Pengenalan Pelestarian Lingkungan
Jurnalis : Suyanti Samad 謝宛萍 (He Qi Pusat), Fotografer : Nasandi (He Qi Pusat)Minggu, 22 Mei 2016 diselenggarakan sosialisasi pengenalan Tzu Chi, sosialisasi Pelestarian Lingkungan juga Program Pemilahan Sampah yang dilaksanakan di Sekolah Surya Dharma.
Banyak orang ingin menjadi relawan, namun kesulitan mengakses informasi. Di sisi lain banyak organisasi yang membutuhkan relawan untuk pengembangannya. Indorelawan.org (baca: indorelawan dot org) didirikan untuk menjembatani kebutuhan ini demi gerakan sosial yang lebih besar dan lebih baik. Website ini membangun sistem dengan organisasi terpilih dan relawan dengan keterampilan spesifik yang akan memperkaya pengalaman kedua belah pihak.
Minggu, 22 Mei 2016 diselenggarakan sosialisasi pengenalan Tzu Chi, sosialisasi Pelestarian Lingkungan juga Program Pemilahan Sampah yang dilaksanakan di Sekolah Surya Dharma (Samping Vihara Hok Tek Cen Sin, Pasar Kebayoran Lama) Jalan Toapekong No. 14, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan. Kegiatan ini dihadiri sebanyak 19 relawan dan 24 peserta calon relawan baru dari daerah Jakarta Selatan dan sekitarnya yang tergabung dalam website indorelawan.org ini.
Andre menuturkan selain presentasi pengenalan tentang Tzu Chi, mempraktekkan pemilahan sampah, diharapkan calon-calon relawan baru ini dapat mengikuti kegiatan Tzu Chi yang berkelanjutan.
Andre Zulman, External Relation Division Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menjelaskan, “Dalam website ini, Tzu Chi berkontribusi juga dalam kegiatan di indorelawan yang akhirnya calon-calon relawan baru ini juga mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan Tzu Chi hari ini,” jelas Andre.
Selain presentasi pengenalan tentang Tzu Chi, mempraktikkan pemilahan sampah diharapkan calon-calon relawan baru ini dapat mengikuti kegiatan Tzu Chi yang berkelanjutan. Andre menuturkan bahwa ada dua kegiatan yang sudah dilaksanakan yakni baksos degeneratif di Cikarang, Jawa Barat dan baksos degeneratif di Cengkareng, Jakarta Barat. Jadi sudah ada dua kegiatan untuk menjaring calon Bodhisatwa baru. Sementara itu, kegiatan kali ini merupakan kegiatan yang ketiga diadakan. Kedepannya calon Bodhisatwa ini akan diajak untuk mengikuti kegiatan di Jakarta Selatan.
Tzu Chi bisa berkembang hingga sekarang dimulai dari benih cinta kasih sebuah celengan bambu. Dengan harapan dari niat kecil mereka dapat menyebarkan cinta kasihnya. “Hari ini, Tzu Chi juga membagikan buletin, buku filosofi Tzu Chi, juga celengan bambu. Kita ingin menginformasikan kepada mereka bahwasanya kegiatan kali ini bukan hanya kegiatan terakhir kali bagi mereka. Dengan informasi seperti itu, kita harapkan mereka dapat terinspirasi dengan kegiatan Tzu Chi dengan melihat berbagai kegiatan Tzu Chi dalam buletin dan juga dengan semangat celengan bambu,” ujar Andre.
Anugrah Oktovianto (30) turut berpartisipasi pada kegiatan pemilahan sampah ini.
Selain memperkenalkan pelestarian lingkungan komunitas Xie Li Selatan, Tzu Chi mengajak peserta untuk berpikir ulang saat mengkonsumsi suatu barang sesuai kebutuhan bukan keinginan. Selain itu mengajak mereka untuk memperpanjang usia pemakaian barang dengan menggunakan kembali barang, mengurangi intensitas jumlah sampah yang menumpuk di Jakarta, serta memperpanjang barisan relawan.
Hari itu terdapat 24 pasang tangan yang turut serta melakukan pemilahan sampah sehingga tanpa terasa hanya dalam kurun waktu satu setengah jam sampah telah berhasil dipilah dan dibersihkan oleh para calon relawan baru. “Untuk Minggu ke-4 di Xie Li Selatan, kita lakukan pelestarian lingkungan dengan cara memilah sampah, di mana sampahnya itu sudah dipilih oleh masyarakat sekitar sebagai donatur sampah. Hari ini calon relawan yang bergabung di website indorelawan ternyata usia mereka masih produktif. Indonesia khususnya berbangga hati bahwa masih banyak orang-orang dalam usia muda ini mau berbagi terhadap sesama juga lingkungan,” ucap Nasandi (44), relawan komunitas Xie Li Selatan.
Walau Findria Tanke (23) pernah tinggal selama dua hari satu malam di Bantar Gerbang dalam program ‘Live In’ bersama temannnya, tidak membuatnya pupus semangat untuk ikut melakukan pemilahan sampah yang diselenggarakan oleh Tzu Chi.
Banyak pembelajaran yang didapat oleh Dimas Andriawan (22) (dua dari kiri) tentang pemilahan sampah, harus dimulai dari diri kita sendiri baru bisa mengajak orang lain.
Berawal dari Diri Sendiri
Findria Tanke (23), seorang mahasiswi semester VI di London School memiliki banyak pengalaman dalam pelestarian lingkungan. Ia pernah tinggal selama dua hari satu malam di Bantar Gerbang dalam program Live In bersama temannnya. Untuk menempuh perjalanan ke Bantar Gerbang, ia harus berjalan kaki sepanjang 2-3 kilometer. Di sana ia harus terjun langsung memilah sampah, naik ke gunung sampah dan mencari sampah serta hidup bersama dengan warga sekitar. Pengalaman ini membuatnya belajar bersyukur, belajar berbagi dengan sesama.
“Saya sangat senang, bisa melestarikan lingkungan. Kita tahu sekarang keadaan bumi sudah semakin panas. Banyak yang melakukan pelestarian lingkungan, petisi tentang lingkungan, demo-demo lingkungan, tetapi ketika di Tzu Chi, saya belajar saat kita mau melestarikan lingkungan, harus berawal dari diri kita sendiri dan mungkin itu tidak diajarkan oleh organisasi lain,” ujar Ria, sapaan akrabnya. “Setiap sampah yang diberikan ke Tzu Chi, biasanya warga sekitar sudah membersihkannya. Saat saya pilah-pilah sampah, saya heran kenapa sampahnya bersih dan tidak berbau, tidak seperti sampah saat saya tinggal di Bantar Gerbang,” tambahnya.
Sementara itu, Anugrah Oktovianto (30) yang sudah dua tahun bekerja di Jakarta sebagai salah satu karyawan di bagian Information Tehnology Networking Infrastruture mengatakan hidupnya terasa hampa. Ia merasa kehidupannya penuh kekosongan dan cukup monoton. Setiap harinya ia bekerja berangkat pagi pulang malam, sehingga membuatnya merasa belum bisa melakukan banyak hal yang berguna untuk orang lain. Akhirnya ia searching di internet hingga ditemukannya website indorelawan dan bergabung di dalamnya. “Banyak pembelajaran. Mulai dari hal yang sangat mendasar, kita merendah dari posisi yang paling bawah, hal yang paling kotor, kita mau terjun langsung. Kenapa baju kerah harus dikancing, ternyata itu ada artinya. Saat memilah sampah, dengan banyak tangan bisa selesai dengan cepat,” tutur Anugrah Oktovianto.
Lain halnya dengan Dimas Andriawan (22). Ia mengaku mendapatkan banyak pengalaman tentang pemilahan sampah. Selain untuk menjaga lingkungan agar barang bekas bisa menjadi nilai daya guna, setiap sampah harus dipilah-pilah karena setiap barang dan klarifikasinya memiliki nilai ekonomis tertentu yang dapat digunakan untuk kegiatan amal sosial Tzu Chi. “Di rumah pun melakukan pemilahan sampah, tetapi tidak sedetil seperti ini. Menurut saya, ini akan membawa efek khusus bagi diri saya sendiri dan umumnya bagi yang lain juga bahwa nanti untuk pemilahan sampah itu dimulai dari diri kita sendiri, barulah kita bisa membawa orang lain untuk memilah sampah,” kata Dimas, karyawan di bagian Aircraft Mechanic. Niat tulus, semangat Bodhisatwa dan kesungguhan hati yang tumbuh dari calon relawan harus terus dipupuk dengan baik agar dapat tumbuh berkembang menjadi sebuah untai cinta kasih yang terus tersebar ke seluruh dunia.
Artikel Terkait
Pengenalan Pelestarian Lingkungan
27 Mei 2016Pada dasarnya kegiatan pelestarian lingkungan adalah kegiatan rutin yang dilakukan oleh relawan HeQi Pusat komunitas Xie Li Selatan. Namun berkaitan dengan kegiatan ini, Tzu Chi mengundang 24 calon relawan baru dari daerah Jakarta Selatan dan sekitarnya yang tergabung di dalam website indorelawan.