Pengobatan di Tapal Batas

Jurnalis : Veronika Usha, Fotografer : Siladhamo Mulyono
 
foto

* Tzu Chi menggandeng tim medis dari Yayasan Pancaran Tridharma Bekasi untuk mengadakan baksos kesehatan di Margahayu, Bekasi.

Sebagai daerah industri, saat ini Bekasi telah tumbuh menjadi kota dengan berbagai kemajuan yang cukup pesat. Seiring dengan hal tersebut, jumlah masyarakat yang berada dalam jurang kemiskinan pun kian bertambah. Fenomena inilah yang mendorong insan Tzu Chi di He Qi (komunitas relawan) selatan untuk mengadakan kegiatan pembagian beras dan pengobatan gratis bagi masyarakat tidak mampu.

Motivasi untuk Sembuh
Minggu, 30 Maret 2007, sudah setengah jam Siti Hasanah dan keluarganya berada di Vihara Buddha Dharma, Margahayu, Bekasi Timur. Pasangan suami istri dengan satu anak ini datang untuk memeriksakan kesehatan mereka pada kegiatan pengobatan gratis yang diadakan oleh Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia.

Siti menatap nanar orang yang lalu-lalang di hadapannya. Di sebelah kirinya berdiri seorang anak kecil berumur empat tahun. Dengan lembut Siti menggenggam erat tangan mungil itu, seolah takut apabila bocah berbulu mata lentik itu pergi darinya meski hanya sekejap saja.

Bocah itu bernama Gunawan. Ia merupakan anak pertama Siti dan Kadul. "Semenjak Yuni meninggal, cuma Gunawan milik saya sekarang," ucap wanita berumur 39 tahun ini sambil memeluk erat putranya.

Ketakutan yang dirasakan oleh Siti memang sangat beralasan, karena baru tujuh bulan lalu, ia harus kehilangan Yuni Asih, putrinya. "Yuni meninggal ketika ia menemani saya bekerja," ucapnya lirih.

Siti tidak pernah menduga kalau penyakit epilepsi yang ia derita bisa memisahkan dirinya dengan putri semata wayangnya. "Saat itu saya mengajak Yuni untuk mengamen. Awalnya saya berharap dengan mengajak Yuni, saya dapat menarik simpati orang sehingga dapat mengumpulkan uang yang lebih banyak," ucapnya sambil menerawang. Tapi ternyata apa yang diharapkan Yuni tidak seindah kenyataannya. Ia harus menukar nyawa putri semata wayangnya dengan beberapa lembar uang ribuan. Di tengah perjalanan pulang, tiba-tiba epilepsi Siti kambuh, sehingga ia dan Yuni yang pada saat itu berada dalam gendongannya terjatuh dari bis yang mereka tumpangi.

foto   foto

Ket : - Dengan ramah, relawan Tzu Chi membantu menunjukkan arah dimana tempat pemeriksaan untuk balita
            dalam baksos kesehatan. (kiri)
         - Dengan senyumnya yang bersahaja, relawan Tzu Chi memberikan penjelasan kepada pasien yang akan
            dirujuk karena penyakit yang diderita tidak bisa diobati dalam baksos tersebut. (kanan)

Kesehatan Siti memang mengkhawatirkan, ia memiliki penyakit epilepsi yang bisa kambuh kapan saja, terlebih ketika perasaannya tertekan. "Dulu saya tidak pernah kejang-kejang, tapi semenjak ibu kandung saya meninggal, penyakit ini datang pada saya," terang Siti.

Kematian sang ibu yang memukul batin Siti, ternyata merupakan awal dari penderitaan. Semenjak tinggal bersama dengan ibu tirinya, bak kisah sinetron, Siti selalu mendapatkan perlakuan kasar. Pukulan, jambakan, bahkan siraman air atau minyak panas pernah mampir di tubuhnya.

"Beruntung saya bisa keluar dari "rumah neraka" itu, namun entah kenapa setiap saya mengingat kejadian itu, atau melihat minyak panas, jantung saya langsung berdetak keras dan kemudian tanpa sadar tubuh saya kejang dan pingsan," jelas wanita kelahiran Magelang ini.

Hingga saat ini, Yuni tidak pernah tahu bagaimana ia dan putrinya bisa terjatuh dari bis. Penyesalannya akan kematian putrinya telah menjadi motivasi bagi Siti untuk bisa keluar dari jeratan penyakit yang dideritanya. "Saya bertekad untuk sembuh, saya tidak mau merepotkan orang lain lagi, apalagi harus merepotkan anak saya nanti," jelas Siti.

foto   foto

Ket : - Di sudut ruangan yang sempit inilah, Siti dan keluarganya tinggal, dengan tempat tidur dan dapur yang
            berada dalam satu ruangan. (kiri)
         - Tidak hanya trauma psikologis, Siti juga mengalami cacat pada bibir, akibat siraman air panas oleh ibu
            tirinya. (kanan)

Mengurangi Penderitaan Sesama
Kecelakaan yang menimpa Siti membuat beberapa anggota tubuhnya tidak bisa berfungsi secara normal. Belum lagi, siraman minyak dan air panas telah meninggalkan cacat pada kulit mulusnya.

Tidak hanya Siti, Kadul, suami Siti pun mengalami kelainan pada wajahnya. Semenjak lahir, mata kiri Kadul tertutup dan bagian hidungnya mengalami kelainan. Melihat kondisi tersebut, para insan Tzu Chi pun akhirnya merujuk Kadul untuk dapat ditangani dengan lebih intensif. "Kami berencana untuk mengajukan Kadul sebagai kasus (penanganan khusus -red)," tutur Rui-hua, salah satu relawan Tzu Chi.

foto  

Ket : - Tidak hanya pengobatan di vihara tempat baksos kesehatan diadakan, tim medis Tzu Chi juga mengadakan
            pengobatan ke rumah apabila pasien tidak bisa berjalan menuju tempat pengobatan.

Kegiatan pengobatan gratis yang diadakan oleh Tzu Chi telah menyentuh hati masyarakat Bekasi, hal ini terlihat dari antusiasme warga dalam baksos yang berhasil melayani lebih kurang 370 pasien dengan melibatkan 7 dokter dan 7 orang apoteker.

Di saat yang bersamaan, pembagian beras Tzu Chi dilakukan pada 3 lokasi yakni, Desa Sukadaya 1650 karung, Hurip Jaya 1200 karung, dan Bantaran Kali 350 karung. "Seluruh kegiatan ini kami laksanakan untuk mengurangi penderitaan masyarakat yang terbelenggu dalam kemiskinan, terutama para pemulung, pengamen, dan pengemis yang akrab disebut dengan P3," jelas Theresia, selaku koordinator kegiatan.

 

Artikel Terkait

Beras Cinta Kasih untuk Sopir Angkot

Beras Cinta Kasih untuk Sopir Angkot

04 Mei 2021

Minggu, 2 Mei 2021, sebanyak 24 relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Tanjung Balai Karimun bekerjasama dengan Polsek Tanjung Balai Kota melakukan pembagian 127 karung beras cinta kasih kepada para sopir angkutan kota.

Meringankan Duka Warga Terdampak Kebakaran di Kelurahan Manggarai

Meringankan Duka Warga Terdampak Kebakaran di Kelurahan Manggarai

22 Agustus 2024

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia membantu meringankan duka warga korban kebakaran di Kelurahan Manggarai dengan memberikan 888 paket bantuan kebakaran bagi warga di pengungsian, Rabu, 21 Agustus 2024.

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -