Pemberkahan Akhir Tahun : Menanam Padi dari Angpau Master

Jurnalis : Virny Apriliyanty (He Qi Barat), Fotografer : Virny Apriliyanty (He Qi Barat)
 

foto
Padi yang sudah dipanen oleh Junarto Shixiong disimpan di rumahnya sebagai pengingat pada kata-kata Master Cheng Yen, Dari satu benih tumbuh menjadi tak terhingga.

Setiap tahunnya insan Tzu Chi di seluruh dunia selalu menggelar acara pemberkahan akhir tahun, begitupun insan Tzu Chi Indonesia. Di acara pemberkahan akhir tahun ini, setiap insan Tzu Chi berdoa dan bersyukur atas berkah yang diterima sepanjang tahun. Pada acara ini pulalah kita menerima Angpau dari Master Cheng Yen sebagai bentuk apresiasi selama setahun telah bersumbangsih di Tzu Chi.

 

Seperti yang kita ketahui, Angpau ini dibuat dengan biaya 100% berasal dari uang Master, yang bersumber dari royalti penjualan buku Master dan lain-lain, tanpa sepeser pun menggunakan dana Yayasan Buddha Tzu Chi. Dalam angpau ini kita akan selalu menemukan koin Tzu Chi beserta butiran padi.

Ialah Junarto Shixiong, relawan He Qi Barat yang melakukan sebuah tindakan unik dengan menanam padi yang terdapat dalam angpau Master. Setelah 2 kali percobaan menanam, kini padi tersebut sudah tumbuh dengan subur dan akan segera menghasilkan panen ketiga.

Ide menanam butiran padi ini berawal dari keisengan Junarto Shixiong yang telah menerima angpau Master sebanyak 7 kali. “Ini bermula dari kesengajaan dan supaya tidak mubazir. tidak ada maksud mistis atau apa, karena kan ajaran Tzu Chi tidak mengajarkan tentang yang mistis tapi kita harus realistis”, ujar relawan biru putih ini saat ditanya alasannya menanam butiran padi dari angpau Master.

Junarto Shixiong awalnya menanam beberapa butir benih padi pada pot tanaman di rumahnya, namun benih padi tersebut tidak tumbuh dengan baik, sehingga akhirnya dicabut dan dibuang. Delapan bulan yang lalu, Junarto Shixiong kembali menanam lima butir benih padi. Dari lima butir tersebut, hanya tiga benih yang tumbuh, namun hanya satu benih yang bertahan, bertumbuh besar dan bertunas.

foto  

Keterangan :

  • Junarto Shixiong  di depan tanaman padi yang ia semai.

Menurut Junarto Shixiong, benih padi merupakan benih yang dapat bertahan sangat lama dan tidak mengenal tanggal expired. “Benih padi di angpau Master ini masih memiliki jiwa untuk ditanam”, tuturnya. Pria berusia 36 tahun ini juga membagikan teknik jika ingin menanam padi di pot. Yang paling penting adalah benih padi ketika masih kecil, harus disiram dua kali sehari, yaitu pagi dan malam. Rutinitas menyiram padi ini selalu dilakukannya sendiri setiap hari, sehingga Ia bisa melihat pertumbuhan benih padi dari Master Cheng Yen.

Padi yang sudah di panen ini sebenarnya ingin Junarto Shixiong berikan kepada Yayasan untuk kembali di tempelkan pada Angpau Master di tahun-tahun kedepannya. Namun Ia harus mengurungkan niat tersebut karena memang padi yang ada pada Angpau Master adalah padi yang berasal dari Taiwan langsung. Jadilah kini, padi tersebut hanya disimpan dan dijadikan hiasan di rumahnya yang selalu mengingatkannya pada Master.

Karena kasihnya kepada Master Cheng Yen, Junarto Shixiong tidak menanam butir padi yang ada pada Angpau tahun barunya yang terakhir, yaitu Angpau pada tahun 2013 kemarin. Tiga butir padi itu masih ada dan tertempel rapi di Angpau Master yang selalu ditaruhnya di dalam dompet. Menurutnya itu merupakan bentuk penghargaan kepada Master Cheng Yen yang telah memberikannya cinta kasih melalui angpau tersebut. Barulah nanti setelah mendapat Angpau dari pemberkahan Akhir Tahun pada 12 Januari 2014 ini, Junarto Shixiong akan menanam 3 butir benih padi tersebut.

Selain menikmati indahnya padi yang menguning, Junarto Shixiong juga mengaku belajar banyak dari bulir-bulir padi tersebut. “Padi ini buat saya melambangkan semangat dan kerajinan karena pagi dan sore saya harus siram supaya tumbuh baik. Semangatnya agar kita harus selalu ingat untuk melangkah dengan teguh di jalan Tzu Chi”, ujarnya dengan senyuman.

Selain itu, penanaman padi ini juga merupakan wujud fisik dari kata-kata Master yang berbunyi “Dari satu benih tumbuh menjadi tak terhingga”. Padi-padi tersebut mengingatkan Junarto Shixiong akan kata-kata Master tersebut, bahwa kita sebagai benih bodhisatwa Tzu Chi harus bisa menginspirasi orang-orang lain untuk ikut bergabung dan menjadi Bodhisatwa Tzu Chi. Semoga, kisah butir padi dari Junarto Shixiong ini bisa menginspirasi kita semua untuk bisa belajar dari bulir-bulir padi yang terus berbuah dan bertumbuh dengan subur.

  
 

Artikel Terkait

Wujudkan Dunia yang Damai Lewat Kelas Budi Pekerti

Wujudkan Dunia yang Damai Lewat Kelas Budi Pekerti

11 April 2017

Saat Kamp Pendewasaan Remaja Tzu Chi Tzu Sao Ban,  8-9 April 2017 lalu, ada beberapa relawan Tzu Chi Bandung dan Sukabumi. Mereka datang untuk melihat langsung bagaimana kamp dan kelas budi pekerti berlangsung.

Baksos dalam Kasih dan Pengetahuan

Baksos dalam Kasih dan Pengetahuan

30 Juli 2010
Setiap bulan, He Qi Utara mengadakan baksos bagi para seniman bangunan di minggu keempat. Antrian yang panjang, semangat untuk datang lebih pagi dan asap dapur yang mengebul lebih awal dari biasanya adalah pemandangan yang kerap menjadi ciri khas baksos.
Menapakkan Kaki ke Jenjang yang Penuh Challenge

Menapakkan Kaki ke Jenjang yang Penuh Challenge

25 Mei 2019

“Mereka sudah siap menapakkan kaki ke jenjang yang penuh dengan challenge. Kami percaya dengan apa yang sudah kami berikan pada saat mereka berada di K2 pastinya mereka siap menghadapi semua itu,” kata Iing, Kepala TK Tzu Chi Indonesia usai acara graduation TK Tzu Chi Indonesia kemarin, 24 Mei 2019.

Sikap jujur dan berterus terang tidak bisa dijadikan alasan untuk dapat berbicara dan berperilaku seenaknya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -