Pemberkahan Akhir Tahun : Semangat dalam Keterbatasan
Jurnalis : Suyanti (He Qi Selatan), Fotografer : Anand Yahya, Rianto Budiman (He Qi Pusat), Teksan Luis (He Qi Utara)Sofyan (baju merah) memberikan sharing kisah perjalanan hidupnya di acara pemberkahan akhir tahun 2014 Tzu Chi pada 1 Februari 2015 di Tzu Chi center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
“Walaupun Sofyan tidak bisa melihat shiqu-shibo, namun hati Sofyan dapat merasakan getaran cinta kasih shiqu-shibo kepada diri saya”, hal ini diungkapkan oleh Sofyan ketika mengisi acara sharing pemberkahan akhir tahun 2014 pada 1 Februari 2015 di Tzu Chi center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.
Sofyan adalah salah satu penerima bantuan pengobatan Tzu Chi. Saat usianya 7 tahun, ia menderita tumor mata dan menjalani operasi sebanyak 2 kali. Biaya operasi dan pengobatan nya tersebut cukup mahal. Orangtuanya pun menjual rumah mereka demi membiayai pengobatannya. Hingga akhirnya keluarga kehabisan biaya berobat dan tumor mata yang diidapnya pun belum sembuh. Lalu untuk 7 tahun berikutnya, ia pun hanya berobat ke pengobatan alternatif namun penyakitnya tidak juga kunjung sembuh.
Hingga akhirnya, guyonan sang ibu menjadi semacam doa bagi Sofyan. “Sofyan, coba saja ada yang bisa membawa kamu ke luar negeri, mungkin kamu bisa sembuh”, ucap Ibu Sofyan kala memasak. Harapan Sang Ibu pun terjawab ketika pada akhirnya pada tahun 2004, Sofyan bertemu dengan Yayasan Buddha Tzu Chi dan jodoh ini membawa Sofyan ke Taiwan untuk menjalani operasi tumor mata.
Detik-detik menuju ke Taiwan, dalam sanubari Sofyan tersimpan sebuah kekhawatiran. “Karena tidak ada keluarga di Taiwan, dan juga perbedaan bahasa, ada ketakutan tersendiri,” ucap Sofyan. Namun kekhawatirannya pun berganti haru, ketika adanya relawan Tzu Chi Taiwan yang mendampingi dirinya selama menjalani pengobatan. Di sana (Taiwan), ia pun merasakan cinta kasih yang luar biasa dari para relawan, walaupun mereka tidak mengenalnya. Bertemu dengan mereka (relawan Tzu Chi), Sofyan merasa seperti bertemu dengan keluarga sendiri.
Sofyan yang bercita-cita menjadi seorang konseling ini, Kini menjalani pendidikan Lanjut di Yayasan Mitra Netra, Lebak Bulus, Jakarta Selatan.
Pada saat menjalani pengobatan di Taiwan, ia juga berkesempatan untuk bertemu dengan Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi dan beliau berpesan kepada Sofyan bahwa “Walaupun mata Sofyan gelap, namun hati Sofyan harus tetap terang”.
Setelah menjalani pengobatan di Taiwan dan kembali ke Indonesia, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga memberikan tempat tinggal untuknya di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat serta memberikan beasiswa pendidikan. Tidak hanya itu, Tzu Chi juga membantu ayah Sofyan untuk mendapatkan sebuah pekerjaan untuk menafkahi keluarganya dan saat ayahnya meninggal, pekerjaan ini pun dilanjutkan oleh Ibunya.
Ketika melanjutkan pendidikan, ia memilih jurusan Bimbingan Konseling. Ia berharap dengan mengambil jurusan ini, ia bisa memotivasi diri sendiri dan juga bisa berguna bagi orang lain. Saat ini, Sofyan mengajar sebagai guru komputer bagi Tuna Netra dan juga memberikan bimbingan konseling bagi Tuna Netra. Ia berharap bahwa Tuna Netra pun bisa seperti orang-orang lainnya.
Di akhir sharingnya, Sofyan menyanyikan lagu “Rang Ai Chuan Cu Qu” (Biarkan Cinta Kasih Tersebar ke Seluruh Dunia). menyatakan bahwa sebagai manusia harus menyebarkan cinta kasih, walaupun ada hambatan dan rintangan yang terjadi namun kita harus tetap tegar untuk menyebarkan benih-benih cinta kasih.
Di akhir sharingnya, Sofyan menyanyikan lagu “Rang Ai Chuan Cu Qu” (Biarkan Cinta Kasih Tersebar ke Seluruh Dunia). Baginya lagu ini menyatakan bahwa sebagai manusia harus menyebarkan cinta kasih, walaupun ada hambatan dan rintangan yang terjadi namun kita harus tetap tegar untuk menyebarkan benih-benih cinta kasih. Lagu ini juga mewakili isi hatinya kepada Tzu Chi yang telah membantunya sampai saat ini. Baginya keterbatasan bukanlah hambatan, namun sebagai jembatan untuk menuju masa depan yang lebih baik.