Pendidikan Harus Ditanamkan Sejak Dini
Jurnalis : Teddy Lianto, Fotografer : Teddy LiantoDi puncak kegiatan Minggu Humanis yang diadakan Jumat, 27 Februari 2015 di Aula Jing Si Lantai 3, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta utara, anak-anak didik memberikan performa terbaik mereka kepada para orang tua.
Para guru di Sekolah Tzu Chi sangat bersungguh hati. Mereka menyadari bahwa pendidikan masa kini kurang menekankan pendidikan budaya humanis. Karena itu, sekolah-sekolah Tzu Chi mengajarkan pendidikan ini kepada anak-anak didik sedini mungkin.
Tidak cukup hanya sehari, tetapi pendidikan ini telah diterapkan dalam kegiatan keseharian anak didik di sekolah. Supaya anak-anak didik tidak bosan, para guru pun menggunakan berbagai metode terampil untuk diterapkan kepada mereka. Salah satunya adalah rangkaian program “Minggu Humanis” yang dilakukan oleh Sekolah Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Barat. Setelah hampir satu minggu lamanya atau sejak 23 Februari 2015, murid-murid Sekolah Tzu Chi Indonesia mempelajari dan mempraktikkan kata-kata perenungan Master Cheng Yen dalam keseharian mereka di sekolah.
Adapun contoh-contoh yang dipakai ialah bagaimana menghargai sumber daya alam yang dikemas dalam sebuah permainan. “Di Minggu Humanis ini kita mengajarkan dan memfokuskan diri dalam memberikan praktik nyata mengenai cara menghemat sumber daya alam dan bagaimana penerapannya di rumah mereka masing-masing. Semuanya dikemas melalui permainan,” jelas Iing Felicia Joe, Kepala Sekolah TK Tzu Chi Indonesia kepada para orang tua murid yang hadir di acara Minggu Humanis.
Sebanyak 428 anak didik dan 56 guru pendamping berpatisipasi dalam acara ini.
Iing pun menambahkan jika selama Minggu Humanis para guru menggunakan metode lain selain memberikan pengajaran dengan tutur kata. Para guru memberikan nasihat melalui praktik nyata yang diaplikasikan dengan cara menyenangkan. Misalnya ketika mengajak anak-anak bermain membawa air yang ditaruh dalam tutup botol minum lalu dipindahkan dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa tumpah, ketika anak-anak didik telah melakukannya maka para guru bertanya apakah mudah memindahkan air tanpa tumpah dan apakah air yang terbuang sangat sia-sia. Ternyata anak-anak pun dapat memahaminya. Melalui cara yang sederhana inilah, nasihat dari para guru akan selalu diingat oleh anak didik dalam hati.
Dipenghujung kegiatan Minggu Humanis yang diadakan pada Jumat, 27 Februari 2015 bertempat di Aula Jing si Lantai 3, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta utara, anak-anak didik memberikan performa mereka kepada para orang tua. Sebanyak 428 anak hadir di ruangan yang berkapasitas 600 orang ini. Acara yang diadakan pada pukul 09.00 WIB ini dinilai sangat teratur dan penuh ceria oleh para orang tua.
Di Acara puncak Minggu Humanis ini, Iing Felicia Joe, Kepala TK Sekolah Tzu Chi juga memberikan penghargaan kepada anak-anak yang memenangkan perlombaan menggambar berdasarkan kata perenungan Master Cheng Yen.
Mengarahkan para Siswa untuk Berjalan ke Arah yang Benar
“Saya melihat kali ini anak-anak lebih berani (percaya diri) untuk tampil dan teratur. Acaranya bagus, anak-anak punya gambaran bagaimana untuk melestarikan lingkungan,” jelas Loe Se Moy, ibu dari Hanita A Setiadi yang duduk di kelas K2 (Kindergarten) Harmony. Adapun perkembangan positif yang dialami Hanita ketika bersekolah di Sekolah Tzu Chi selama dua tahun ini. Loe Se Moy melihat sendiri bagaimana anaknya mulai memiliki kesadaran untuk berhemat ketika berasa di dalam rumah. “Kesadarannya sudah timbul ya. Di rumah anak-anak mulai sadar akan hemat listrik dan penggunaan air,” terangnya seusai mengikuti acara Minggu Humanis.
Tidak hanya acara Minggu Humanis yang membuatnya kagum, tetapi juga kinerja guru dan aturan sekolah yang positif membuatnya yakin untuk menyekolahkan kedua anaknya di sekolah Tzu Chi Indonesia. “Kalau saya melihat budi pekerti di Sekolah Tzu Chi sangat kelihatan dan disiplin. Lalu di Sekolah Tzu Chi ada teori ada juga praktik. Contoh paling kecil ialah anak-anak didik hingga sampai kelas 4 SD diajarkan setelah makan harus sikat gigi. Jadi anak-anak sedari dini sudah terbiasa untuk sikat gigi. Ini kan terlihat disiplinnya,” ucap Loe Se Moy yang tinggal di Kebon Jeruk, Jakarta Barat ini. “Lalu juga perhatian anak-anak ke orang tua juga lebih terlihat. Kadang neneknya sakit dia bisa tanya dan perhatian,” sambungnya sambil tersenyum.
Loe Se Moy (Kanan) merasakan perubahan positif pada Hanita, putri bungsunya selama bersekolah di Sekolah Tzu Chi.
Inilah sumbangsih para guru dalam misi budaya humanis Tzu Chi. Mereka mengajarkan budaya humanis kepada para siswa sehingga moralitas dan etika yang baik dapat kembali ada dalam kehidupan keluarga mereka. Selain itu, para siswa pun akan memiliki tata krama yang baik. Didikan ini akan mengarahkan para siswa untuk berjalan ke arah yang benar. Pendidikan yang dapat membimbing manusia kembali berjalan di jalan yang benar adalah pendidikan yang paling baik. “Harapan saya ialah para anak didik dapat mempraktikkannya di rumah, karena dengan dipraktikkan di rumah otomatis orang yang di rumah dapat ikut serta terkontaminasi untuk turut berbuat hal-hal yang sama,” harap Iing kepada para orangtua anak didik seraya menutup acara Minggu Humanis.