Pemberkahan Akhir Tahun Tzu Chi Bandung
Jurnalis : Rangga Setiadi & M. Galvan, Fotografer : Rangga Setiadi & M. Galvan Suasana khusyuk sangat kental terasa saat pelita mulai dinyalakan, dan para peserta mulai melakukan doa bersama sesuai dengan keyakinan mereka masing-masing. |
| ||
Untuk mengungkapkan rasa terima kasih, maka pada tanggal 23 Januari 2011, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung menyelenggarakan Pemberkahan Akhir Tahun 2010, yang bertempat di Paguyuban Marga Lie, Jln. Mekar Cemerlang No. 1, Bandung. Kegiatan yang berlangsug dari pukul 09.00-12.30 WIB ini mengusung tema “Dengan ajaran dan semangat Jing Si, Tzu Chi giat bersumbangsih dalam masyarakat, Mazhab Tzu Chi merupakan sebuah jalan Bodhisatwa di dunia.” Ditambah lagi dengan tema “Mengembangkan kegiatan pelestarian lingkungan, alam semesta berlimpah berkah. Menyucikan hati manusia, alam semesta harmonis dan bersahabat.” Kepedulian Pasien Dengan Celengan Bambu Sama seperti tahun sebelumnya para pasien yang pernah di tangani oleh Tzu Chi ikut menuangkan celengannya pada kolam dana. Salah-satunya adalah pasien Saeful Nur Alam. Saat di wawancarai, Amah ibunda dari Saeful mengungkapkan rasa syukurnya setelah Saeful mendapatkan pertolongan dari Tzu Chi. Kini dalam acara Pemberkahan Akhir Tahun 2010, ia bisa ikut bersumbangsih melalui celengan yang telah ditabungnya. “Alhamdullilah sekarang Epul (panggilan untuk Saeful-red) bisa ikut bersumbangsih juga, biar pun sedikit yang penting kan ikhlas memberinya. Mudah-mudahan uang ini bisa untuk nolong yang lainnya,” ujar Amah.
Keterangan :
Prioritas Tzu Chi untuk Kerja Sosial Hadirnya Tzu Chi dalam lingkungan masyarakat merupakah langkah nyata yang ditunjukan bahwa dalam melakukan aksi sosial selalu mengedepankan kinerja. Semuanya tergambar dari seluruh kegiatan kemanusiaan yang telah dikerjakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi hingga saat ini. “Ini adalah langkah-langkah kongkrit kemanusiaan, makanya saya bilang tadi bahwa peragaan-peragaan (pertunjukan bahasa isyarat tangan-red) yang disampaikan oleh temen-temen yang didepan itu adalah pesan Buddha, bahwa hidup ini harus banyak kerja bukan banyak bicara, itu yang dipesankan dari peragaan tadi itu. Nah, sementara ini di kita lebih banyak berbicara dari pada kerja, itu yang menjadikan negara semakin ruwet, dan semakin jauh dari kesejahteraan yang diidamkan rakyat sendiri,” kata K.H. Sofyan Yahya setelah mengikuti acara ini. Beliau pun berharap keberadaan Tzu Chi dapat lebih meluas lagi dan bermanfaat bagi masyarakat. “Gagasan Buddha Tzu Chi ini mudah-mudahan akan lebih luas lagi, lebih jauh lagi, apalagi ini sudah lintas agama. Seluruh komponen masyarakat tidak mengenal agama, tapi yang ditekankan adalah nilai kemanusaiaannya itu. Saya doakan mudah-mudahan kegiatan ini bisa berlanjut dan bermanfaat, khususnya untuk bangsa Indonesia,” tambahnya. Keberadaan Tzu Chi yang mengedepankan aksi sosial juga ditanggapi positif oleh Sian My (70), salah satu tamu undangan yang hadir pada acara ini. “Bagus-bagus semuanya, ada tanggung jawab nggak hanya ngomongnya aja melainkan melakukan, dan menjalaninya dengan baik,” katanya. Berbeda dengan Sian My, Khoe Hoa Liong (48) salah satu tamu undangan yang lain menilai bahwa keberadaan Tzu Chi mampu menggugah hati setiap insan untuk berbuat kebajikan. “Sangat baik ya, karena menggugah hati orang lain untuk berbuat kebaikan,” ungkapnya. Selain itu, menurut Khoe Hoa Liong cinta kasih universal Tzu Chi merupakan pelajaran untuk saling menghargai antar pemeluk agama. “Jadi mendidik kita untuk tidak bertindak diskriminasi, karena kita semua sama-sama ciptaan Tuhan selayaknya kita berbuat cinta kasih bagi sesama,” tambahnya. Bersamaan dengan itu, Khoe Hoa Liong juga berharap agar masyarakat mampu menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk Tzu Chi. “Semoga banyak orang yang bisa mengikuti ajaran Buddha Tzu Chi ini, sehingga dapat menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kegiatan Buddha Tzu Chi,” tambahnya lagi.
Keterangan :
Hidup Rukun Bersama Tzu Chi Suasana berbeda terasa pada acara Pemberkahan Akhir Tahun kali ini. yaitu dengan hadirnya tamu undangan dari para pemuka agama. “Yang beda dari tahun lalu, pada acara pemberkahan kali ini kita mengundang pemuka-pemuka agama lainnya. Kita lihat disini tadi ada tokoh pemuka dari agama Hindu, Muslim, kemudian Bhiksu, dan ada juga perwakilan keuskupan, serta suster dari Katolik, jadi cukup lengkap kita hari ini,” tambahnya. Dengan hadirnya para pemuka agama telah menghadirkan suasana yang harmonis antar umat beragama. Karena selain hadir, mereka pun turut melakukan doa bersama. “Kita bisa melihat begitu indahnya suasana pada acara doa bersama. Sungguh kita sangat berbesar hati, hari ini mudah-mudahan kita bisa menjelaskan kepada masyarakat bener-bener bahwa Tzu Chi itu cinta universal tidak memandang agama, kita bersatu, kita ingin dengan apa yang disebut rukun, apa yang dikatakan indahnya kebersamaan,” cetus Herman Widjaja. Acara ini ditutup dengan dengan doa bersama. Sambil menyalakan lilin pelita hati, para relawan dan tamu undangan diberi kesempatan untuk membacakan doa sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Semoga toleransi antar umat beragama yang terjalin dalam acara ini merupakan langkah bersama untuk mewujudkan dunia yang aman dan sejahtera. | |||
Artikel Terkait
Galang Dana Pembangunan Tiga Ribu Rumah di Palu dan Lombok
25 Oktober 2018Relawan yang berasal dari komunitas Sunter, JP1&2, Jembatan Lima (JB1) berkumpul bersama di Pasar Sunter Podomoro pada Sabtu, Minggu (20-21 Oktober 2018). Mereka menggalang titik titik cinta kasih dari setiap orang yang belanja di pasar bagi pembangunan 3.000 rumah untuk korban gempa Palu dan Lombok.
Suara Kasih : Mempertahankan Niat Baik
03 Agustus 2010Bersama Melatih Diri dan Bersumbangsih
30 Agustus 2016Kerja sama terus dilakukan Ehipassiko School dan Yayasan Buddha Tzu Chi sesuai dengan visi dan misi keduanya. Guru-guru dan staf sekolah Ehipassiko pun mengikuti Pelatihan Relawan Abu Putih untuk mendalami visi misi dan budaya humanis Tzu Chi.