Pendidikan Budi Pekerti Membentuk Karakter Anak-anak Sejak Dini

Jurnalis : Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Beverly Clara, Calvin (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

Jurman pembawa materi. Dalam permainan "Build A Cat", siswa-siswi bekerja sama dalam kelompok untuk memotong dan menyusun gambar kucing dari selembar kertas, dari situ mereka diuji keterampilan motorik halus, komunikasi, kerja tim, dan pemecahan masalah bersama.

Nilai-nilai seperti sopan santun, bertanggung jawab, disiplin, jujur, ikhlas, dan mandiri merupakan landasan penting yang perlu ditanamkan sejak usia dini. Karena itu kelas budi pekerti yang diadakan Tzu Chi menjadi sangat penting. Dalam kelas ini, para siswa diajak memahami nilai-nilai tersebut melalui berbagai aktivitas yang interaktif dan bermakna. Mereka dibagi menjadi dua tingkatan sesuai usia mereka, yakni kelas Qing Zi Ban untuk usia 5-7 tahun dan kelas Er Tong Ban untuk usia 8-11 tahun.

Pada Minggu, 21 April 2024, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kembali menggelar kelas budi pekerti yang diikuti oleh 33 siswa, yang turut didampingi oleh orang tua mereka. Kegiatan dimulai tepat pukul 09.00 WIB, diawali dengan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Buddha, dan Master Cheng Yen, dilanjutkan dengan pembacaan Sepuluh Sila Tzu Chi.

Pada kelas Er Tong Ban, para siswa disuguhi materi yang menginspirasi oleh Daai Papa Jurman tentang “Aku Sangat Bahagia.” Dengan penuh semangat, ia memperlihatkan kepada siswa-siswi sebuah tayangan mengenai penyandang disabilitas yang tak kenal lelah dalam mengejar impian dan menjalani kehidupan dengan penuh semangat. Beberapa di antara mereka bahkan telah menjadi atlet dan motivator yang menginspirasi banyak orang.

Daai Mama senantiasa memberikan pendampingan kepada siswa-siswi dalam menyelesaikan permainan maupun membuat kerajinan tangan.

Melalui kisah ini, Jurman menyampaikan pesan penting bahwa kebahagiaan bukanlah semata-mata tentang memiliki tubuh yang sempurna, tetapi bagaimana kita menjalani hidup dengan penuh penghargaan terhadap kesehatan dan melakukan hal-hal baik dan bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Ia mengajak siswa-siswi untuk lebih menghargai kesehatan yang dimiliki serta memanfaatkannya dengan melakukan perbuatan baik dan positif dalam kehidupan sehari-hari.

Siswa-siswi diajak untuk berpartisipasi dalam sebuah permainan yang disebut Build A Cat. Dalam permainan ini, mereka dibagi menjadi dua orang satu kelompok. Setiap kelompok diberi tugas memotong gambar kucing yang terdapat pada selembar kertas, lalu menempelkannya ke kertas dengan hasil potongan yang membentuk gambar kucing. Dalam menjalankan tugas ini, setiap anggota kelompok hanya boleh menggunakan satu tangan untuk melakukan semua tahapan, mulai dari memotong hingga menempel dengan lem.

Hal ini mengharuskan mereka berpikir secara kreatif dan bekerja sama secara efektif agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Permainan ini tidak hanya menguji keterampilan motorik halus, tetapi juga kemampuan berkomunikasi, bekerja sama, dan menyelesaikan masalah bersama-sama.

Daai Mama Lissa memberikan materi tentang “Empat Kata Ajaib” yaitu tolong, terima kasih, maaf, dan permisi.

“Saat menemui kesulitan seperti hanya memiliki satu tangan, harus tetap berusaha menyelesaikan masalah, contoh bekerja sama dengan orang lain untuk menyelesaikannya. Temukan kelebihan dalam diri kita dan terus belajar, itulah menghargai kehidupan,” ucap Jurman mengenai arti dan makna permainan tersebut.

Untuk kelas Qing Zi Ban, Daai Mama Lissa memberi materi tentang “Empat Kata Ajaib” yaitu tolong, terima kasih, maaf, dan permisi. Pada materi ini ada sebuah tayangan yang menggugah pikiran dan emosi para siswa. Tayangan tersebut memperlihatkan betapa keempat kata tersebut memiliki kekuatan besar dalam membangun hubungan yang harmonis dan penuh pengertian dalam kehidupan sehari-hari.

