Penghijauan Kembali Hutan Mangrove yang Rusak
Jurnalis : Nuraina Ponidjan 傅麗蓉 (Tzu Chi Medan), Fotografer : Amir Tan 陳俊賓, Sherly Tao (Tzu Chi Medan)Relawan
muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Medan mengadakan kegiatan penanaman kembali bibit
bakau dalam rangka memperingati ulang tahun Tzu Ching yang ke-8 di hutan
mangrove di Desa Bagan Percut.
Dalam rangka ulang tahun relawan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching) Medan yang ke-8, tercetuslah sebuah niat untuk menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat untuk alam dan bumi. Maka diadakanlah penghijauan kembali dengan menanam 3.200 tanaman Mangrove di Desa Bagan Percut dengan tema “Satu Bibit Sejuta Harapan.”
“Kita menggunakan tema ini karena tanaman Mangrove memiliki banyak fungsi yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, di antaranya mencegah intrusi air laut, mencegah erosi dan abrasi pantai, sebagai penyaring yang alami, tempat hidup dan memberikan bahan makanan untuk berbagai satwa dan memiliki peran dalam pembentukan pulau dan menstabilkan daerah pesisir, jadi dengan menanam satu pohon bakau saja, sejuta manfaat akan kita dapatkan, makanya kita sebut Satu Bibit Sejuta Harapan,” jelas Nuraina selaku Pembina Tzu Ching.
Kondisi Hutan Mangrove di Desa Bagan Percut
Tzu Ching pun mengadakan perayaan pemotongan kue
ulang tahun di lokasi penanaman kembali pohon bakau.
Seluruh peserta menuju lokasi penananam bibit
bakau menggunakan sampan.
Kondisi hutan mangrove di Sumatera Utara terutama di pesisir Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang termasuk kategori krisis, karena banyak hutan mangrove yang dialihfungsikan menjadi perkebunan sawit atau pun tambak. Lahan hutan mangrove yang kritis di Desa Bagan Percut seluas 40 Hektar. “Tiga ribu dua ratus tanaman bakau yang ditanam anak-anak hari ini hanya bisa merehabilitasi kerusakan hutan mangrove seluas 0,5 Hektar, jadi kita sangat mengharapkan partisipasi dari masyarakat agar keberadaan hutan mengrove tetap lestari dan terjaga,” tutur Bapak Bathara Surya Yusuf dari Komunitas Budaya Hijau Indonesia.
Seminggu sebelumnya (30 September 2018), sebanyak 5 relawan Tzu Chi meninjau lokasi penanaman bakau. “Karena peserta yang akan ikut kegiatan tanam bakau ini adalah dari kalangan anak-anak kuliah maka untuk menjaga tingkat keamanan dan kelancaraan kegiatan ini, terlebih dahulu kami beberapa relawan datang meninjau lokasi dan mempelajari medan penanaman bakau supaya kita bisa mempersiapkan beberapa bekal dan pesan untuk para peserta,” kata Tony Honkley, staf DAAI TV.
Terdapat empat buah sampang yang digunakan untuk
mengantarkan 240 peserta.
Sebanyak 3.200 bibit bakau ditanam di hutan
mangrove di pesisir Percut Sei
Tuan, Kabupaten Deli Serdang.
Minggu, 7 Oktober 2018 sejak pukul 07.00 WIB, sebanyak 108 orang peserta berkumpul di Kantor Yayasan Buddha Tzu Chi Medan di Kompleks Cemara Asri dan 37 orang lagi berangkat dari gedung Tzu Chi di Kompleks Jati Janction Medan. Jarak tempuh dari Medan ke Desa Bagan Percut adalah 16,7 km dengan waktu tempuh sekitar 50 menit, sehingga tepat pukul 07.30 WIB, semua peserta sudah bergerak menuju Desa Bagan Percut.
Kegiatan ini dihadiri Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Utara, Bapak Halen Purba dan Bapak Bathara Surya Yusuf dari Yayasan Budaya Hijau Indonesia. Kedatangan Kepala Dinas Kehutanan Sumatera Utara disambut dengan tarian Pencak Silat yang dibawakan oleh pemuda setempat.
