Pemberkahan Akhir Tahun 2017: Semangat Donasi Cinta Kasih
Jurnalis : Erli Tan, Yuliati, Lisda (He Qi Utara 2), Fotografer : Anand Yahya, Henry Tando, Erli Tan, Yuliati, Johnsen (He Qi Utara 2), indarto (He Qi Barat)Setiap tahun pada acara Pemberkahan Akhir Tahun juga dilakukan pelantikan terhadap komisaris kehormatan (Rong dong). Chen Liang May (kanan) juga menjadi salah satu rong dong yang dilantik pada acara yang digelar Minggu, 28 Januari 2018.
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menggelar Pemberkahan Akhir Tahun 2017 selama tiga sesi (27-28 Januari 2018) di Aula Jiang Jing Tang, Tzu Chi Center PIK. Pengunjung yang hadir pun mencapai 4. 821 orang yang terdiri dari relawan, donatur, dan masyarakat umum.
Setiap tahun pada acara Pemberkahan Akhir Tahun juga dilakukan pelantikan terhadap komisaris kehormatan (Rong dong). Rong dong adalah donatur yang menyumbangkan uang sebanyak NT 1 juta (456 juta rupiah –red) untuk Yayasan Buddha Tzu Chi yang digunakan untuk menjalankan misi-misi Tzu Chi. Tahun ini dari 24 orang yang dilantik, salah satunya adalah Monalisa Halim, yaitu anak dari relawan Tzu Chi bernama Lie Na Djap.
Setiap tahun melalui Lie Na, sudah sebanyak 6 orang keluarganya yang dilantik menjadi Rong dong, mulai dari mamanya, papanya, adik, kakak, suami, dan tahun ini anak pertamanya. Satu per satu dilantik sejak 2013. Sedangkan Lie Na sendiri belum mau menjadi Rong dong. Ia memilih untuk mengutamakan keluarganya.
“Saya ingin orang lain penuh berkah, saya juga mendoakan mereka selalu sehat,” harap Lie Na.
Awal
menjadikan keluarganya Rong dong
adalah terinspirasi dari adiknya yang bernama Patisankha Nana. Awalnya ia
diajak adik untuk menyumbangkan Rong dong
atas nama kedua orang tua mereka.
“Saat
itu pertama kali setor 50 juta wah.. terasa juga,” ujarnya sambil tertawa.
Setelah melepas 50 juta itu, Lie Na belajar menyadari mengapa orang lain sulit
memberi. “Tapi kemudian tidak timbul rasa melekat, karena saya berpikir uang
ini dimanfaatkan di tempat yang
tepat. Kalau tidak dimanfaatkan, uang itu hanya kertas biasa. Sekarang apalagi kan (Tzu Chi) lagi bangun rumah sakit.
Tzu Chi adalah rumah kedua saya, saya menganggap apa yang ada di Tzu Chi
sebagai bagian dari saya,” tutur Lie Na semangat.
Semangat berdana juga datang dari Lie Na Djap (kanan) yang menyumbangkan Rong dong atas nama anak sulungnya, Monalisa Halim (kiri).
Salah satu pengunjung, Robert (tengah) selain terkesan mengikuti kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun, ia juga berdonasi untuk pembangunan rumah sakit Tzu Chi.
Lie Na juga senantiasa mengingat pesan mamanya agar beramal. Dari mamanya juga ia melihat contoh teladan dalam membantu orang yang kesusahan. “Memberi seperti menggali sumur, kita tidak akan menjadi miskin dengan memberi amal,” tukasnya.
Adapula Chen Liang May. Wanita kelahiran tahun 1955 yang sudah tidak memiliki pendapatan ini menyisihkan uang selama dua tahun dari tabungannya. Tabungan tersebut berasal dari hasil penjualan sebidang tanah miliknya, ia mendepositokan dana tersebut dan mendapat bunga. Sehari-harinya ia bergantung hidup dari bunga bank tersebut. Sejak 7 tahun lalu ia bervegetaris, sehingga pengeluaran pun berkurang.
“Kehidupan saya menjadi sederhana, tidak beli yang bermerek mahal, pakaian juga hanya seragam Tzu Chi, sehingga kelebihan itulah yang bisa saya berikan untuk membantu orang yang membutuhkan,” jelas Liang May.
“Saya sangat bahagia, memiliki sedikit kemampuan ini, bisa membantu orang lain adalah sebuah berkah buat saya,” tutur Liang May yang sudah menjadi relawan Tzu Chi selama 24 tahun.
Semangat berdana yang dilakukan Lie Na
Djap dan Chen Liang May dalam menyumbang Rong
dong mendorong Robert, salah satu pengunjung untuk bersumbangsih. Namun
Robert bukan berdana sebagai Rong dong
melainkan berdana dengan cara lain. Ia tergerak hati untuk berdonasi
pembangunan rumah sakit Tzu Chi. “Donasi untuk cinta kasih sesama umat,”
ujarnya tersenyum.
Datang juga pengunjung lainnya, Anna bersama keempat anaknya untuk mengikuti kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun. Ia pun mendapat pelajaran bagaimana mengajarkan bersyukur kepada anak-anaknya.
Sebanyak 174 relawan yang menggarap ladang berkah di sesi umum 2 yang merupakan relawan barisan pembawa persembahan angpau, pelita, dan souvenir.
Robert yang tinggal di Jakarta Timur ini juga mengungkapkan kesannya yang cukup mendalam usai mengikuti Pemberkahan Akhir Tahun. “Sangat bagus sekali, pesan cinta kasih yang lebih dititikberatkan dan universal dalam membantu sesama,” ucap Robert.
Lain halnya dengan Anna yang hadir bersama keempat buah hatinya. Pengalaman pertama kali mengikuti kegiatan ini, ia pun memberikan kesan positif. “Sangat bagus, Tzu Chi banyakan sosialnya dan bantu orang,” ucap Anna. Ia juga merasa terharu ketika video perpanjangan cinta kasih untuk Suriah diputarkan.
“Saya terharu, sampai menangis. Kita enggak tahu kapan bencana datang,” ujarnya. Melalui kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun yang diikutinya, Anna juga mendapat pelajaran berharga untuk anak-anaknya. “Kita mengajarkan anak-anak untuk lebih bersyukur dan membantu sebisa yang kita bantu,” ungkap Anna.
Kerjasama Antar Relawan
Kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun bisa
berlangsung dengan lancar berkat kerjasama antar relawan dalam menjalankan tugas
masing-masing. Misalnya saja relawan barisan pembawa angpau, pelita, dan
suvenir. Mereka melaksanakan
tugas dengan penuh konsentrasi. Ada 174 relawan yang bertugas di sesi umum 2
yang merupakan gabungan relawan dari komunitas He Qi Utara 1, He Qi
Utara 2, dan He Qi Pusat.
Dalam Pemberkahan Akhir Tahun ini seluruh relawan dan penonton yang hadir berdoa bersama untuk keselamatan dunia.
Ada pula relawan yang menggarap ladang berkah masuk ke dalam tim sound sistem yang bekerja di balik layar namun memiliki peran penting selama acara berlangsung.
Melliza Suhartono, koordinator pembawa angpau pada sesi umum 2 ini bersama timnya mengatur secara detil bagaimana barisan relawan menjalankan tugasnya. Mulai dari yang mana dulu yang dibagikan untuk para tamu, langkah kaki yang mana yang lebih dulu, sampai waktu memutar badan sehingga tidak mengenai para penonton.
“Diatur juga jangan sampai nampannya saling bertabrakan, jadi ada yang posisi nampannya itu lebih tinggi. Kita atur rapi supaya lebih indah, yakni keindahan kelompok,” terang Melliza relawan dari He Qi Utara 2 ini.
Melliza sendiri mulai bergabung dengan Tzu Chi sejak tahun 2008. Dalam Pemberkahan Akhir Tahun 2017 ini, Melliza menyadari pentingnya bergerak cepat dalam pembinaan relawan-relawan yang baru.
“Ini kan sudah 25 tahunnya Tzu Chi Indonesia, sudah banyak yang kenal dengan Tzu Chi. Relawan juga tambah banyak, tambah banyak itu dalam jumlah yang sangat besar, nah itu bagaimana kita yang lebih lama di Tzu Chi geraknya lebih cepat lagi untuk membimbing yang baru-baru ini. Karena kalau misalnya tidak dibimbing itu mereka bisa saja hilang, mereka harus diberi ladang berkah yang baru, diajarkan juga supaya cepat bisa membimbing lagi yang relawan baru,” kata Melizza.
Ada pula relawan yang bertugas di bagian sound sistem. Tim yang berada di balik layar ini memiliki peran penting selama acara berlangsung, karena itu mereka selalu koordinasi dengan tim relawan yang mengatur acara di panggung.
“Kita selalu berkordinasi dan menyiapkan apa yang diperlukan tim acara,” kata Eric, salah satu tim sound sistem. “Ini mencakup mengatur lighting, audio, dan video. Persiapan sudah dilakukan empat hari lalu sebelum hari H. Ada 10 orang termasuk relawan yang membantu,” tambahnya. Sebagai tim sound sistem, Eric selalu memperhatikan durasi acara yang ditayangkan dan juga memberi aba-aba bagi para pemain untuk naik panggung via handy talky kepada tim lainnya.