Pendampingan Humanis Tzu Chi

Jurnalis : Suyanti Samad (He Qi Timur) , Fotografer : Suyanti Samad (He Qi Timur)


Dalam pendampingan humanis Tzu Chi, insan Tzu Chi menganggap penerima bantuan adalah bagian dari keluarganya.

Langkah pertama Tzu Chi di Indonesia diawali dengan Misi Amal. Misi Amal adalah 10 tahun pertama Tzu Chi, dan merupakan akar dari Tzu Chi.

“Bagaimana menjalankan Misi Amal, Master Cheng Yen sudah (pernah) menjalankannya sendiri. Bagaimana Master Cheng Yen mengunjungi penerima bantuan? Bagaimana Master mengunjungi orang sakit? Bagaimana berdialog dengan penerima beasiswa? dan juga bagaimana bercengkrama dengan para donatur? Sehingga para relawan meneladani apa yang telah Master Cheng Yen lakukan.” kata DR. Haryo Suparmun S.E., CPA., dalam opening remarks Tzu Chi Talks.

Tzu Chi Talk edisi kesembilan ini berlangsung pada Sabtu, 29 Agustus 2020 yang diikuti oleh lebih dari 200 partisipan melalui aplikasi Zoom, YouTube, Instagram, dan Facebook, dengan mengusung tema Pendampingan Humanis dalam Pelayanan Sosial, sebagai bagian dari Misi Amal Tzu Chi.

Saat melakukan pendampingan kepada para penerima bantuan di Misi Amal, Budaya Humanis sangat diutamakan dan menganggap mereka adalah keluarga sendiri. Relawan mengajak bercengkrama dengan kehangatan seperti anggota keluarga.

Apa Itu Pendampingan Humanis Tzu Chi?


Dalam pendampingan humanis Tzu Chi, memiliki spirit, prinsip dan pedoman pendampingan.

Di Misi Amal Tzu Chi, relawan menangani berbagai permohonan bantuan khususnya pendidikan, kesehatan, dan bantuan biaya hidup. Dalam Misi Amal, insan Tzu Chi berusaha untuk menjadi jembatan antara para penerima bantuan, dan kebutuhan yang mereka butuhkan dalam proses kehidupan mereka.

Wie Sioeng, Koodinator He Xin Amal menjelaskan, insan Tzu Chi di Misi Amal mendampingi para penerima bantuan dengan menggunakan hati dan perasaan untuk bisa mencari solusi dan melepaskan penderitaan penerima bantuan. Pendampingan humanis ini juga berakar pada tujuan Misi Amal Tzu Chi, yaitu sebuah proses memberikan kebahagiaan dengan hati yang penuh dengan welas asih dengan melepaskan penderitaan.

“Di Tzu Chi, kita juga menginspirasi dan memotivasi saudara-saudara kita yang mampu secara ekonomi, yang mempunyai waktu luang, ide, atau pemikiran untuk sama-sama bersumbangsih (berpartisipasi) dalam lembaga kemanusiaan,” ungkap Wie Sioeng.

Latar Belakang Pendampingan Humanis Tzu Chi


Pendampingan diawali dari mulai diajukannya permohonan bantuan dan pengisian formulir permohonan oleh anggota pemohon bantuan ke Tzu Chi sebagai wadah relawan amal bernaung.

Kata Budaya humanis atau Ren Wen terdiri dari ren (manusia) diartikan menjadi teladan bagi kehidupan (dalam berbagai aspek) dan wen (budaya) diartikan wariskan sebagai budaya yang turun menurun. Sehingga Ren Wen (budaya humanis) adalah budaya interaksi antar manusia sebagai teladan dan diwariskan secara turun temurun.

Master Cheng Yen mendirikan Tzu Chi untuk melepaskan penderitaan, memberikan kebahagiaan. Master Cheng Yen juga menjadi seorang teladan.

“Master melakukan kunjungan kepada pemohon atau penerima bantuan di awal berdirinya Tzu Chi, menjadi satu inspirasi dan motivasi bagi kami untuk sama-sama bergerak mengikuti jejak langkah cinta kasih Master Cheng Yen sebagai seorang pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi.” pungkas Wie Sioeng, yang adalah relawan komunitas He Qi Timur.

Dalam pendampingan humanis Tzu Chi, memiliki spirit, prinsip dan pedoman pendampingan; menghargai jiwa, kesetaraan antara semua mahluk. Kedua, cepat, tepat dan langsung. Terakhir, bersikap tulus, benar, yakin dan jujur.

“Dalam pendampingan humanis Tzu Chi, kita tetap memakai beberapa prinsip dasar sebagai nilai-nilai pendampingan humanis, adalah bersyukur, menghormati, mencintai, empati dan bijaksana.” tambah Wie Sioeng.

Tahapan Proses Pendampingan Humanis Tzu Chi


Proses pendampingan diawali dengan mengulai permasalahan yang dihadapi pemohon dan membantu mencari solusi atas permasalahannya.

Diawali dengan pra-pendampingan, merupakan tahapan di mana pendamping akan melakukan pendalaman tentang kondisi seseorang yang akan didampingi dengan melihat berbagai aspek dalam kehidupan yang bersangkutan, baik aspek kesehatan, pendidikan, ekonomi dan sosial. Kegiatan ini dilakukan dengan metode survei dan analisis laporan survei secara bersamaan.

Kedua, pendampingan merupakan tahapan di mana relawan sebagai pendamping, mendampingi penerima bantuan dalam mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi, melihat prioritas lingkup permasalahan, seperti kesehatan, pendidikan atau ekonomi.

Ketiga, pasca-pendampingan adalah tahapan ketika pendamping telah melakukan tahapan pendampingan dalam lingkup masalah tertentu. Namun yang menjadi ciri khas Tzu Chi adalah pendampingan yang berkelanjutan untuk melihat pemulihan kehidupan dari penerima bantuan, baik pemulihan secara jasmani maupun rohani.

Master Cheng Yen mengajarkan, cinta kasih meningkatkan rasa welas asih agar insan Tzu Chi memiliki sesuatu untuk bisa diberikan sebagai keteladan bagi insan di masa yang akan datang. Tzu Chi mengenal prinsip 10%, 30% dan 60%. Apa itu ?

Presentase pencapaian tujuan pada perbuatan amal yang berwujud sebesar 10%. “Sepuluh persen dari presentase pencapaian tujuan perbuatan Misi Amal Tzu Chi adalah pemberian bantuan secara materi, pemberian bantuan biaya pengobatan, pemberian bantuan biaya pendidikan, pemberian bantuan biaya kehidupan, kepada saudara-saudara kita, siapapun mereka yang berjodoh dengan Tzu Chi tanpa melihat latar belakang ras, suku atau golongan,” papar Wie Sioeng.


Pendampingan Tzu Chi tidak hanya mengobati fisik atau bantuan materi semata tetapi lebih diutamakan adalah memberikan ketenangan bathin dan membangkitkan semangat hidup serta kemandirian.

Presentase pencapaian tujuan pada perbuatan amal yang tidak berwujud adalah sebesar 30%. “Adalah memberikan kebahagiaan, melepaskan penderitaan yang diterima para pemohon ataupun para penerima bantuan Tzu Chi. Bagaimana mereka yang sakit bisa menjadi sembuh, yang tidak sekolah bisa sekolah, hingga mempunyai harapan masa depannya, dan menjadi satu kebahagiaan, satu perwujudan kemandirian mereka secara fisik, ekonomi dan sebagainya.” lanjutnya.

Presentase pencapaian tujuan pada hati manusia yang tersajikan adalah sebesar 60%. “Adalah kami, khususnya para insan Tzu Chi, bagaimana kita menerima suatu kebahagiaan atas apa yang telah kita lakukan. Tetapi bukan menjadi sebuah kesombongan. Melainkan sebuah pelajaran kehidupan bagaimana ternyata dengan melihat penderitaan, kita bisa membangkitkan rasa welas asih kita, rasa cinta kasih kita, rasa empati kita kepada saudara-saudara kita yang menderita,” pungkas Wie Sioeng.

Editor: Khusnul Khotimah


Artikel Terkait

Tzu Chi Hospital: High Technology, High Touch, and Humanity

Tzu Chi Hospital: High Technology, High Touch, and Humanity

24 Agustus 2020

Tzu Chi Talks edisi kedelapan berlangsung pada Sabtu, 22 Agustus 2020. Diikuti oleh 300 partisipan melalui aplikasi Zoom, YouTube, Instagram, dan Facebook, Tzu Chi Talks mengusung tema Tzu Chi Hospital, Technology and Humanity yang merupakan Misi Kesehatan Tzu Chi. Webinar ini membahas tentang berbagai permasalahan dan solusi dalam menangani kendala pengobatan sekaligus memperkenalkan rumah sakit bertaraf International yang akan hadir (beroperasi) di Indonesia pada awal tahun 2021.


Pendampingan Humanis Tzu Chi

Pendampingan Humanis Tzu Chi

03 September 2020

Tzu Chi Talk edisi kesembilan berlangsung pada Sabtu, 29 Agustus 2020 mengusung tema Pendampingan Humanis dalam Pelayanan Sosial, sebagai bagian dari Misi Amal Tzu Chi. Tzu Chi Talk diikuti oleh lebih dari 200 partisipan melalui aplikasi Zoom, YouTube, Instagram, dan Facebook.


Mendapat Kebahagiaan Sejati di Tzu Chi

Mendapat Kebahagiaan Sejati di Tzu Chi

03 Agustus 2020

Tzu Chi Talks bertopik “My Tzu Chi Life’s Script” dengan narasumber Liliawati Rahardjo, seorang relawan senior Tzu Chi yang juga Managing Director PT. Summarecon Agung Tbk, berlangsung pada Sabtu 1 Agustus 2020, diikuti oleh 455 partisipan LIVE melalui ZOOM, Youtube, Instagram, dan Facebook Tzu Chi Indonesia.

Ada tiga "tiada" di dunia ini, tiada orang yang tidak saya cintai, tiada orang yang tidak saya percayai, tiada orang yang tidak saya maafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -