Pemberdayaan Akar Rumput

Jurnalis : Juliana Santy, Fotografer : Juliana Santy
 
 

foto
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, turut hadir dalam seminar nasional yang bertema “Potret Cabang dan Ranting Muhammadiyah DKI Jakarta” di Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Pada tanggal 16 Juni 2012 sejumlah pengurus Muhammadiyah di DKI Jakarta mengadakan seminar nasional yang bertema “Potret Cabang dan Ranting Muhammadiyah DKI Jakarta” di Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.  Pada kesempatan itu, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia pun turut diundang untuk berbagi mengenai “Pemberdayaan rakyat di akar rumput dan relawan hingga ke jejaring internasional”.

 

 

Muhammadiyah adalah sebuah organisasi Islam yang besar di Indonesia. Tujuan utama Muhammadiyah adalah mengembalikan seluruh penyimpangan yang terjadi dalam proses dakwah yang menyebabkan ajaran Islam bercampur-baur dengan kebiasaan di daerah tertentu dengan alasan adaptasi. Gerakan Muhammadiyah berciri semangat membangun tata sosial dan pendidikan masyarakat yang lebih maju dan terdidik. Menampilkan ajaran Islam bukan sekadar agama yang bersifat pribadi dan statis, tetapi dinamis dan berkedudukan sebagai sistem kehidupan manusia dalam segala aspeknya. Sebagai dampak positif dari organisasi ini, kini telah banyak berdiri rumah sakit, panti asuhan, dan tempat pendidikan di seluruh Indonesia.

Suriadi, Kepala Departemen Training dan Pengembangan Yayasan Budha Tzu Chi Indonesia, berbagi kepada sekitar 200 peserta yang hadiri mengenai sejarah Tzu Chi yang dirintis oleh seorang Bhiksuni, yaitu Master Cheng Yen bersama dengan 30 ibu-ibu rumah tangga  di Taiwan. Mulai dari gerakan menyisihkan uang 50 sen setiap hari ke dalam celengan bambu, dan perjuangan yang mereka lakukan untuk membantu sesama, hingga Tzu Chi telah menjadi sebuah NGO yang terdaftar di PBB dan tersebar di 52 negara.

foto   foto

Keterangan :

  • Pada seminar tersebut, Suriadi mengenalkan sejarah Tzu Chi pada saat awal berdiri hingga kini tersebar di 52 negara (kiri).
  • Para peserta yang hadir merupakan pengurus cabang dan ranting Muhammadiyah di DKI Jakarta (kanan).

Seminar yang rutin diadakan setiap tahunnya ini juga bertujuan untuk merevitalisasi kembali cabang dan ranting Muhammadiyah di DKI Jakarta, dua bagian yang memegang peranan penting dalam menunjang kinerja Persyarikatan Muhammadiyah di akar rumput/masyarakat. Yayasan Buddha Tzu Chi turut diundang karena pihak pengurus yang melihat kinerja Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui siaran DAAI TV. “Melihat kerelawanannya yang baik dan cara Tzu Chi terjun ke akar rumput yang  semua orang dapat melihat sendiri. Kita ingin yang seperti itu ditularkan juga. Tularkan untuk kemanusian,” ucap M.Dwi Fajri, selaku ketua panitia seminar nasional ini. 

Pada sesi akhir seminar pengenalan tentang Yayasan Tzu Chi, Suriadi pun ingin jalinan jodoh dengan para peserta terus berlanjut kedepannya, salah satunya dengan melakukan kegiatan bersama, “ Di Indonesia, Tzu Chi ada di 14 Kota, saya yakin nanti di wilayah, di daerah, ataupun di Jakarta, ada banyak kegiatan yang kita bisa lakukan secara bersama-sama, dan kita ingin membuka Silahturahmi lebih lanjut setelah event ini,” jelas Suriadi.   

  
 

Artikel Terkait

Mengenal Lebih Dekat Tzu Chi

Mengenal Lebih Dekat Tzu Chi

21 Oktober 2013

Minggu pagi yang cerah tanggal 29 September 2013, sekitar 40 orang peserta relawan Abu Putih, Relawan Baru, dan Tzu Ching mengikuti training. Training ini untuk kali pertama dilakukan oleh relawan-relawan Tzu Chi Makassar karena biasanya trainer datang dari Jakarta.

Lebih banyak Lagi Masyarakat yang Peduli Lingkungan

Lebih banyak Lagi Masyarakat yang Peduli Lingkungan

27 Juli 2022

Perubahan Iklim yang semakin ekstrem mengingatkan relawan untuk mempercepat langkah dalam mensosialisasi pelestarian lingkungan. Salah satu langkah tersebut ialah kegiatan sosialisasi (Ai Sha) yang diadakan di Perum. Villa Sempurna I, Tiban Indah, Batam.

 “Wati: Malaikat  Tak  Bersayap”

“Wati: Malaikat Tak Bersayap”

04 April 2022
Wati (32), warga Desa Rukun Damai, Bagan Jaya, Elok, Riau merawat tiga orang buah hatinya yang mengalami keterbatasan fisik. Suhariadi (42), (suami Wati) juga mengalami gangguan pendengaran, sehingga sulit berkomunikasi dengan orang lain.
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -