Pemberkahan Awal Tahun 2021: Menyebarkan Cinta Kasih di Kota Singkawang

Jurnalis : Erli Tan, Fotografer : Erli Tan


Putra putri daerah Singkawang yang adalah relawan komite Tzu Chi menjadi narasumber pada sesi Talkshow kedua Pemberkahan Awal Tahun tanggal 21 Februari 2021 yang diadakan secara virtual.

Tzu Chi Singkawang resmi berdiri pada 31 Oktober 2010, dan di tahun 2021 ini akan dimulai tahun ajaran pertama di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Singkawang. Sekolah ini mulai dibangun pada Oktober 2019, terletak di Jalan Alianyang, Pasiran, Singkawang Barat, Kalimantan Barat. Dimulai dari TK hingga SMK, fasilitas di sekolah ini juga sangat lengkap. Ada ruang bermain outdoor dan indoor, kelas multimedia, ruang saji teh, merangkai bunga, kaligrafi, perpustakaan, lab komputer high tech, lab IPA, ruang cooking, ruang ibadah berbagai agama, dll.

Isi dari Talkshow kedua pada Pemberkahan Awal Tahun Tzu Chi, 21 Februari 2021 yang berlangsung secara virtual ini mengenai sekolah ini. Talkshow dipandu Chia Wenyu dengan narasumber relawan komite Tzu Chi yang merupakan putra putri daerah asal Singkawang, yang mendukung proses pembangunan sekolah tersebut.

Mereka adalah Adi Prasetio, Pui Sudarto, Eva Wiyogo, Susiana Bonardy, Like Hermansyah. Kebanyakan dari mereka adalah pengusaha sukses yang merantau ke Jakarta. Selain itu juga ada Freddy Ong, Direktur Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng yang berperan sebagai Penanggung Jawab Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Singkawang.

Sebelumnya, Like Hermansyah tidak percaya bahwa sekolah Tzu Chi akan dibangun di Singkawang. “Awalnya kami tidak percaya, mana mungkin sih kita bisa bangun sekolah di sana, kota kecil gitu. Dana dan orangnya ada di mana. Tapi kenyataannya berkah Singkawang di luar perkiraan. Akhirnya mimpi menjadi nyata. Saya yakin Misi Pendidikan ini akan membawa perubahan positif dan kemajuan untuk generasi mendatang,” ucap Like Hermansyah yang mengaku menjadi budak uang sebelum dirinya mengenal ajaran Master Cheng Yen.


Talkshow dipandu oleh Chia Wenyu (kanan) dan salah satu narasumber adalah Adi Prasetio (kiri) yang pernah mengemban tanggung jawab sebagai Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Indonesia.

Menurut Adi Prasetio, dulu saat Tzu Chi mengadakan baksos besar di Singkawang, ia dan rombongan relawan melihat di Singkawang ada banyak sekali guru-guru kecil, yaitu murid kelas 6 SD mengajar di kelas 1 SD. Guru dewasa bukannya tidak ada, namun amat sangat terbatas.

“Kemungkinan akibat kemiskinan dan kurangnya pendidikan itu, Singkawang terkenal dengan pengantin Singkawang, banyak yang rela menikah di luar,” ucap Adi yang pernah mengemban tanggung jawab sebagai Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi Indonesia. “Mudah-mudahan dengan adanya sekolah ini, anak-anak bisa memperoleh ilmu yang lebih baik, mencari kerja yang lebih baik, suatu hari kelak kehidupan mereka akan berubah lebih baik,” lanjut Adi.

Pui Sudarto, yang adalah kontraktor skala nasional, selama ini telah banyak mendedikasikan waktu dan dananya ke Tzu Chi. Ia merasa waktu dan dananya tidak berkurang walau sudah disumbangkan ke Tzu Chi, tak lain tak bukan karena ia mengerjakannya dengan sepenuh hati.

“Bidang saya adalah pembangunan, di Tzu Chi saya merasa tenang, lebih konsentrasi, bisa bekerja sepenuh hati. Kalau kita kerja kerja terus tanpa diimbangi kerja sosial, tentu di hati kita tidak ada suatu ketenangan,” tukasnya.


Setelah merantau dan sukses di Jakarta, Pui Sudarto berkeinginan membangun kampung halamannya menjadi lebih baik. Setelah mall dan hotel, ia bertekad membangun sekolah.

Setelah sukses di Jakarta, Pui berkeinginan untuk bersumbangsih kembali ke kampung halamannya. Pemikiran ini ia wujudkan pada tahun 2015 dengan membangun mall dan hotel berbintang pertama di Singkawang. Selanjutnya karena kondisi pendidikan yang juga butuh perhatian, Pui bertekad membangun sekolah.

“Harapan saya, Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di Singkawang bisa menjadi sekolah nomor satu di Singkawang, kalau bisa nomor satu di Kalimantan Barat,” harapnya. Pada kesempatan yang baik ini Pui mengajak masyarakat untuk dapat turut berdana bagi pembangunan sekolah ini melalui No.Rek. BCA 865 0666 993 a.n. Yay Buddha Tzu Chi Wiyata Indonesia.

“Besar atau kecil sumbangsihnya itu bukan satu masalah, yang penting punya satu niat baik untuk memajukan pendidikan di Kota Singkawang,” kata Pui.

Sama seperti Pui Sudarto dan Adi Prasetio, Eva Wiyogo juga orang Singkawang yang merantau ke Jakarta dan sukses sebagai pengusaha. Sebenarnya kehidupan di masa mudanya amatlah sulit.

“Dulu masyarakat Singkawang banyak yang hidup dalam kekurangan, saya sendiri pernah merasakan apa itu hidup susah, karena tidak ada industri dan lapangan kerja yang memadai. Makanya orang tua saya membawa kami merantau ke Jakarta dengan menumpang kapal laut, demi mencari kehidupan yang lebih baik. Kami berjuang keras, masih kecil sudah bekerja,” cerita Eva.


Eva Wiyogo, salah satu putri Singkawang yang kini sukses sebagai pengusaha arloji, sebenarnya kehidupan masa kecilnya amatlah susah. Ia tidak ingin ada Eva-Eva kecil seperti dirinya dulu yang kurang beruntung karena pendidikan.

“Di kampung saya Singkawang, masih banyak Eva-Eva kecil. Tidak tega melihat penderitaan saudara-saudara di sana. Karena itu saya bersama Shixiong Shijie lainnya yang sama-sama putra daerah Singkawang, berupaya membawa benih cinta kasih ke Singkawang sebagai bakti kepada kampung halaman, dengan harapan bisa menggerakkan dan merangkul teman-teman yang mampu di Singkawang untuk memberi perhatian kepada masyarakat setempat yang membutuhkan,” lanjut pengusaha arloji ini.

“Bersumbangsih selagi bisa adalah kewajiban saya sebagai manusia, saya genggam kesempatan saat dibutuhkan karena saya tahu hidup tidak kekal. Sebagai putri daerah tentu saya mengharapkan Kota Singkawang bisa maju. Saya dulu sekolah tidak tinggi, hanya sampai SD saja, doa saya anak cucu Singkawang kelak bisa tumbuh dan mempunyai masa depan yang cemerlang,” ucap Eva.

Sekolah Berbudaya Humanis Sesuai Ajaran Master Cheng Yen

“Master Cheng Yen mengatakan bahwa pendidikan adalah suatu upaya menjernihkan hati dan pikiran manusia, adalah sumber harapan dan kekuatan untuk menstabilkan masyarakat. Saya yakin inilah motto yang menjadi alasan mengapa Sekolah Cinta Kasih Singkawang dibuka. Karena Master juga bilang pendidikan ini harus menjadi sumber harapan dan kekuatan untuk menstabilkan masyarakat,” ucap Freddy Ong selaku penanggung jawab di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Singkawang. Ia mengaku merasa terhormat saat diajak ikut serta dalam proyek sekolah ini.

Freddy yang juga adalah relawan komite Tzu Chi memaparkan bahwa sekolah ini tentunya menerapkan prinsip pendidikan Tzu Chi. Pertama adalah ketrampilan dasar dalam kehidupan sehari-hari, kedua adalah pendidikan budaya humanis yaitu bersyukur- menghormati-cinta kasih, dan ketiga adalah pendidikan jiwa.


Freddy Ong sebagai penanggung jawab Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Singkawang memaparkan informasi pendaftaran untuk masuk ke sekolah ini.

Pada kesempatan itu Freddy membuka informasi bagi yang ingin mendaftar untuk masuk ke sekolah ini, yaitu dapat menghubungi nomor telepon atau WA (0562)4211172/ 081292102021, atau mengunjungi booth pendaftaran di Singkawang Grand Mall lantai dasar, atau bisa juga mendaftar secara online melalui link https://bit.ly/skwcintakasih.

Susiana Bonardy, relawan Tzu Chi Singkawang amat bersyukur, karena mendapat banyak dukungan dari relawan Tzu Chi di Jakarta. Ia mengenal Tzu Chi sejak tahun 2007 dan tertarik karena budaya humanisnya. Setelah bergabung di Tzu Chi ia pun merasakan kebahagiaan luar biasa ketika membantu orang lain. Saat ini Tzu Chi Singkawang juga memberikan bantuan di bidang pendidikan.

“Masa depan anak-anak ada di pendidikan, dan anak-anak adalah masa depan bangsa. Kami melakukan adopsi anak-anak dari desa binaan untuk melanjutkan SMA di Singkawang, karena di desa tidak ada sekolah tingkat SMA. Desa-desa binaan Tzu Chi seperti Desa Salumang, Caokng, Bilayuk, masing-masing mengirimkan putra-putri terbaiknya dari desa. Selain pendidikan, Tzu Chi juga membantu biaya hidup dan tempat tinggal mereka, juga memberikan pendampingan sekaligus pendidikan budaya humanis,” jelas Susiana.


Menurut Susiana Bonardy, relawan Tzu Chi Singkawang, Tzu Chi Singkawang saat ini juga mengadopsi anak-anak asuh untuk diberikan pendidikan SMA di Singkawang yang mana di desa-desa mereka tidak ada jenjang SMA.

Mewakili masyarakat Singkawang, Susiana menyampaikan bahwa relawan Tzu Chi dan masyarakat Singkawang sangat antusias dan senang dengan hadirnya Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di Singkawang.

“Harapan kami dengan adanya sekolah ini anak-anak Singkawang bisa meningkatkan mutu pendidikan mereka, sehingga memudahkan adaptasi bagi anak-anak muda apabila ingin melanjutkan studi di luar kota. Singkawang penuh harapan, kami relawan bangga menjadi bagiannya. Gan en,” ucap Susiana menutup pembicaraan.

Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Singkawang ini adalah sekolah Tzu Chi pertama yang ada di luar Jakarta. Kini pembangunannya sudah hampir rampung, dan tahun ini akan dibuka untuk kelas TK dan SD terlebih dahulu. Dengan pendidikan yang baik, maka diharapkan masyarakat menjadi terdidik dan memiliki masa depan yang lebih baik.

 

Editor Khusnul Khotimah

 


Artikel Terkait

Pemberkahan Awal Tahun 2017: Lebih Berbakti, Lebih Bersumbangsih

Pemberkahan Awal Tahun 2017: Lebih Berbakti, Lebih Bersumbangsih

13 Februari 2017

Tabuhan tambur menggema, membuka Pemberkahan Awal Tahun 2017. Ribuan peserta dari masyarakat umum dan relawan yang memadati Aula Jing Si, Tzu Chi Center Pantai Indah Kapuk Jakarta terbawa keindahan bunyi yang rancak nan membahana.

Pemberkahan Awal Tahun 2021: Sebuah Pengakuan dan Kepercayaan dari Masyarakat dan Pemerintah

Pemberkahan Awal Tahun 2021: Sebuah Pengakuan dan Kepercayaan dari Masyarakat dan Pemerintah

21 Februari 2021

Pemberkahan Awal Tahun 2021 digelar dalam suasana yang sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, yang mana kali ini berlangsung secara virtual. Lebih dari 1.150 relawan Tzu Chi dari Aceh hingga Papua mengikuti Pemberkahan Awal Tahun melalui berbagai media sosial seperti facebook, instagram, youtube, dan aplikasi Zoom.

Pemberkahan Awal Tahun 2017: Menginspirasi Melalui Drama

Pemberkahan Awal Tahun 2017: Menginspirasi Melalui Drama

13 Februari 2017

Semangat relawan yang terlibat dalam pementasan drama dan shou yu ini, baik yang di atas panggung maupun di belakang layar memiliki tujuan mulia, yakni agar dapat menyentuh hati para penonton dan menjadi pemacu bagi diri sendiri untuk menyayangi, memperhatikan, dan berbakti kepada orang tua.

Cemberut dan tersenyum, keduanya adalah ekspresi. Mengapa tidak memilih tersenyum saja?
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -