Pemberkahan Akhir Tahun 2021: Penampilan Ling Jiu Shan Shang yang Dalam dan Memukau

Jurnalis : Metta Wulandari, Fotografer : Anand Yahya, James Yip (He Qi Barat 2), Metta Wulandari

Master Cheng Yen membuka pintu Tzu Chi demi membimbing relawan semua untuk memasuki pintu kebajikan. Lebih jauh lagi, Master membabarkan Sutra Teratai demi memimpin jalan relawan di Tzu Chi agar terhubung dengan Jalan Bodhisatwa. Sutra ini mengajarkan bahwa bagaimana pun kapasitas manusia, Buddha senantiasa mengarahkan kita untuk membangun tekad agar selain membawa manfaat bagi diri sendiri, kita juga memberi manfaat bagi semua makhluk. Inilah yang senantiasa Master ingatkan, menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri; menjadikan tekad guru sebagai tekad sendiri.

Persamuan Dharma di Puncak Burung Nasar tidak pernah berakhir, para Bodhisatwa berkumpul dari 10 penjuru, Buddha yang dijunjung membabarkan kendaraan agung. Semua gambaran ini seketika terpapar di hadapan kita, berada di tengah-tengah persamuan ini, dengan penuh ketulusan dan rasa hormat mendalam, kita bersujud di kaki Buddha, dengan sepenuh keyakinan kita berlindung kepada Buddha Dharma dan Sangha yang mulia. Bersiap menerima curahan air Dharma dari Sang Tathagata. Kita berikrar selama-lamanya di Jalan Sutra Teratai hingga tercapainya Kebuddhaan yang tertinggi.

***

Narasi tersebut adalah pembukaan singkat yang disampaikan oleh Hendry Zhou, Koordinator tim Pelatihan Tzu Chi Indonesia ketika penampilan isyarat tangan Ling Jiu Shan Shang (Di Puncak Burung Nasar) akan ditampilkan di Pemberkahan Akhir Tahun 2021, Minggu 23 Januari 2022.

Penampilan isyarat tangan yang memukau dari 78 relawan penampil Sutra tersebut sejujurnya tidak hanya ingin memperlihatkan keindahan budaya humanis Tzu Chi, namun lebih dari itu, sangat ingin memberikan suasana pembabaran Sutra Bunga Teratai yang begitu indah dan dalam.

Hendry Zhou, Koordinator tim Pelatihan Tzu Chi Indonesia memberikan narasi singkat yang disampaikan sebelum isyarat tangan Ling Jiu Shan Shang (Di Puncak Burung Nasar) ditampilkan.

Master Cheng Yen menuturkan:

Sutra Bunga Teratai adalah resep mujarab untuk menolong dunia. Berbagai Sutra yang Buddha babarkan mengajarkan kepada kita untuk sungguh-sungguh melatih diri. Yang terpenting, pelatihan diri ini harus dijalankan oleh setiap orang dengan tekun tanpa henti. Buddha datang ke dunia dan selalu ingin berbagi tentang kebenaran yang telah Beliau temukan.

Sejujurnya, Puncak Burung Nasar, tempat pembabaran Sutra Bunga Teratai secara fisik tidaklah luas. Namun, di dalam Sutra digambarkan bahwa jumlah makhluk yang hadir tidak terhitung. Ini menggambarkan dunia batin Buddha. Saudara sekalian, kita juga dapat memperluas dunia batin kita. Kita harus menyadari berkah. Kita juga harus selalu menggenggam waktu saat ini dan mempertahankan tekad yang timbul seketika. Inilah cara menyebarkan ajaran Buddha di dunia. Kita melihat kebenaran, kebajikan, keindahan. Selain itu, sebagai umat Buddha, berjuang demi ajaran Buddha, demi semua makhluk, bukanlah misi satu orang, melainkan semua orang dari kita.

Menghadirkan Atmosfer di Puncak Burung Nasar

Sebanyak 78 relawan penampil Sutra memberikan suasana pembabaran Sutra Bunga Teratai yang begitu indah dan dalam.

Lim Ai Ru, Koordinator Isyarat Tangan Tzu Chi Indonesia mengungkapkan bahwa isyarat tangan Ling Jiu Shan Shang ini adalah ungkapan keteguhan hati dari relawan Tzu Chi untuk terus memperkaya diri dengan Dharma sebagai landasan dalam berkegiatan sekaligus membangkitkan tekad untuk senantiasa menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri; menjadikan tekad guru sebagai tekad sendiri.

Melalui isyarat tangan Ling Jiu Shan Shang pula, kami ingin membangun atmosfer yang indah, tenang, dan mendalam sesuai dengan apa yang Master Cheng Yen tuturkan ketika Buddha membabarkan Sutra Teratai tersebut,” ujar Lim Ai Ru.

Tim isyarat tangann berfoto bersama usai kegiatan Pemberkahan Akhir Tahun 2021 dilaksanakan.

“Kami juga ingin senantiasa mengingatkan seluruh relawan bahwa Sutra inilah yang memimpin jalan kita di Tzu Chi. Setiap hari Master Cheng Yen dalam ceramahnya selalu memberikan ulasan kepada kita. Jadi di dalam Sutra Teratai, Buddha senantiasa mengharapkan kita membangun tekad, seperti Master yang selalu mengingatkan kita menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri; menjadikan tekad guru sebagai tekad sendiri,” imbuhnya.

Demi mendukung terciptanya suasana yang khidmat, penampilan isyarat tangan tersebut dilengkapi dengan lagu juga video yang memukau. Stephen Ang, Koordinator tim Zhen Shan Mei (Dokumentasi) Tzu Chi Indonesia, adalah relawan yang memprakarsai pembuatan video yang menjadi background para penampil Sutra tersebut.

Lim Ai Ru (kanan), Koordinator Isyarat Tangan Tzu Chi Indonesia mengungkapkan bahwa isyarat tangan Ling Jiu Shan Shang ini adalah ungkapan keteguhan hati dari relawan Tzu Chi untuk terus memperkaya diri dengan Dharma sebagai landasan dalam berkegiatan.

“Saya memilih puncak Gunung Everest (gunung tertinggi di dunia), dimana puncaknya sangat tinggi dan tajam – untuk menjadi highlight,” kata Stephen Ang, “Ini mengibaratkan relawan Tzu Chi yang berjalan setapak demi setapak demi mencapai puncak gunung yang tinggi, yang penuh rintangan dan tantangan. Namun ketika mereka berjalan dengan penuh rintangan itu, semua yang mereka lihat penuh dengan keindahan – awan, salju nan putih, dan pemandangan lainnya. Jadi ketika belajar Dharma memang tidak mudah, tapi pada akhirnya kita akan mendapatkan sesuatu yang membuat batin kita damai.”

Bukan hal yang mudah bagi tim isyarat tangan untuk tampil maksimal. Kondisi pandemi pun mempersulit setiap orang untuk bertatap muka tapi relawan penuh sukacita berlatih dan bertemu secara virtual. “Kami berlatih secara langsung tatap muka hanya dua kali. Untuk itu saya sangat gan en kepada seluruh relawan yang sepenuh hati berlatih dan bersungguh-sungguh membuat penampilan hari ini sangat indah,” ungkap Ai Ru.

Stephen Ang memilih puncak Gunung Everest (gunung tertinggi di dunia), dimana puncaknya sangat tinggi dan tajam – untuk menjadi highlight Ling Jiu Shan Shang.

Stephen Ang menerima angpao dari Master Cheng Yen yang diberikan oleh Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia.

Stephen Ang juga menuturkan kesulitan yang ada. Dibutuhkan pengertian yang mendalam akan filosofi Dharma untuk menghadirkan suasana Puncak Burung Nasar ke Aula Jing Si, lokasi Pemberkahan Akhir Tahun 2021 dilaksanakan. Ia mengaku harus mendengarkan lagu Ling Jiu Shan Shang puluhan, mungkin juga sampai ratusan kali selama hampir sebulan mempersiapkan videonya. Ia juga membedah bagaimana isi lagu tersebut bersama Hendry Zhou agar kata-kata filosofis dan kiasan dalam lagu terasa lebih gamblang dan bisa dipahami lebih mudah.