Mengawali kegiatan hari itu, pembina Tzu Ching Medan Nuraina memberikan kata sambutan. Ia mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Budaya Hijau Indonesia, relawan Tzu Chi Medan, DAAI TV, Tzu Ching, dan semua peserta dari berbagai universitas yang telah hadir dan mendukung kegiatan ini untuk menjadi sahabat bumi. Sebelum kegiatan penanaman pohon dimulai, terlebih dahulu diadakan acara peringatan ulang tahun Tzu Ching Medan ke-8. Kemudian Bapak Bathara Surya Yusuf memberikan beberapa petunjuk dan cara menanam serta pembagian beberapa kelompok yang akan diajak oleh relawan Budaya Hijau Indonesia menuju lokasi penanaman.
Para peserta dari Tzu Ching dan mahasiswa dari
berbagai universitas dengan sangat antusias menanam bibit bakau. Setiap setiap peserta pun menanam 10 hingga 15 bibit
bakau.
Usai
penanaman bibit bakau, Tzu Ching mengajak semua peserta untuk berdoa bersama
bagi korban gempa dan tsunami di Palu, Donggala, Sulawesi Tengah.
Hujan gerimis mengawali langkah para peserta. Tzu Ching pun segera membagikan mantel hujan kepada setiap peserta. Melihat beberapa hari ini Kota Medan setiap hari diguyur hujan, maka Tzu Ching sudah mempersiapkan 260 mantel hujan untuk antisipasi kalau hujan datang tiba-tiba. Kegiatan tanam bakau pun tetap berjalan lancar. Setapak demi setapak para peserta melewati lahan berlumpur. Semua saling bekerjasama, bergandengan tangan kala melewati medan yang agak berat menuju sampan yang akan mengantarkan ke lokasi penanaman.
“Selain menjadi sahabat bumi, kegiatan ini juga menumbuhkan rasa persaudaraan dan kekompakan sesama peserta, walaupun ada yang belum saling kenal,” kata Handoko, Koordinator Tzu Ching.
Terdapat dua jenis sampan yang dipakai untuk mengantarkan para peserta yaitu sampan kecil berkapasitas 5-6 orang dan sampan besar dengan kapasitas 20 orang. Untuk itu dalam kegiatan ini disediakan 4 buah sampan yang secara bergantian mengantar jemput 240 peserta. Sesampainya di lokasi penanaman pohon bakau, setiap peserta pun menanam 10 hingga 15 bibit bakau.
Saling Bergandengan Tangan
Melihat semangat dan cinta kasih para peserta, Ketua Budaya Hijau Indonesia, Bapak Bathara Surya Yusuf mengatakan “Saya sangat bahagia sekali melihat saudara-saudara kita dari Yayasan Buddha Tzu Chi dan muda-mudi Tzu Chi yang dalam rangka memperingati 8 tahun lahirnya muda-mudi Tzu Chi Medan mereka membuat sebuah aksi yang luar biasa yaitu penanaman 3.200 pohon mangrove.” “Lokasi hutan negara yang mengalami kerusakan ini, bukanlah tanggung jawab pemerintah semata, tapi kita juga harus punya jiwa dan hati untuk ikut terjun dan bertanggung jawab dalam mengatasi kerusakan hutan mangrove ini,” paparnya.
Semua peserta dan warga sekitar pun bersama-sama
memberikan donasi untuk membantu korban gempa dan tsunami di Palu.
Usai penamanan pohon, seluruh peserta kembali ke lokasi awal. Tzu Ching pun mengajak semua peserta untuk berdoa bersama bagi korban gempa dan tsunami di Palu, Donggala, Sulawesi Tengah. Setelahnya dilakukan pula penggalangan dana yang nantinya akan disalurkan untuk membantu para korban.
Banyak hal yang bisa dipetik dari kegiatan tanam bakau ini, walaupun harus menempuh lokasi yang berlumpur tapi dengan bergandengan tangan, saling menjaga, serta saling membantu, maka semuanya berjalan dengan lancar. Seperti yang Master Cheng Yen sampaikan “Setiap orang saling bergandengan tangan, berestafet memberikan cinta kasih, demi menghapuskan penderitaan.”
Editor: Yuliati