Pemberkahan Akhir Tahun: Keyakinan Mengikuti Jejak Sang Guru
Jurnalis : Erli Tan, Fotografer : Anand Yahya, Feranika Husodo (He Qi Utara)Shelly Widjaja mengungkapkan perasaannya setelah dilantik menjadi Komite Tzu Chi dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun 2014.
Tanggal 18 Januari 2015 lalu, sebanyak 76 relawan Tzu Chi Indonesia pulang ke Hualien, Taiwan dan dilantik langsung oleh Master Cheng Yen menjadi Komite Tzu Chi. Dari 76 komite yang dilantik, salah satunya adalah Shelly Widjaja (54). Shelly Shijie adalah salah satu relawan yang sangat aktif di semua misi, mengemban tanggung jawab sebagai Wakil Ketua Hu Ai di komunitasnya. Ia melakukan setiap kegiatan serta membimbing setiap relawan dengan sepenuh hati.
Berawal dari menjadi donatur Tzu Chi, Shelly Widjaja mulai mengenal Tzu Chi. Awalnya, walaupun ia telah mengenal Master Cheng Yen melalui DAAI TV Indonesia, ia masih belum berkeinginan untuk menjadi relawan dengan alasan tertentu. Jodoh menjadi relawan matang ketika diajak berkunjung ke Hualien pada tahun 2010. Ia mengaku pada awalnya setengah dipaksa karena tiket sudah dibeli dan mau tidak mau, ia harus ikut. Dibimbing oleh banyak relawan senior yang sudah aktif pada saat itu, ia pun makin giat bersumbangsih serta membina diri melalui ajaran dharma yang ia dapatkan dari Master Cheng Yen.
Shelly bersama bayi kembar: Anita dan Nita di pengungsian Tzu Chi Center saat banjir Jakarta (Januari 2013).
Ia pernah berpikir, “Nggak usah dilantik deh, yang penting dalam hati saya ada Shang Ren (Master Cheng Yen)”.” Ia sadar pemikirannya itu keliru, karena saat dilantik di Taiwan, Master Cheng Yen mengungkapkan rasa bahagianya karena dengan bertambahnya seorang relawan komite maka keluarga Tzu Chi telah bertambah satu anggota keluarga. Saat itu ia baru sadar, ternyata selama ini walau aktif menjadi relawan Tzu Chi, kalau belum dilantik menjadi komite, berarti belum benar-benar masuk sebagai anggota keluarga Tzu Chi.
Selama-lamanya akan ikut Master Cheng Yen, itu menjadi tekadnya di dalam hati. Menurut Shelly, menjadi relawan komite sama sekali tidak menakutkan. Tzu Chi ibarat sebuah kapal besar yang terdiri dari banyak bagian, setiap orang memiliki perannya masing-masing. Memang ada yang tanggung jawabnya besar dan berat, ibarat mesin atau motornya, namun ada juga bagian-bagian kecil yang keberadaanya juga sama penting. “Ada yang jadi layar, ada yang jadi mesin, ada yang jadi papan kecil saja, tapi ada juga yang menjadi sekrup kecil. Itu tidak apa-apa, kalau saya jadi sekrup maka saya berkomitmen untuk menjadi sekrup yang kencang, jangan sampai lepas, kerjakanlah apa yang menjadi bagian kita,” tutur Shelly mencoba menjelaskan peran seorang komite secara sederhana. Ia juga mengajak relawan biru dan abu supaya tidak ragu ataupun takut dilantik menjadi komite. “Karena sudah menemukan arah hidup yang benar, maka jangan ragu, lakukan saja,” ungkapnya.
Saat banjir Jakarta melanda pada tahun 2013, Shelly bersama relawan Tzu Chi lainnya membantu para korban banjir dan memberi perhatian kepada mereka di pengungsian.
Tanggal 18 Januari 2015 lalu, sebanyak 76 relawan Tzu Chi Indonesia pulang ke Hualien, Taiwan dan dilantik langsung oleh Master Cheng Yen menjadi Komite Tzu Chi. Dari 76 komite yang dilantik, salah satunya adalah Shelly Widjaja (54).
Kata-kata Master dan setiap ajarannya sangat mudah dicerna, logis, dan gampang diterima, membuat Shelly makin yakin dengan ajaran Master Cheng Yen. Master Cheng Yen selalu melakukan apa yang diucapkan beliau sendiri. Hal ini telah membuat dirinya menjadikan Master Cheng Yen sebagai sebuah teladan, seorang idola dan sosok yang ia kagumi hingga saat ini. Salah satu ajaran yang ia dapat adalah “Dengan memberi, maka kitalah yang mendapat. Apa yang kita lakukan, itu nantinya akan kembali ke diri kita. Menolong orang itu sebenarnya adalah sama dengan menolong diri sendiri.”
Ajaran sang guru, Master Cheng Yen juga ia terapkan di perusahaan yang ia kelola. Perusahaan yang bergerak di bidang bahan bangunan dengan jumlah karyawan sekitar 300 orang itupun telah ia terapkan beberapa misi. Salah satunya adalah misi amal, ia mengimbau setiap karyawan ditambah keluarganya untuk menjadi donatur. Tentu saja tidak dipaksakan, jumlah donasi juga bebas, sehingga saat menjadi relawan abu putih, donaturnya pun telah mencapai seribu lebih. Kedua adalah vegetarian, catering yang disediakan untuk karyawan, ia usahakan menyediakan menu vegetarian yang sehat bagi yang mau bervegetarian, walau harganya lebih mahal dari menu non vegetarian. Di bawah bimbingannya, banyak karyawan yang merasa vegetarian sangat bermanfaat sehingga yang minta beralih ke menu vegetarian meningkat terus hingga saat ini. Pemilahan sampah juga ia berlakukan di sana, terhitung ada 8 kantong sampah daur ulang terkumpul setiap harinya dan ia kirim ke Depo Pelestarian Lingkungan Muara Karang.
Ia bertekad untuk membimbing lebih banyak orang lagi untuk bergabung di Tzu Chi. “Yang mana datang duluan, ketidakkekalan atau hari esok” dan “Waktu terbang di depan kita, ketidakkekalan mengejar kita dari belakang”, adalah dua ajaran penting yang diingat dan terukir jelas dalam lubuk hatinya, yang mana juga menjadi pengingat dan pemacu dirinya untuk melakukan lebih banyak dan lebih baik lagi.