Acara ini sebagai ungkapan terima kasih kepada relawan dan para donatur yang telah bersumbangsih dan bekerja keras selama satu tahun. Mendidik Generasi Penerus Tulang Punggung Tzu Chi Sore itu, tampak relawan yang berbaris rapi di tengah-tengah ruangan untuk menyambut undangan yang telah hadir. Tampak di sudut ruangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dengan penuh sukacita menuangkan celengan bambu yang telah dikumpulkan selama satu tahun. Relawan dengan cekatan membantu membukakan satu per satu celengan bambu agar para peserta yang hadir merasa mudah menuangkan celengan bambunya. Xiao Tai Yang (kelas budi pekerti) juga merasakan kesenangan yang luar biasa karena selama satu tahun mereka telah mengumpulkan sisa uang jajan sendiri untuk disumbangkan di celengan bambu. Banyak harapan yang dipanjatkan dengan dana yang dikumpulkan walaupun hanya dari sisa uang saku mereka. Seperti yang telah diungkapkan oleh Steven, “Saya sangat senang karena sisa uang jajan yang telah saya kumpulkan ini semoga bisa membantu bagi orang yang membutuhkan,” katanya. Xiao Tai Yang selama kegiatan rutin tiap bulannya telah dilatih untuk menyisakan uang sakunya untuk dimasukkan ke dalam celengan bambu. Kegiatan ini dapat mendidik anak-anak Xiao Tai Yang lebih merasa peduli kepada orang lain yang membutuhkan. Dengan begitu dapat menumbuhkan rasa cinta kasih yang tulus kepada semua mahkluk. Acara kemudian dibuka dengan penampilan isyarat tangan anak-anak Xiao Tai Yang. Dengan lemah gemulai mereka memeragakan bahasa isyarat tangan yang membuat tamu undangan terpesona dengan gerakan lucu dan lincah dari Xiao Tai Yang. Seperti yang diungkapkan oleh Romo Setiyono, saat hadir di acara pemberkahan akhir tahun ini. Ia mengaku merasa senang dengan penampilan dari Xiao Tai Yang. “Saya sangat terkesan dengan Bodhisatwa kecil yang menampilkan isyarat tangan. Mereka sangat bagus sekali. Dan kegiatan ini sangat mendidik bagi Bodhisatwa kecil. Dengan sering melakukan kegiatan seperti ini bisa membuat sila (tingkah laku/moral) mereka menjadi lebih baik,” kata Romo Setiyono. Kegiatan ini dapat mendidik generasi penerus Tzu Chi supaya dapat mengembangan misi Tzu Chi di masa yang akan datang. Keterangan : - Salah satu Xiao Tai Yang dengan wajah berseri menuangkan celengan bambu miliknya pada tanggal 18 Januari 2014 (kiri).
- Relawan pun dengan gesit membantu para donatur membuka celengan mereka satu per satu (kanan).
Kegiatan malam itu dilanjutkan dengan peragaan Isyarat tangan “Kai Jing Ji, Xu qu, De Heng Ping dan Shang Ren Zhu Fu”. Lemah gemulai tangan-tangan dari insan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun mengajak tamu undangan untuk ikut mendalami sutra-sutra Buddha. Lewat gerakan tangan ini mereka mengajak semua yang hadir mempelajari sutra yang telah diajarkan Buddha. Tak sia-sia para Boddhisatwa peragaan isyarat tangan belajar kurang lebih tiga bulan untuk mempersiapkan kegiatan ini. “Saya sempat merasa khawatir dengan peragaan isyarat tangan ini karena sampai pada gladi bersih isyarat tangan masih belum kompak. Tetapi pada malam hari ini kekhawatiran itu tergantikan dengan rasa puas dan bangga dengan penampilan para Boddhisatwa peragaan isyarat tangan. Mereka tampil dengan luar biasa. Gan En semua,” kata Sukmawati Shijie selaku ketua Tzu Chi Kantor penghubung Tanjung Balai Karimun. Mieli Shijie, koordinator kegiatan pemberkahan akhir tahun 2014 merasa bahagia dan terharu dengan suksesnya kegiatan pada malam itu. Baik keseluruhan acara maupun tamu undangan yang hadir juga mengalami peningkatan yang lebih baik. Peningkatan acara tahun ini dapat dijadikan modal untuk menjalankan misi Tzu Chi selama tahun 2014. “Kegiatan malam ini jauh lebih baik daripada tahun yang lalu, baik jumlah peserta yang hadir maupun acara yang telah kita lakukan. Persiapan yang telah matang dapat membuat acara berjalan sukses. Apalagi dengan keberadaan mascot Tzu Chi yang dapat menjadi magnet baru bagi tamu undangan yang hadir,” kata Mieli Shijie. Keterangan : - Mascot Tzu Chi menjadi salah satu magnet bagi para tamu undangan yang hadir (kiri).
- Para relawan Tzu Chi bersama-sama baris rapi untuk menyambut gembira para undangan yang hadir (kanan).
Belajar Bersyukur Dan Menerima Orang Lain Apa Adanya Semua acara yang ditampilkan pada malam itu memberikan kesan yang berbeda-beda bagi tamu undangan yang hadir. Begitu juga saat penghujung acara di mana saat acara doa dapat membuat salah satu undangan yang bernama Rica Irma Diyanti tersentuh hatinya. Rica yang rajin dengan ibadah Sholatnya merasa tersentuh dengan doa Tzu Chi yang Universal tidak membeda-bedakan. “Saya sangat tersentuh dengan kegiatan doa dari Tzu Chi. Begitulah doa yang seharusnya dilakukan. Bersama-sama kita saling mencintai, saling menghormati. Sehingga kita bersama-sama hidup berdampingan dengan alam. Karena hukum alam akan bekerja dengan semestinya. Di mana kita sebagai manusia seharusnya dapat hidup berdampingan dengan satu sama lainnya. Oleh karena itu marilah kita belajar bersyukur, saling menerima orang lain apa adanya. Karena kita tidak tahu kapan kita akan pergi meniggalkan dunia ini. Terima kasih,” kata Rica sambil mengusap air mata yang tiba-tiba menetes di pipinya. Tahun 2013 sudah berlalu, sekarang di tahun 2014 marilah kita bersama-sama menyebarkan cinta kasih ke semua manusia. Sehingga tercipta kedamaian terhindar dari segala bencana. Semoga Yayasan Buddha Tzu Chi di Tanjung Balai Karimun dapat semakin berkembang sehingga dapat bekerja maksimal dalam menyebarkan benih-benih cinta kasih di Tanjuing balai Karimun dan sekitarnya. |