Para siswa dibawa dalam cerita yang memperlihatkan bagaimana penggunaan kata "tolong" dapat membantu orang lain dalam kesulitan, bagaimana ucapan "terima kasih" dapat menghargai setiap bentuk bantuan, bagaimana kata "maaf" mampu memperbaiki hubungan yang retak karena kesalahan, dan bagaimana kata "permisi" mencerminkan sikap hormat terhadap privasi dan kehendak orang lain. Melalui tayangan ini, para siswa diberikan kesempatan untuk merenungkan betapa penting nilai-nilai tersebut dalam membentuk karakter yang baik dan memperkaya hubungan antarmanusia.

Charlene Chrestella mendapat pelajaran berharga tentang pentingnya bersyukur atas karunia tubuh yang sempurna.

Jurman sebagai Daai Papa merasa sangat bangga melihat semangat anak-anak dalam belajar tentang ajaran Buddha, mengamalkan perilaku yang baik, dan membangun karakter yang kuat. Baginya ini adalah tanda positif bahwa generasi mendatang memiliki kesadaran tinggi akan nilai-nilai moral dan spiritual. Kegiatan ini dapat menjadi langkah awal yang penting dalam mengarahkan mereka ke jalan yang lebih baik.

“Saya bangga kepada anak-anak yang merupakan generasi berikutnya yang mau belajar untuk berkarakter. Saya ingin anak-anak kita ini mengerti tentang ajaran Buddha, tentang berperilaku yang baik, dan berkarakter yang baik sehingga saya ingin mengajak kita semua ke arah yang lebih baik,” ungkap Jurman.

Setelah mengikuti serangkaian materi, siswa-siswi diberi kesempatan mengekspresikan kasih sayang mereka kepada orang tua dengan cara istimewa yaitu membuat kerajinan tangan berbentuk bunga. Saat mereka berkumpul mengerjakan tugas ini, kebahagiaan tampak jelas terpancar dari wajah mereka yang penuh semangat. Mereka menunjukkan keseriusan dan dedikasi yang luar biasa dalam menyelesaikan tugas mereka.

Kerajinan tangan berupa bunga yang dibuat siswa-siswi Er Tong Ban menjadi hadiah istimewa untuk orang tua mereka. Karya ini menjadi ungkapan terima kasih yang tulus atas segala dukungan dan cinta yang telah diberikan oleh orang tua selama ini.

Charlene Chrestella, siswi kelas budi pekerti senang mengikuti kelas budi pekerti. Ia mendapat pelajaran berharga tentang pentingnya bersyukur atas karunia tubuh yang sempurna. “Saya senang pas bagian kerajinan tangan membuat bunga. Hari ini saya dapat pelajaran harus selalu bersyukur karena kita telah dikaruniai tubuh yang sempurna,” ungkap Charlene.

Melalui pendidikan budi pekerti, anak-anak diberi kesempatan untuk merajut karakter yang kokoh dan sikap yang memancarkan kebaikan, mempersiapkan mereka untuk menjelajahi dunia dengan keyakinan dan empati di masa depan. Tzu Chi tidak hanya mengajarkan nilai-nilai seperti kejujuran, kerja keras, dan kepedulian, tetapi juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari siswa-siswi.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Kelas Budi Pekerti: Asal Usul Tahun Baru Imlek

Kelas Budi Pekerti: Asal Usul Tahun Baru Imlek

23 Januari 2019

Pada Minggu, 20 Januari 2019, Tzu Chi Tanjung Balai Karimun melakukan kegiatan rutin setiap bulannya yaitu kelas budi pekerti. Pada pertemuan kali ini, para Xiao Tai Yang diberikan tema yang berkaitan dengan Tahun Baru Imlek yang akan jatuh pada bulan Februari 2019.


Semangat Menimba Ilmu di Kelas Budi Pekerti

Semangat Menimba Ilmu di Kelas Budi Pekerti

31 Agustus 2016

Setiap orang tua menginginkan anaknya bertingkah laku dan berbudi pekerti yang baik. Pun juga para orang tua dari murid kelas budi pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Pada Minggu, 21 Agustus 2016, kelas budi pekerti kembali digelar.

Membawa Perubahan Sikap Bagi Anak

Membawa Perubahan Sikap Bagi Anak

21 Maret 2018
Sebanyak 26 peserta atau yang disebut dengan Xiao Pu Sa (Bodhisatwa Kecil) mengikuti kelas budi pekerti yang digelar Tzu Chi Bandung. Kelas budi pekerti (Qing Zi Ban) mengedepankan pembangunan karakter anak dengan hal-hal kebaikan, seperti mencintai, menghormati, dan bersyukur.
Walau berada di pihak yang benar, hendaknya tetap bersikap ramah dan bisa memaafkan orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -