Penerus Cinta Kasih

Jurnalis : Rudi Santoso (He Qi Utara), Fotografer : Rudi Santoso (He Qi Utara)
 
 

fotoChandra Shixiong mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia memberikan bantuan biaya hidup kepada Herman, salah satu Gan En Hu (penerima bantuan) Tzu Chi.

Hari Minggu, 17 April 2011 adalah hari yang spesial bagi relawan Tzu Chi He Qi Utara. Bagaimana tidak, hari itu 7 relawan Tzu Chi bersama 17 relawan Tzu Ching (Muda- mudi Tzu Chi) melakukan kunjungan kasih ke Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi). Mereka dibagi menjadi 4 kelompok.

Kelompok kami beranggotakan 3 relawan dan 4 Tzu Ching. Waktu menunjukan pukul 10.45 WIB, satu per satu kelompok meninggalkan Jing Si Books and Cafe Pluit Jakarta Utara menuju rumah Gan En Hu.

Pertama kami menuju ke Gg. Timbul di Jelambar Fajar, Jakarta Barat. Di sini tinggal Gan En Hu bernama Herman dan berumur 32 Tahun. Herman berkisah kepada Tzu Ching bahwa pada sekitar akhir Desember 2009 ia mengalami kecelakaan karena ditabrak oleh Bajaj saat tengah mengendarai sepeda motor. Akibat benturan yang keras maka ia pun terpelanting di aspal dan menyebabkan luka di kepalanya yang membuat ia tidak sadarkan diri (pingsan). Saat terbangun tahu-tahu ia sudah berada di rumah sakit. Kecelakaan itu menyebabkan pendarahan di otaknya, sehingga ia menjadi lumpuh— ada jaringan syaraf yang rusak karena benturan keras di kepala. Dokter pun menyarankan untuk segera dilakukan operasi, namun setelah dilakukan operasi, ia tidak mengalami kemajuan karena tetap tidak bisa menggerakan kaki sebelah kanannya. Yang lebih membuat Tzu Ching terenyuh hatinya, tatkala Herman menuturkan pada saat kejadian itu sang anak masih berada dalam kandungan isterinya.

foto  foto

Keterangan :

  • Herman (memegang tongkat) saat foto bersama relawan Tzu Chi dan Tzu Ching. Herman berkata bahwa suatu hari jika sudah sembuh, ia ingin menjadi relawan Tzu Chi agar ia juga dapat berbuat kebajikan. (kiri)
  • Para anggota Tzu Ching tampak begitu akrab dengan seorang Gan En Hu yang bernama Tan Len Nio yang mengalami lumpuh semenjak kecil. (kanan)

Karena sudah kehabisan biaya untuk berobat maka pada bulan September 2010 sang istri mengajukan permohonan bantuan pengobatan kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang mereka kenal dari tetangganya. Setelah itu relawan melakukan survei dan permohonan bantuan pengobatan pun disetujui. Ia dibawa berobat oleh relawan ke RSUD Cengkareng, Jakarta Barat. Relawan Tzu Chi juga meminjamkan tongkat untuknya berlatih berjalan. Karena kegigihan Herman serta perhatian relawan padanya membuat ia selalu bertekad untuk cepat sembuh. “Saya sangat berterima kasih pada Yayasan Tzu Chi, karena Tzu Chi sangat baik dan sangat perhatian pada saya. Saya belum pernah bertemu dengan orang-orang seperti relawan Tzu Chi sebelumnya. Mereka sangat berkesan di dalam hati saya. Saya berjanji suatu hari kelak kalau saya sembuh, saya ingin mengikuti mereka. Saya ingin menjadi relawan Tzu Chi agar saya bisa juga berbuat kebajikan seperti kalian,” ujar Herman kepada Tzu Ching yang berkunjung ke rumahnya.

Kunjungan kedua kami adalah Tan Len Nio, ia mengalami lumpuh semenjak kecil dan sekarang ia hidup sebatang kara. Yayasan Buddha Tzu Chi pun memberi bantuan biaya hidup untuknya. Ketika relawan dan Tzu Ching bejalan menuju tempat tinggalnya, dari kejauhan para tetangga yang sudah mengenal seragam relawan Tzu Chi segera memberitahukan Tan Len Nio bahwa relawan datang. Ketika relawan tiba, ia segera mempersilakan relawan untuk masuk. Di rumah berukuran 3x6 meter ini ia tinggal seorang diri. “Saya sudah dibantu Tzu Chi sejak 2007. Saya tidak tau gimana berterima kasih pada Yayasan Tzu Chi. Saya sangat terbantu sekali,” ucap Tan Len Nio kepada Tzu Ching yang berkunjung ke rumah kontrakannya. Setelah berbincang-bincang usai, relawan dan Tzu Ching pun berpamitan dan kembali ke Jing Si Pluit untuk berkumpul melakukan sharing bersama.

foto  foto

Keterangan :

  • Setelah melihat para Gan En Hu, anggota Tzu Chi ini mendapatkan sebuah pencerahan, yaitu rasa syukur yang mendalam atas apa yang mereka miliki dan mereka dapat selama ini. (kiri)
  • Semua Tzu Ching berkumpul untuk berbagi cerita tentang apa yang mereka lihat dan rasakan setelah melakukan kunjungan kasih ini. (kanan)

Belajar bersyukur dari Gan En Hu
Sesampainya di Jing Si Books and Café Pluit, relawan dan Tzu Ching pun kemudian makan bersama. Makan siang disiapkan oleh salah seorang anggota Tzu Ching. Setelah itu semua berkumpul di lantai dua Jing SiBooks and Café. Satu per satu kelompok maju untuk sharing tentang apa yang dilihat dan dirasakan oleh Tzu Ching. Pada umumnya masukan mereka sama, yaitu melihat kondisi Gan En Hu yang sakit dan hidup dalam keadaan yang serba kekurangan serta tinggal di rumah yang kurang layak membuat Tzu Ching merasa tersentuh hatinya. Setelah melihat para Gan En Hu, mereka mendapatkan sebuah pencerahan yaitu rasa bersyukur yang mendalam atas apa yang mereka miliki dan mereka dapat selama ini.

Melihat Tzu Ching begitu antusias ketika menceritakan pengalaman mereka saat melakukan kunjungan kasih, kali ini Liwan berkata, “Tzu Ching sungguh luar biasa, di usia yang begitu muda sudah mau berjalan di jalan Bodhisatwa. Sungguh sebuah berkah bagi kalian semua.” Begitu juga yang disampaikan oleh Anna Tukimin Shijie “Semoga ke depannya Tzu Ching bisa terus mengikuti kegiatan kunjungan kasih seperti ini, karena kunjungan kasih sangatlah penting untuk mengetahui kondisi terkini pasien dan apa keluh kesah Gan En Hu yang bisa kita tindak lanjuti lagi.” 

Demikian kunjungan kasih bersama Tzu Ching yang sangat penuh semangat dalam menebar cinta kasih. Dengan memberi hormat 90 derajat Tzu Ching berterima kasih kepada relawan yang membawa mereka kunjungan kasih hari itu. Begitu juga relawan membalas rasa hormat itu dengan membungkuk 90 derajat. Relawan sangat Gan En dan terharu atas kehadiran Tzu Ching yang begitu antusias dalam mengikuti kunjungan kasih ini. Tzu Ching engkau adalah relawan muda yang penuh cinta kasih, hiasilah setiap langkah dengan kebajikan dan kasih sayang. Tzu Ching adalah relawan masa depan Tzu Chi. Di pundak merekalah terletak beban dan tanggung jawab untuk meneruskan Misi dan Visi Tzu Chi di masa depan.

  
 

Artikel Terkait

Waisak 2556: Semoga Dunia Bebas Bencana

Waisak 2556: Semoga Dunia Bebas Bencana

14 Mei 2012
Tzu Chi Surabaya menyelenggarakan perayaan Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia dengan khidmat pada hari Minggu, 13 Mei 2012, bertempat di Hall D Mangga Dua Centre Surabaya yang dihadiri oleh insan Tzu Chi, donatur, masyarakat umum, dan Gan En Hu (penerima bantuan) Tzu Chi.
Kepedulian untuk Mereka yang Berpuasa

Kepedulian untuk Mereka yang Berpuasa

24 Mei 2019

Sebagai bentuk toleransi dan perhatian diantara pemeluk agama yang berbeda-beda, Tzu Ching memberikan 1.000 paket takjil bagi mereka yang berpuasa. Makanan untuk berbuka puasa ini dibagikan pada Sabtu, 18 Mei 2019 di Kuta Bumi, Tangerang, Banten.

Bervegetaris Jadi Tak Sulit Lagi Karena Vegan Catering Tzu Chi

Bervegetaris Jadi Tak Sulit Lagi Karena Vegan Catering Tzu Chi

14 Agustus 2020

Nasi Pesmol menjadi menu kesembilan dalam program vegan catering di komunitas He Qi Timur, Kamis 13 Agustus 2020. Pesmol merupakan masakan khas nusantara yang banyak digemari pecinta kuliner karena rasanya yang gurih dan khas. Meski vegan, Nasi Pesmol buatan tim relawan konsumsi He Qi Timur ini tak kalah dengan pesmol pada umumnya. 

Bertambahnya satu orang baik di dalam masyarakat, akan menambah sebuah karma kebajikan di dunia.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -