Penantian yang Berbuah Manis
Jurnalis : Galvan (Tzu Chi Bandung), Fotografer : Galvan, Rangga (Tzu Chi Bandung)Pada Minggu, 23 Agustus 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung bekerja sama dengan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) mengadakan Bakti Sosial Katarak secara cuma-cuma di Priangan Medical Center, Jl. Nana Rohana No. 37, Bandung.
Bentuk kepedulian yang didasari oleh rasa cinta kasih dan semangat tolong-menolong terhadap sesama akan memberi dampak yang luar biasa. Hal ini dirasakan oleh insan yang bertekun dalam wadah pelatihan diri, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.
Menyaksikan penderitaan dan kekurangan sesama, insan Tzu Chi Indonesia senantiasa hadir untuk memberikan pertolongan. Salah satunya pada Minggu, 23 Agustus 2015, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung bekerja sama dengan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) mengadakan Bakti Sosial Katarak secara cuma-cuma di Priangan Medical Center, Jl. Nana Rohana No. 37, Bandung.
Baksos kala itu berhasil menangani sembilan pasien pengidap katarak dan satu pasien penderita pterygium yang berasal dari Subang, Ciamis, dan Bandung. Sebelumnya, pada tanggal 18 Agustus 2015 telah dilakukan pemeriksaan awal katarak bagi 23 pasien. Berdasarkan pemeriksaan ini, sebanyak 13 pasien yang dinyatakan positif katarak ataupun pterygium.
Meski begitutu, tak semua pasien dioperasi pada hari diadakannya baksos. Hal ini dikarenakan kondisi tekanan darah dan kadar gula dalam darah tiga pasien lain yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya prosedur operasi.
Insan Tzu Chi senantiasa mendampingi para pasien sehingga mereka dapat menjalani prosedur pengobatan dengan lebih tenang.
Tujuan diselenggarakannya baksos ini adalah untuk meringankan beban para pasien yang selain menderita penyakit pada matanya yang juga didera kesulitan ekonomi. Insan Tzu Chi berharap pengobatan ini tidak hanya mengembalikan penglihatan para pasien, tetapi juga dapat menciptakan harapan baru untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Lebih dari itu, baksos ini juga mendekatkan relawan Tzu Chi dengan insan YDSP. Hubungan harmonis semakin erat terjalin sehingga baksos dapat berjalan dengan lancar. Selama menjalani pengobatan, para pasien senantiasa mendapat pendampingan dari insan Tzu Chi. Misalnya saja saat menuju ruang operasi, insan Tzu Chi memberikan dukungan moril bagi pasien agar dapat lebih tenang menjalani prosedur operasi.
“Ibu harus yakin, ibu harus banyak berdoa nanti kalau mau masuk ruang operasi, biar nantinya hasilnya bagus dan ibu bisa melihat lagi,” ucap Avon, salah satu relawan Tzu Chi kepada salah satu pasien yang akan menjalani prosedur operasi.
Penglihatan Baru, Harapan Baru
Menjalani pengobatan merupakan hal yang tak pernah terlintas dalam benak Muhammad Muslim. Pria berusia 55 tahun itu menuturkan bahwa biaya operasi yang membengkak membuatnya mengurungkan niat untuk menjalani pengobatan.
Baksos ini juga menjadi ajang bagi insan Tzu Chi dan relawan Yayasan Dana Sosial Priangan (YDSP) untuk bersama-sama bersumbangsih bagi sesama.
“Mata saya dulu awalnya tiba-tiba buram, lalu saya berobat ke sini (YDSP –red). Terus katanya saya katarak, harus dioperasi. Uang saya sudah habis untuk nutupin kebutuhan sehari-hari sama untuk operasi istri saya. Jadi saya nggak punya biaya untuk operasi katarak,” cerita Muslim.
Hal ini berlangsung hingga Muslim menjadi salah satu pasien dalam baksos katarak yang diadakan oleh Tzu Chi. Pada saat pembukaan perban keesokan harinya, rasa bahagia begitu terasa dalam diri Muslim. Hingga saat dokter membuka perban pada matanya, secara spontan Muslim mengucap, “Alhamdulillah.”
Muhammad Muslim yang merupakan salah satu dari sepuluh pasien yang ditangani dalam baksos ini merasa bersyukur dapat melihat kembali.
Rasa syukurnya semakin tersurat. “Terima kasih Yayasan Tzu Chi sama Yayasan Priangan yang sudah kerja sama ngasih operasi buat saya. Semoga Allah SWT bisa ngebalas kebaikannya. Sekarang mata saya sudah mulai bisa melihat lagi,” ucapnya.
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia terus menjaring sesama yang membutuhkan pertolongan. Pada akhirnya, insan Tzu Chi berharap setiap orang dapat bersama-sama mengesampingkan perbedaan dan hidup bersama dalam nuanasa harmonis. Sehingga di dunia ini penuh dengan jiwa penuh welas asih.