Pembinaan TIMA Bandung Kepada Relawan Tzu Chi mengenai “Manajemen Stresâ€
Jurnalis : M. Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : M. Galvan (Tzu Chi Bandung)
|
|
||
Banyak faktor yang bisa menyebabkan stres itu sendiri, diantaranya stres beban kerja, stres karena peran, faktor interpersonal, perkembangan karir, struktur organisasi, dan masalah rumah-pekerjaan (Mencampurkan masalah pekerjaan dengan masalah pribadi, kurangnya dukungan dari pasangan hidup dan konflik pernikahan). Semua stres jelek, tetapi stres tidak akan merusak, hanya gejala-gejala berat dari stres itu sendiri yang berbahaya. Sebagai contoh yang sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari baik dari lingkungan kerja ataupun lainnya. Gejala stres fisik: nyeri kepala, nyeri pinggang, cepat lelah, linu nyeri, nafsu makan bertambah atau berkurang, tidur sulit atau berlebihan. Gejala stres mental: sulit konsentrasi atau mudah lupa, sering melakukan kesalahan, sulit mengambil keputusan, sering menangis, cemas, mudah marah, dan cepat tersinggung. Bayangkan bila hal tersebut hinggap pada diri kita tentunya semua pekerjaan dan aktivitas yang sedang dijalani akan terhambat serta menjadi beban yang berat. Sementara pekerjaan kita akan terus bertambah setiap waktunya. Membekali Ilmu Pada tanggal 20 Januari 2014, TIMA Bandung mengadakan acara pembinaan kepada relawan Tzu Chi mengenai “Manajemen Stres”. Kegiatan ini berlangsung di kantor perwakilan Tzu Chi Bandung. Dalam hal ini, Budi Sidharta, dr., SpKJ dan Shelly Iskandar, dr. Msi, PhD yang juga anggota TIMA Bandung, mencoba berbagi ilmu kesehatan dalam mengatasi stres yang nantinya bisa bermanfaat pada kegiatan baksos kesehatan. Hal tersebut difokuskan bagi para relawan Tzu Chi yang sering terlibat dengan para pasien penerima bantuan Tzu Chi.
Keterangan :
Menurut dr. Shelly, tujuan dari seminar ini adalah sebagai pembekalan bagi relawan Tzu Chi dan anggota TIMA lainnya di saat berinteraksi langsung dalam kegiatan kemanusiaan Tzu Chi. “Kita dari TIMA pengennya nanti kalau baksos ketika pasien-pasiennya lagi nunggu ada sesuatu yang baru untuk disharingkan relawan. Istilahnya dibekali pengetahuan yang berguna bagi kehidupan mereka sehari-hari. Umpamanya mereka udah habis obatnya, nah, relawan bisa berbagi tentang ilmu ini untuk mencegah mereka nggak gampang sakit dengan terhindar dari stress. Ilmu ini berguna juga untuk para relawan sebagai pembekalan diri sendiri,” terang Shelly. Dalam pembahasannya, dr Shelly mempraktikkan bagaimana mengatasi stres dengan cara mengatur pernapasan yang sangat sederhana. Caranya dengan duduk tegak tangan kanan menyentuh bagian perut dengan sedikit menekan, lalu memejamkan mata berfokus pada area tubuh yang sedang mengalami sakit atau nyeri (bisa juga dengan berfokus dengan apa yang meyebabkan stres), ambil napas dalam-dalam (bernapas dengan bagian perut) dan tahan. Lalu hitung satu sampai lima setelah itu buang napas melalui mulut dengan perlahan-lahan sampai oksigen dalam paru-paru habis. Lakukan hal tersebut sebanyak sepuluh kali, semakin tertuju pada titik fokus serta semakin lama menahan napas maka kondisi stres yang sedang dialami akan semakin teratasi. Selain mengatur pernapasan ada cara lain untuk mengatasi sewaktu stres melanda diantaranya; relaksasi otot, guided Imagery, meditasi, dan mendengarkan musik. Sedangkan untuk mencegah agar tidak stres yaitu dengan disiplin dalam mengatur waktu seperti: pengorganisasian yang baik, terstruktur, membuat tujuan jangka pendek, membuat tujuan jangka panjang, dan menggunakan agenda (daftar kegiatan harian). Di samping itu kegiatan keagamaan, membantu orang lain, berpikir positif, beristirahat cukup, rajin berolah raga, makan teratur, kurangi gula, kopi, makanan olahan, makan makanan bergizi dan beragam khususnya makanan vegetarian, sayur, dan buah segar, juga dapat mencegah stres dan menjaga kondisi tubuh tetap prima. “Mudah-mudahan ini bisa berjalan terus. Ini kan baru yang pertama kali. Kita harapkan TIMA pengennya sih dua bulan sekali ada kegiatan seperti ini dan tema-temanya juga sesuai dengan apa yang diharapkan oleh para relawan dan hasilnya bisa dipraktikkan bagi pasien-pasien Tzu Chi,” lengkap dr Shelly. Banyak yang dipetik dari seminar ini oleh para peserta. Semoga dengan ilmu yang diperoleh dalam pertemuan ini dapat dipergunakan secara maksimal kepada para pasien penerima bantuan dan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi diri sendiri serta ditularkan semua orang. Agar semua makhluk hidup terhindar dari sisi negatif dan dapat menjalankan kehidupan ini dengan penuh kebajikan. |
|||