Pemberkahan Awal Tahun 2017: Drama Musikal yang Menggetarkan
Jurnalis : Oriana Widjaja (He Qi Utara 1), Fotografer : Yusniaty (He Qi Utara 1)Pementasan Drama Musikal “Budi Luhur Orang Tua Seluas Samudra” diawali dengan penampilan anak-anak Tzu Chi School berjudul “Lukisan Anak Kambing Bersujud.”
“Jadilah orang yang tahu membalas budi, baru tidak menyia-nyiakan budi luhur orang tua”
(Lukisan Anak Kambing: Sutra Bakti Seorang Anak)
Minggu pagi tanggal 12 Febuari 2017, Ruang Jiang Jing Tang lantai 4, Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara penuh oleh relawan dan masyarakat umum yang hadir untuk mengikuti acara Pemberkahan Awal Tahun 2017 yang bertajuk “Budi Luhur Orang Tua Seluas Samudra”. Acara ini diawali oleh grup anak-anak Tzu Chi School yang membawakan lagu dan tarian “Lukisan Anak Kambing Bersujud: Sutra Bakti Seorang Anak” dilanjutkan dengan pementasan drama “Budi Luhur Orang Tua Seluas Samudra.”
Cerita drama bermulai dari sepasang ayah dan ibu yang sedang mempersiapkan kelahiran anaknya. Sang Ibu memberikan perlindungan bagi anak di dalam kandungan. Kehamilan yang berlangsung selama sepuluh bulan sangat berat bagi sang Ibu. Ketakutan dan kegelisahan sukar dilukiskan karena sang Ibu khawatir akan maut yang bisa saja menghampiri bayi dan dirinya.
Drama musikal yang diselingi oleh pertunjukan bahasa isyarat tangan, Shou Yu, sungguh menggetarkan hati para penonton, terutama ketika membahas sepuluh budi luhur yang diperbuat oleh seorang Ibu untuk anaknya. Rasa sakit luar biasa yang dirasakan ketika melahirkan anaknya seketika hilang begitu saja ketika mendengar anaknya terlahir sehat.
Penampilan shou yu “Bao En” yang mengingatkan agar setiap orang hendaknya dapat membalas budi orang tua.
Pertunjukan drama pun mengalir perlahan dari kelahiran seorang anak kecil bernama Kevin yang masih polos, kemudian beranjak menjadi anak remaja yang mulai bandel. Kasih orang tua tak kunjung sirna dalam merawat dan memastikan yang terbaik untuk anaknya.
Kevin pun akhirnya dewasa, sudah bekerja, menikah dan mempunyai anak sendiri. Kevin yang sibuk dengan pekerjaannya, memutuskan untuk pergi ke kota lain untuk jenjang karir yang lebih baik. Ini menyebabkan sang anak meninggalkan kedua orang tuanya yang sudah menua di Jakarta.
Sayangnya, ketika sudah pindah, Kevin pun lupa untuk menelepon dan mengunjungi orang tuanya. Kedua orang tua sungguh merindukan anak dan cucunya, tapi Kevin terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sampai suatu hari, Kevin melihat sepasang orang tua bercakap-cakap bahagia dengan anaknya. Ia pun tertegun dan seketika teringat orang tuanya sendiri. Kevin pun bergegas pergi ke rumah orang tuanya di Jakarta. Sayangnya, kedatangannya sudah terlambat. Sang Ibu yang sangat rindu kepada anak cucunya menjadi sangat lemah, jatuh sakit dan kemudian tak tertolong lagi.
Tommy Cendana (tengah) memerankan Kevin yang masih remaja dalam drama musikal ini.
Drama itu sungguh menyentuh hati karena kisahnya sangat relevan dengan kehidupan sekarang. Seringkali kita lupa akan orang tua kita dan larut dalam berbagai kepentingan lainnya. Kadang kita juga lupa akan budi orang tua, kita menjadi tidak sabaran dan kurang menghargai orang tua kita. Kita mengejar kepentingan kita sendiri, dan orang tua hanya bisa menanti kabar dari sang anak. Hendaklah ketika kita masih diberikan kesempatan, kita tidak menunggu untuk membalas budi dan kebaikan orang tua.
Sang anak yang selalu berangan-angan setinggi langit
Telah meninggalkan kampung halaman demi masa depan.
Orang Tua selalu bersandar di depan jendela
Bersedih menanti berita dari sang anak
Entah berapa lama melalui masa penuh derita
Membuat wajah kedua orang tua mulai menua
Jangan tunggu sampai rasa penyesalan itu tiba
Tidak punya kesempatan membalas budi orang tua
Joko (kanan) memerankan Kevin yang sudah dewasa dan menyesal karena tidak dapat bertemu dan berbakti lagi dengan sang mama.
Keindahan drama ini tentu tidak dapat terjadi tanpa kerja keras dari para relawan yang telah berlatih sejak beberapa bulan sebelumnya. Tommy Cendana yang memerankan Kevin pada masa remaja bercerita bahwa setiap hari ia mendengarkan rekaman suara dialog drama agar lebih bisa menjiwai. Ia memiliki harapan agar semua generasi dapat menghormati orang tua. Joko Shixiong yang memerankan Kevin ketika dewasa, meskipun telah beberapa kali berpartisipasi dalam drama sepuluh budi luhur orang tua yang pernah diadakan Tzu Chi, ia mengaku masih tetap terharu ketika memerankan peran sang anak dalam acara pemberkahan ini. Berbakti ini adalah ajaran universal. Joko berharap agar drama ini bisa menginspirasi orang-orang untuk berbakti kepada orang tua.
Mery Ely (kedua dari kiri) sambil menunggu giliran tampil, ia mengulang-ulang terus gerakan isyarat tangan Bao En.
Mery Ely Shijie, salah satu relawan yang berpartisipasi dalam pertunjukan Shou Yu Bao En (isyarat tangan tentang balas budi) menceritakan tentang rintangan yang ia hadapi ketika mempersiapkan acara. Butuh waktu lama baginya untuk bisa melakukan gerakan-gerakan Bao En yang memang tergolong sulit. Ia berlatih dengan menonton video latihan Shou Yu yang juga disertai dengan terjemahan Dharma Bao En. Seminggu sebelum pementasan, papa mertuanya meninggal dunia. Hal ini sempat membuatnya galau, di samping gerakan isyarat tangan yang belum dikuasainya dengan baik, ia harus pulang ke Pematang Siantar, Sumatera Utara berkumpul dengan keluarga besar untuk melewati proses berkabung. Namun demikian Mery tetap bersyukur, “Papa mertua saya seperti mengerti waktu yang baik untuk berpulang. Tidak terlalu cepat, karena suasana yang masih imlek. Dan juga tidak terlalu telat, karena saya masih bisa balik ke Jakarta untuk memberikan sedikit bakti saya yang walaupun hanya berupa Bahasa isyarat tangan Bao En.” Ia pun merasakan sukacita karena dapat menjalankan baktinya. “Saya mempersembahkan Bao En untuk Papa dari suami saya, dan kakek dari anak saya,” ucapnya.
Berkomentar mengenai generasi muda yang sibuk dengan pekerjaannya dan kadang melupakan orang tua, Mery Ely memberikan saran untuk menguatkan niat, “Yang penting ada niat meluangkan waktu untuk orang tua. Jika ada niat, jalan pun akan diberikan karena berbakti itu adalah Dharma.”
Artikel Terkait
Pemberkahan Awal Tahun 2017: Jangan Pernah Menunda untuk Berbakti
22 Februari 2017Pemberkahan Awal Tahun 2017: Drama Musikal yang Menggetarkan
13 Februari 2017Minggu pagi tanggal 12 Febuari 2017, Ruang Jiang Jing Tang lantai 4, Aula Jing Si, Tzu Chi Center, PIK, Jakarta Utara penuh oleh relawan dan masyarakat umum yang hadir untuk mengikuti acara Pemberkahan Awal Tahun 2017 yang bertajuk “Budi Luhur Orang Tua Seluas Samudra”.
Pemberkahan Awal Tahun 2017: Menginspirasi Melalui Drama
13 Februari 2017Semangat relawan yang terlibat dalam pementasan drama dan shou yu ini, baik yang di atas panggung maupun di belakang layar memiliki tujuan mulia, yakni agar dapat menyentuh hati para penonton dan menjadi pemacu bagi diri sendiri untuk menyayangi, memperhatikan, dan berbakti kepada orang tua.