSR) Sinarmas lainnya terus saja memandang dan memperhatikan penjelasan daur ulang yang disampaikan oleh Lu Lien Chu, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Kantor Perwakilan Tangerang.  

Jangan Dibuang, Manfaatkan Kembali
Hari Jumat, 12 Februari 2010, Lu Lien Chu bersama seorang relawan Tzu Chi Tangerang lainnya secara gamblang menjelaskan barang-barang yang tidak lagi dapat didaur ulang, salah satunya styrofoam. Kalaupun styrofoam bisa didaur ulang, diperlukan waktu ratusan tahun untuk mengurainya.

Siang itu, Lu Lien Chu juga memperlihatkan beberapa contoh barang yang masih dapat didaur ulang dan dipergunakan kembali. Salah satunya adalah kaleng-kaleng susu bayi berukuran besar yang dapat difungsikan menjadi wadah penyimpanan barang dan bahkan tempat duduk yang nyaman, praktis, ringan, dan kuat.  

Estetia, salah seorang peserta berniat mencoba bangku tersebut. "Bisa dicoba. Ayo silahkan," kata Lu Lien Chu. Estetia pun lantas memegang bangku dan meletakkannya di lantai. Raut wajah peserta lain terlihat tidak yakin jika bangku buatan yang dibuat itu mampu menahan beban dan kuat diduduki. Lu Lien Chu yang menyadari hal itu kemudian berkata, "Ayo dicoba, pasti kuat."

Estetia lantas menduduki bangku buatan dan nyatanya tetap kuat. "Kuat juga ya," gumam peserta lainnya. Karena mereka penasaran, apa sih sebenarnya isi dalam bangku ini, bagian atas bangku itu pun dibuka. "Oh, ternyata kaleng susu bayi ukuran besar. Pantes kuat," seru peserta lainnya. "Iya, karena dari kaleng susu makanya kuat dan tahan," kata Lu Lien Chu menjelaskan. 


Tiga buah kaleng itu disatukan menjadi bentuk segitiga yang lantas kemudian ditutup dengan kertas daur ulang warna-warni. Bagian atas dan bawah kaleng pun sama, ditutup dengan kertas daur ulang yang lebih tebal sehingga cukup tebal dan nyaman saat diduduki.

 

Para peserta kunjungan pun dibuat terkagum-kagum, betapa barang yang tadinya tidak berguna, namun di tangan yang tepat dapat kembali menjadi barang yang berguna dan bernilai ekonomis.

foto  foto

Ket : - Tertarik dengan barang-barang hasta karya hasil para ibu rumah tangga Perumahan Cinta Kasih, para             peserta pun kemudian membeli dan menjadikannya sebagai buah tangan untuk dibawa pulang. (kiri)
        - Dengan serius dan kagum, para peserta pun menyimak penjelasan yang disampaikan. (kanan)

Pendidikan Lingkungan
Bagi Frans Karyadi, Deputi Direktur Manajemen Properti Duta Pertiwi, kunjungan ini adalah semacam pembelajaran baginya. Sebuah pembelajaran, karena pada dasarnya semua orang sudah memahami bagaimana kita menjaga kebersihan, membantu lingkungan. “Kayaknya itu sudah lama didengung-dengungkan oleh pemerintah maupun kita sendiri, tetapi pada praktiknya tidak semudah itu pelaksanaannya,” katanya.

“Kenapa? Karena budaya kita mungkin ya? Oh, ini budaya kita belum (menerapkan) budaya bersih. Oh, budaya kita belum budaya menjaga lingkungan,” katanya lagi. Namun, Frans lantas menyoroti apa yang dilakukan oleh Tzu Chi dengan para eks warga bantaran Kali Angke yang kini telah tinggal di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. “Ternyata bisa aja kan. Bisa kalau mau, bisa kalau diajarkan, dan bisa kalau dibiasakan,” tambahnya.

Dia lantas mengibaratkan perubahan yang sudah dilakukan Tzu Chi seperti menanam sebuah pohon. Ibarat menanam pohon, kalau dipupuk dengan baik pasti akan berbuah. “Berapa lama pun waktu yang kita butuhkan, selama kita mempunyai bibit yang baik, pupuk yang benar, tinggal nunggu waktu aja kapan dia akan berbuah,” jelas Frans.

foto  foto

Ket : - Para peserta tanpa sungkan bertanya kepada seorang guru Sekolah Cinta Kasih. Secara terbuka,              pengajar ini pun melayani dengan baik dan menjawab semua pertanyaan. (kiri)
         - Selain mengunjungi sekolah, posko daur ulang, dan gudang hasta karya Tzu Chi, para peserta juga              berkesempatan melihat RSKB Cinta Kasih dan berdialog dengan beberapa pasien. (kanan)

Bekal di Tempat Kerja
Selain mengunjungi dan melihat posko daur ulang, para peserta juga berkesempatan melihat suasana belajar siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi. Di sana, beberapa peserta juga sempat berdialog dengan seorang guru yang sedang memberikan pelajaran budi pekerti.

Usai berkunjung ke sekolah, mereka juga melihat ruang rawat inap RSKB Cinta Kasih Tzu Chi dan gudang hasta karya. Di gudang hasta karya, mereka melihat beberapa ibu rumah tangga sedang melakukan kegiatan melipat kertas, salah satu aktivitas yang rutin dikerjakan. Lewat kegiatan ini, para ibu rumah tangga ini juga turut membantu perekonomian keluarga mereka.

Setelah melihat proses dan aplikasinya, Frans memperoleh pembelajaran bahwa kita semua harus lebih peduli kepada lingkungan. Terlebih bagi Frans yang bekerja di manajemen properti, hal ini membuatnya untuk lebih menggiatkan pihak-pihak terkait untuk lebih peduli lingkungan.

Bagaimana mengajak para pemilik stan, pengunjung, maupun orang-orang internal untuk lebih menjaga lingkungan dan juga bagaimana melakukan pemilahan-pemilahan sampah agar lebih mudah didaur ulang.

“Dalam hal ini, proses pemilahan tersebut sudah dilakukan dengan bentuk himbauan-himbauan.  Dan ini harus ditindaklanjuti dengan hal yang lebih konkrit, lewat penyediaan tempat sampah yang sudah dipilah dan juga harus ada sosialisasi,” katanya. Karena bagi Frans, yang paling sulit adalah mendidik atau edukasi akan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan.

  
 
 

Artikel Terkait

Bersyukur atas Berkah dalam Diri

Bersyukur atas Berkah dalam Diri

27 Desember 2018

Di akhir tahun 2018, Minggu 23 Desember 2018 relawan Tzu Chi komunitas He Qi Utara 1 melakukan kunjungan kasih ke rumah singgah pasien kanker CISC (Center Information And Support Center). Kisah mereka menggugah relawan untuk bisa belajar bersyukur.


Kisah di Balik Sebuah Tungku Api

Kisah di Balik Sebuah Tungku Api

25 Agustus 2016
Relawan Hu Ai Jelambar melakukan kunjungan kasih pada 14 Agustus 2016 ke beberapa rumah penerima bantuan. Rumah Julikam adalah satu dari beberapa rumah penerima bantuan yang dikunjungi.
Mengikis Kegelapan serta Noda Batin

Mengikis Kegelapan serta Noda Batin

24 Februari 2015 Kegiatan Xun Fa Xiang adalah mendengarkan ceramah Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi dan rutin dilakukan oleh relawan Tzu Chi setiap Sabtu dan Minggu mulai jam 06.00-07.30.
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -