Pemilahan Sampah Daur Ulang

Jurnalis : Willy, Fotografer : Willy

Warga mengantarkan barang daur ulang yang telah dipisahkan di rumahnya ke lokasi pemilahan barang daur ulang Tzu Chi di Lapangan Blok D, Taman Aries, Jakarta Barat pada Minggu, 6 Maret 2016.

Pengelolaan sampah di Jakarta saat ini masih menjadi persoalan pelik. Menurut data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta, masyarakat Jakarta membuang 6.000-7.000 ton sampah setiap harinya. Sebagian besar sampah tersebut berakhir di tempat pembuangan akhir di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Padahal sebagian besar sampah dalam bentuk anorganik (tidak bisa atau membutuhkan waktu sangat lama untuk dapat terurai secara alami-red), seperti kertas dan plastik. Penanganan yang tepat untuk jenis sampah anorganik adalah dengan mendaur ulang. Namun, salah satu kendala terbesar adalah kebiasaan masyarakat Jakarta yang membuang sampah tanpa memisahkan jenisnya (organik dan anorganik) sehingga banyak sampah yang sebenarnya dapat dimanfaatkan kembali menjadi terbuang sia-sia.

Widyatmoko, Ketua RW 06 Taman Aries turut serta dalam pemilahan barang daur ulang Tzu Chi. Dia mengatakan sejak Tzu Chi melakukan sosialisasi pemilahan sampah di rumah tangga, jumlah sampah yang diangkut berkurang separuhnya.

Namun hal ini tak berlaku bagi warga di Rukun Warga (RW) 06, Taman Aries, Jakarta Barat. Jika kita menyusuri rumah-rumah maka akan tampak warga yang telah memisahkan sampah organik dengan sampah anorganik. Seperti saat relawan Tzu Chi melakukan penjemputan barang daur ulang pada Minggu, 6 Maret 2016. Barang daur ulang seperti kertas, botol plastik, kaleng minuman, botol kecap, dan barang elektronik tertata rapi di teras rumah, sementara sampah organik seperti kulit buah dan sayuran berada di kotak sampah menunggu untuk diangkut para petugas kebersihan.

“Sejak masyarakat menerapkan pemilahan sampah di rumah, sampah yang terangkut berkurang. Tadinya dua gerobak menjadi satu gerobak per hari,” cerita Widyatmoko, Ketua RW 06 Taman Aries di sela-sela kegiatan rutin pemilahan sampah di kompleks ini. Sejak lima tahun terakhir, relawan Tzu Chi didukung oleh Widyatmoko dan penggiat masyarakat setempat aktif melakukan sosialisasi kepada warga RW 06 untuk mulai memisahkan sampah sesuai jenisnya. Sejak itu juga, relawan Tzu Chi rutin melakukan pemilahan sampah setiap hari Minggu pertama setiap bulannya di Lapangan Blok D Taman Aries.

Relawan Tzu Chi menjemput barang daur ulang dari rumah ke rumah.

Selain melakukan jemput bola, sebagian warga juga ada yang mengantarkan sendiri barang daur ulang yang telah dikumpulkan selama sebulan. Tak hanya itu, ada juga warga yang ikut melakukan pemilahan sampah daur ulang. Seperti Puspita yang datang bersama anak bungsunya, William untuk turut melakukan pemilahan sampah daur ulang.

“Kita lihat memang Tzu Chi tujuannya baik. Jadi selain melestarikan lingkungan juga masyarakat jadi aware memperhatikan lingkungan dengan memisahkan barang-barang mana yang bisa didaur ulang, dan mana yang tidak bisa,” pungkas Puspita saat ditanya mengenai alasannya ikut serta dalam kegiatan pelestarian lingkungan.

Salah satu perubahan yang dirasakan oleh Puspita adalah kebiasaan membuang sampah di rumahnya. “Kita tahunya dulu kalau buang sampah, ya semua dibuang, dijadiin satu. Dengan adanya pemilahan ini, sekarang kita belajar untuk memisahkan dan disumbangkan ke Tzu Chi,” tambahnya. Meski menemui kendala dalam mengubah kebiasaan, namun lambat laun keluarga Puspita kini telah terbiasa memisahkan barang daur ulang dengan sampah basah.

Puspita bersama anaknya, William nampak serius melakukan pemilahan barang daur ulang.

Senada dengan itu, menurut Inge Melianto Yuwono, salah satu warga Indonesia yang kini menetap di Amerika Serikat (AS) menuturkan bahwa masyarakat di AS sudah terbiasa memisahkan sampah sesuai jenisnya. Lebih lanjut, Inge mengaku senang dapat ikut serta dalam pemilahan barang daur ulang hari itu. Inge sendiri tengah berlibur di Indonesia, dan kebetulan ada anggota keluarga yang mengajaknya mengikuti kegiatan pemilahan sampah daur ulang ini.

Inge Melianto Yuwono, salah satu warga Indonesia yang kini menetap di Amerika Serikat (AS) menjelaskan bahwa kebiasaan memisahkan sampah organik dan anorganik sudah merupakan hal yang lumrah di AS.

Sementara itu, Haryatmi, relawan Tzu Chi yang juga menjadi koordinator kegiatan ini menjelaskan bahwa sosialisasi seperti ini akan terus dijalankan oleh relawan Tzu Chi agar masyarakat semakin sadar untuk mengurangi sampah yang dihasilkan setiap harinya. “Misi kita bukan mengumpulkan sebanyak-banyaknya barang daur ulang. Misi kita mensosialisasikan dan mengedukasi masyarakat untuk mengurangi sampah dengan berpegang pada prinsip 5R, yaitu re-think, reduce, reuse, repair, dan recycle,” pungkas relawan yang akrab disapa Ami itu.

Artikel Terkait

Bodhisatwa Daur Ulang

Bodhisatwa Daur Ulang

01 April 2011 Menyadari akan kondisi bumi yang sudah rentan, Master Cheng Yen sejak 20 tahun yang lalu telah menyerukan kepada seluruh insan Tzu Chi di dunia untuk giat melakukan gerakan pelestarian lingkungan.
Daur Ulang, Menjaga Kelestarian Bumi

Daur Ulang, Menjaga Kelestarian Bumi

21 April 2015
Para Xiao Tai Yang juga membawa tentengan berupa sekantong plastik yang di dalamnya terdapat barang daur ulang paling sedikit lima macam barang yang siap dipilah. Sebanyak 63 Xiao Tai Yang turut hadir dalam kegiatan kelas budi pekerti praktik melestarikan bumi yang didampingi 48 relawan Tzu Chi.
Daur Ulang Sampah, Daur Ulang Hati

Daur Ulang Sampah, Daur Ulang Hati

22 Mei 2012 Pagi itu jam 7 pagi, tanggal 20 Mei 2012 adalah hari diresmikannya depo yang disebut sebagai Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Tzu Chi.
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -