Pengalaman Pertama di Baksos Tzu Chi
Jurnalis : Himawan Susanto , Fotografer : Himawan Susanto * Tim medis Tzu Chi dengan penuh senyum dan gembira mendengarkan keluh kesah mereka yang sedang sakit. Perhatian dan kasih sayang adalah kunci utama pengobatan selain obat dan fasilitas kesehatan yang memadai. | Gedung percetakan yang biasanya riuh ramai dengan suara mesin dan karyawan yang bekerja, pagi itu berubah dengan riuh ramainya relawan Tzu Chi yang sedang mempersiapkan diri menyelenggarakan bakti sosial kesehatan. Pagi itu, 23 Maret 2008, ruang-ruang percetakan CV Standard Grafika terlihat kosong dan luas. Mesin-mesin cetak berhenti bekerja, gulungan kertas dan bau tinta untuk sementara lenyap dan berganti dengan sekat-sekat ruangan yang digunakan Tzu Chi untuk melakukan baksos kesehatan. |
Siang itu, ratusan pasien yang akan berobat duduk dengan rapi menunggu giliran. Di antara pasien yang sedang duduk dan antri, tampak seorang anak perempuan berjilbab yang mengenakan rompi Tzu Chi sedang berdiri dan serius memandangi kertas yang dipegangnya. Rentetan angka-angka terlihat jelas di atas kertas yang dipegangnya. Setelah mendengar angka yang diucapkan relawan di sebelahnya, segera ia mencoretkan stabilo kuning itu di atas angka yang tertera di atas kertas. Gadis berjilbab itu adalah Rifa (21), seorang anak perempuan keturunan Makassar kelahiran Jakarta. Ini adalah pengalaman pertamanya mengikuti bakti sosial kesehatan Tzu Chi. Rifa yang bekerja di kawasan Roxy ini diajak ikut baksos oleh seorang teman kerjanya. "Cukup menyenangkan," tuturnya singkat. Meski harus berdiri selama berjam-jam, tak tampak rasa lelah apalagi keluh kesah. "Pegal sudah biasa, kerja di kantor memang duduk, tapi di latihan olahraga sering berdiri, capek-capek dikit," seru Rifa dengan dialek yang khas Sulawesi.
Ket : - Relawan Tzu Chi sedang menggandeng seorang ibu tua yang akan menuju ruang pendaftaran bakti sosial Pengalaman pertama juga dirasakan oleh Vivit (12). Mungkin jika kita melihatnya pertama kali, kita akan mengira ia sudah menginjak bangku sekolah pertama, namun sebenarnya ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Postur tubuhnya yang tinggi dan besar membuat kita mengira ia adalah siswa sekolah menengah pertama bahkan kakaknya, Angel (16) lebih kecil dibanding Vivit sendiri. Ia dan Angel ikut bakti sosial kesehatan ini karena diajak oleh Asna, teman ibunya yang relawan Tzu Chi. "Aku tahu Tzu Chi dari DAAI TV. Semua acaranya bagus-bagus," tutur Vivit. Vivit dan Angel dengan penuh perhatian membantu relawan yang berobat. Mereka menjaga pasien yang akan berobat menaiki lantai yang ada tangganya. Tangga itu memang tidak tinggi namun demi kenyamanan dan keselamatan pasien yang berobat, lantai itu harus dijaga, apalagi tak semua pasien yang berobat dalam kondisi sehat dan banyak di antara mereka yang usianya tidak lagi muda. Jika yang berobat adalah lansia dan orang tua, mereka dengan perlahan menuntun mereka menaiki dan melewati undakan lantai yang ada sebelum berkonsultasi dengan dokter yang berjaga di ruang pemeriksaan. Solihin (83) berjalan tertatih-tatih di antara kerumunan pasien yang antri. Ia ditemani menantunya. Ia sudah lama menderita penyakit jantung dan diabetes. Ia juga pernah berobat ke rumah sakit Sumber Waras Jakarta, namun tidak banyak kemajuan yang dirasakannya. Meski kini ia sudah tak lagi bekerja, ia beruntung memiliki anak-anak yang masih memberinya uang untuk hidup. Seusai berobat, saat diwawancarai oleh relawan dokumentasi Tzu Chi, ia mengucapkan terima kasih karena telah mendapatkan pengobatan gratis. Hari itu ada 710 pasien yang berhasil ditangani. Ket : - Relawan Tzu Chi dan Tzu Ching sedang memberikan obat kepada para pasien yang berobat dalam Selain di Jalan Sinar Budi, baksos kesehatan juga diadakan di sekolah Bhakti Utama, Jakarta Barat. Di tempat ini, 847 pasien berhasil ditangani oleh tim medis Tzu Chi. Penyakit yang umumnya ditemukan dalam kedua baksos tersebut adalah batuk pilek, hipertensi, diabetes, penyakit kulit, pusing-pusing, kembung, diare, pegal-pegal, kaki kesemutan, dan infeksi telinga. Dalam baksos ini juga relawan menemukan 19 calon pasien penanganan khusus yang pada umumnya menderita penyakit hernia, katarak, minor, dan benjolan di kandungan. Gedung percetakan, sekolah bahkan alam terbuka pun dapat menjadi lokasi bakti sosial kesehatan. Demikian pula relawan, dari yang masih belajar di sekolah dasar sampai yang sudah menjadi pengusaha, semua bersatu padu menebarkan cinta kasih. Pegal, letih, dan lelah berdiri adalah tantangan yang telah mereka hadapi, semua demi satu hal melatih diri terus menerus dan menebar cinta kasih universal kepada mereka yang membutuhkan. Sebuah pengalaman baru kehidupan. | |
Artikel Terkait
Menambah Barisan Blue Angels
19 Oktober 2010 Minggu, 17 Oktober 2010, bertempat Aula RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengadakan pelantikan relawan abu putih menjadi relawan biru putih. Dengan dilantiknya para relawan biru putih ini berarti tanggung jawab mereka semakin besar dalam mengamalkan visi dan misi Tzu Chi.Dukungan Terus Mengalir untuk Pelaku UMKM
11 November 2021Angka jumlah pasien Covid-19 saat ini sudah menurun jauh. Tetapi kondisi perekonomian masih belum kembali normal. Kondisi ini menjadi pertimbangan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk melanjutkan kegiatan Tzu Chi Peduli Tzu Chi Berbagi.