Pendidikan Berbasis Cinta Lingkungan
Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand YahyaSebanyak 30 siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi memasuki lokasi Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan pada Selasa, 15 Maret 2016. Mereja disambut oleh pengelola depo Tioe Te Ho, yang juga relawan Tzu Chi.
Kebiasaan menggunakan barang sekali pakai telah menjangkiti masyarakat di perkotaan, khususnya Jakarta. Hal ini memicu banyaknya sampah yang dihasilkan dari setiap rumah dan keluarga. Padahal, tak jarang barang-barang yang dibeli hanya berdasarkan “keinginan” bukan “kebutuhan”. Lebih parahnya lagi, kebiasaan memilah sampah juga belum menjadi budaya di masyarakat, sehingga tak jarang sampah kering (non organik yang umumnya bisa didaur ulang) bercampur dengan sampah basah (organik). Jika dikelola dengan benar, sampah-sampah (ini sebenarnya masih bisa memberikan manfaat.
Keadaan dan kenyataan ini yang membuat Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat memasukkan kurikulum Pendidikan Lingkungan Kehidupan Jakarta (PLKJ) yang mempelajari gaya hidup di Kota Jakarta yang sangat kompleks, mulai dari kebersihan lingkungan hingga tatakrama bersosialisasi di kota metropolitan.
Seperti yang dilakukan 30 siswa-siswi kelas 8 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng pada Selasa, 15 Maret 2016, mereka datang ke depo pemilahan barang daur ulang untuk memisahkan berbagai jenis kertas berwarna dan jenis kaleng aluminium. Supangat, S.Pd, guru yang mengajarkan PLKJ ini mengenalkan tentang lingkungan dan menanamkan kepedulian pada lingkungan. Secara persuasif ia mengajak anak-anak untuk mengubah pola pikir, perilaku, dan kebiasaan agar dapat mengurangi volume sampah dan melakukan prinsip 5 R yaitu: Rethink (memikirkan kembali sebelum membeli), Reduce (mengurangi), Reuse (memakai kembali),Repair (memperbaiki) dan Recycle (mendaur ulang).
Siswa-siswi mendapat pengarahan dari relawan Tzu Chi dalam memilah jenis kertas. Pemilahan jenis kertas untuk menyatukan warna agar menjadi sewarna dalam pengumpulan kertas.
Proses pemilahan barang daur ulang ini selain mendidik siswa-siswi untuk bijak dalam menggunakan barang juga melatih kesabaran mereka dalam memilih jenis kertas.
Supangat mengatakan bahwa program ini dimulai sejak tahun lalu (2015). “Kurikulum (PLKJ) ini secara teori mempelajari pengenalan lingkungan dan berhubungan langsung dengan mata pelajaran PLKJ,” ujar Supangat di sela-sela memilah kertas, “Siswa-siswi ini juga dibimbing oleh relawan Tzu Chi yang bertanggung jawab untuk pemilahan barang-barang daur ulang di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Cengkareng ini.” Secara rutin satu bulan sekali para siswa-siswi ini mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), SMP, SMU, dan SMK mendapat pelajaran cara memilah atau menggolongkan barang-barang yang dapat didaur ulang.
Supangat mengatakan bahwa masyarakat masih kurang peduli terhadap kebersihan lingkungan, seperti masih ada warga yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Jika siswa-siswi ini menjalankan program pemanfaatan sampah di keluarga mereka masing-masing minimal mereka sudah membantu program pemerintah dalam hal penanggulangan sampah yang saat ini sangat mengkhawatirkan. “Tujuannya mengurangi sampah di lingkungan sekitar, mengurangi sampah di rumah mereka masing-masing,” ujar Supangat. Siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi secara rutin dijadwalkan untuk membawa barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi di rumah untuk dibawa ke sekolah setiap hari Selasa dan Jumat.
Siswa-siswi SMP Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng bersama-sama guru pembimbing dan relawan Tzu Chi memilah jenis kertas untuk didaur ulang.
Siswa laki-laki memilah kaleng-keleng minuman kemasan yang di eli warga hanya sekali pakai dan tidak digunakan lagi. Kaleng-kaleng ini sebenarnya dapat digunakan kembali untuk tempat pot bunga, tempat pensil, dan lain sebagainya.
Tioe Te Ho, relawan Tzu Chi yang mengelola Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi Cengkareng mengatakan bahwa Tzu Chi tidak hanya sebatas mengumpulkan barang yang bisa didaur ulang, melainkan lebih menekankan pada makna daur ulang itu sendiri, yaitu menghargai apa yang kita miliki, melatih kesabaran dan melatih konsentrasi. Metode ini sangatlah mudah dijalankan jika saja setiap rumah mau menjalankannya, yang paling penting adalah bagaimana kita mengupayakan agar sampah rumah bisa kita manfaatkan semuanya agar tidak ada lagi yang terbuang. Makna dari program daur ulang Tzu Chi adalah “Mengubah sampah menjadi emas, emas menjadi cinta kasih, dan cinta kasih menyebar ke seluruh dunia”.
Para siswa-siswi ini juga sudah memahami bahwa hasil dari pemilahan barang-barang daur ulang ini bisa digunakan untuk program-program misi kemanusiaan Tzu Chi. Barang-barang tersebut setelah dikumpulkan dan dipilah sesuai jenisnya selanjutnya dijual ke pabrik pengolahan barang daur ulang untuk dijadikan produk baru.
Tioe Te Ho berharap supaya siswa-siswi Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dapat menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat, terutama di rumah mereka dan lingkungannya. “Jangan membuang sampah sembarangan, terutama di jalan dan selokan, hidup hemat, dan jangan beli barang yang hanya sekali pakai saja. Belilah barang yang bisa dipakai berkali-kali, dan jika sudah benar-benar rusak sumbangkan ke pengepul atau seperti depo kita ini, jangan asal buang barang-barang itu” kata Tioe Te Ho mengimbau.
Artikel Terkait
Pembagian Paket Cinta Kasih di Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan Soak
25 Mei 2022Komunitas relawan Tzu Chi di Xie Li Kemuning yang merupakan bagian dari Tzu Chi Palembang mengadakan bakti sosial pembagian paket cinta kasih, pada Minggu, 22 Mei 2022.
Pendidikan Berbasis Cinta Lingkungan
17 Maret 2016Bersih-bersih Depo Pendidikan Pelestarian Lingkungan
04 Maret 2021Pagi itu, Minggu 21 Februari 2021, para relawan Tzu Chi Palembang sudah hadir di depo. Dengan Semangat, masing-masing relawan membawa perlengkapan seperti sapu, sekop, steam Jet pump, vacuum cleaner, dan alat kebersihan lainnya.