Tzu Chi Pekanbaru mengadakan Persamuhan Dharma sekaligus Pemberkahan Akhir Tahun 2024. Dalam kegiatan ini, para relawan membawakan isyarat tangan salah satunya Lagu Shi Tu Zhi Jian (Antara Guru dan Murid).
Tzu Chi Pekanbaru mengadakan Persamuhan Dharma sekaligus Pemberkahan Akhir Tahun 2024 bagi relawan pada Sabtu, 11 Januari 2025. Kegiatan yang berlangsung di Kantor Tzu Chi Pekanbaru ini dihadiri 175 relawan. Acara dimulai dengan penayangan kilas balik Tzu Chi Internasional sepanjang tahun 2024, yang menggugah hati banyak relawan yang hadir, termasuk Pricilia (25), yang merasa terharu menyaksikan kisah cinta kasih dari insan Tzu Chi, khususnya bantuan untuk bencana di Jepang di tengah gempa yang juga melanda Taiwan.
“Terharu dengan statement masyarakat yang dibantu, apalagi Taiwan juga dilanda gempa. Masyarakat di sana merasa Taiwan kan sedang kesusahan, apakah nggak apa-apa mereka menerima bantuan itu, mereka benar-benar merasa terbantu dengan bantuan itu, mereka merasa ada lho Tzu Chi yang membantu kita di saat kesusahan seperti ini. Padahal di Taiwan sedang kesusahan,” ungkap Pricil. “Master Cheng Yen kan bilang Tzu Chi itu untuk meringankan penderitaan semua makhluk, berharap Tzu Chi ada sampai generasi berikutnya. Saya merasa Tzu Chi regenerasi untuk meneruskan cinta kasih Master Cheng Yen kedepannya,” tambah Pricil yang sudah sejak SMP mengikuti Tzu Chi.
Pricilia Fernanda Saujana terharu ketika menyaksikan kilas balik Tzu Chi Internasional. Hal ini semakin memperkokoh tekadnya untuk meneruskan cinta kasih Master Cheng Yen dari generasi ke generasi.
Wismina (tengah bawah), berharap para peserta persamuhan bisa menyelami Sutra Makna Tanpa Batas dan Sutra Teratai sekaligus mempraktikkan jalan Bodhisatwa.
Acara dilanjutkan dengan Persamuhan Dharma yang menjadi momen paling ditunggu oleh para relawan. Persamuhan kali ini mengambil bagian dari Sutra Makna Tanpa Batas versi fan bai bab sifat luhur bagian awal dan terakhir dan Sutra Teratai bab perumpamaan tanaman obat. “Bagian awal menceritakan saat Buddha membabarkan sutra makna tanpa batas di puncak burung nasar, kondisinya seperti apa. Kalau untuk sutra teratai, perumpamaan tanaman obat itu menceritakan tentang akar kapasitas semua makhluk, tujuannya berharap kita semua bisa membangkitkan tekad ataupun berikrar untuk menjadi pohon besar yaitu menapaki jalan bodhisatwa,” jelas Wismina, yang merupakan salah satu penanggung jawab dari Persamuhan Dharma ini.
Sherly Tania (tengah/Tzu Shao) terkesan dengan salah satu penggalan lirik lagu yaitu dimana kita harus tetap melakukan perbuatan baik walau ada yang bersikap tidak baik sama kita.
Sherly Tania (SMP), murid kelas Tzu Shao, juga menjadi bagian dari Persamuhan Dharma ini dengan penuh ketulusan, seperti dengan bervegetaris selama ikut persamuhan ini. “Selama persamuhan kita harus bervegetarian, saya baru belajar untuk bervegetarian saat ikut persamuhan ini dan sekarang ingin seterusnya melanjutkan vegetarian itu,” ungkap Sherly.
Ia juga terkesan dengan salah satu lirik Sutra Makna Tanpa Batas Bab Sifat Luhur. “Ada lirik yang saya ingat itu tidak menimbulkan rasa benci. Walaupun kita udah dicaci maki, dimarahi, kita tidak menanamkan niat buruk atau buah karma buruk, seharusnya kita menanamkan karma baik aja, walaupun orang itu jahat sama kita, kita harus membalas dengan perbuatan baik saja, tidak dengan perbuatan buruk,” jelas Sherly.
Feber Suranta (Tzu Ching) bertekad menjadi pohon besar yang bisa memberikan manfaat untuk semua makhluk.
Sedangkan Feber Suranta (relawan Tzu Ching), yang baru pertama kalinya ikut Persamuhan Dharma juga terkesan dengan Sutra Teratai Bab Perumpamaan Tanaman Obat. “Seperti bab perumpamaan tanaman obat itu seperti tanaman yang memiliki manfaat untuk makhluk lainnya, tanaman obat terdiri dari 3 jenis, ukuran kecil, sedang, hingga besar, masing-masing membabarkan kewelas asihan dan yang mengikuti ajaran Buddha akan berusaha mengikuti pohon besar sehingga memiliki banyak manfaat bagi lainnya,” ungkap Feber yang berniat menjadi pohon besar untuk memberikan manfaat buat yang lainnya.
Walaupun Feber bukan beragama Buddha, tapi ia tidak ragu untuk mengikuti persamuhan karena apa yang dipelajari dari persamuhan adalah untuk menolong orang banyak. “Kalau untuk ajaran Buddha sendiri itu universal, bisa diikuti yang lainnya juga, lebih ke nilai-nilai kehidupan, jadi tidak ada salahnya untuk diikuti seperti itu,” ungkap Feber.
Diakhir kegiatan, insan Tzu Chi Pekanbaru juga berikrar: Murid Jing Si Tzu Chi Pekanbaru dengan tulus berikrar kepada Master; kami akan menjadi murid yang memahami hati Master; Mengenggam waktu, giat menghimpun berkah dan kebijaksanaan; Dengan langkah mantap dan nyata, mengemban misi Tzu Chi; Selamanya mengikuti Master dari kehidupan ke kehidupan.
Editor: Arimami Suryo A.