“Menerima tanggung jawab ini sebenarnya bersinergi dengan apa yang saya lakukan. Saya di Tzu Chi aktif di dunia foto dan video, untuk itu saya tidak ada keraguan dan langsung mengiyakan saja,” ungkap Stephen. “Memang kita harus bersungguh hati dalam menjalankan kegiatan, sehingga segala tantangan bisa kita atasi. Bersyukur karena bekerja dengan tim yang sangat solid dan mendukung segala sesuatu yang baik untuk kita,” imbuhnya.

Cahaya Kunang-Kunang Simbol Cinta Kasih Setiap Relawan

Dalam penampilannya, para penampil Sutra masing-masing menggenggam satu buah gantungan kunci berbentuk kunang-kunang yang bercahaya di tengah kegelapan.

Dalam penampilannya, para penampil Sutra masing-masing menggenggam satu buah gantungan kunci berbentuk kunang-kunang. Di mana Master Cheng Yen memaparkan bahwa, manusia pada hakikatnya bersifat bajik. Beliau juga mengibaratkan relawan Tzu Chi bagaikan kunang-kunang yang siap untuk terbang dan memancarkan cahaya.

“Setiap orang memiliki kekuatan cinta kasih bagai sebuah pelita di hatinya, yang memancarkan cahaya samar seperti kunang-kunang. Meskipun cahayanya samar, asalkan kita menghimpun kekuatan bersama, kita pasti bisa memancarkan cahaya yang cemerlang. Kunang-kunang bisa bersinar cemerlang di tengah kegelapan. Kehidupan kita juga hendaknya terus memancarkan kecemerlangan. Untuk itu, hendaklah kita lebih bersungguh hati. Demikianlah sebaiknya kita mengembangkan nilai kehidupan,” pesan Master Cheng Yen.

Sejalan dengan pesan Master Cheng Yen tersebut, Liu Su Mei, Ketua Tzu Chi Indonesia mengingatkan bahwa relawan senior harus mewariskan semangat dan memberi pendampingan. Relawan lama harus berani memikul tanggung jawab. Relawan baru harus belajar dengan penuh semangat.

“Kita semua harus mewujudkan semangat bersyukur, menghormati, dan mengasihi agar kita di Indonesia dapat menjadi murid yang membuat Master Cheng Yen merasa tenang,” kata Liu Su Mei.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Suara Kasih: Menyucikan Hati demi Menyelaraskan Empat Unsur Alam

Suara Kasih: Menyucikan Hati demi Menyelaraskan Empat Unsur Alam

27 Juni 2013 Tiga gedung sekolah sudah selesai dibangun. Salah satu gedung sekolah diresmikan tiga tahun lalu sehingga anak-anak bisa bersekolah dengan sukacita di sana. Dua gedung sekolah menengah lainnya diresmikan kemarin.
Persamuhan Dharma dan Pemberkahan Akhir Tahun 2022 di Pekanbaru

Persamuhan Dharma dan Pemberkahan Akhir Tahun 2022 di Pekanbaru

30 Desember 2022

Relawan Tzu Chi Pekanbaru mengikuti pemberkahan akhir tahun 2022 sesi relawan pada minggu, 11 Desember 2022. 

Empati dan Rasa Kemanusiaan yang Tinggi

Empati dan Rasa Kemanusiaan yang Tinggi

20 Desember 2021
Tak ada ragu, risih, maupun kikuk yang tampak saat para relawan Tzu Chi dari Komunitas He Qi Utara 2 memandikan Pak Siswanto (50), penerima bantuan Tzu Chi.
Luangkan sedikit ruang bagi diri sendiri dan orang lain, jangan selalu bersikukuh pada pendapat diri sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -