Pengurus Yayasan Kemala Bhayangkari Mengikuti Pelatihan Budaya Humanis

Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya

Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjhin menjelaskan sejarah dibangunnya Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng akibat banjir besar di DKI Jakarta tahun 2002. Warga di pinggiran Kali Angke terdampak program normalisasi Kali Angke.

Pelatihan Budaya Humanis ini berlangsung di gedung Aula TK Sekolah Cinta Kasih Cengkareng (SCK), Jakarta Barat pada 21 Februari 2024. Pelatihan ini dihadiri lebih kurang 150 orang anggota Yayasan Kemala Bhayangkari (YKB) Bidah Pendidikan seJabodetabek dan ada 700 peserta guru yang mengikuti secara online di seluruh Indonesia.

Freddy Ong, Direktur Sekolah Cinta Kasih Cengkareng mengatakan sejarahnya bisa berkolaborasi dengan Yayasan Kemala Bhayangkari (YKB) dengan dihibahkannya gedung sekolah yang ada di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi di Kota Palu, Sulawesi Tengah kepada Yayasan Kemala Bhayangkari yang pada awalnya mereka akan membuka pendidikan untuk tingkat Taman Kanak-kanak (TK) dan Sekolah Dasar (SD).

“Kita pasti support untuk pendidikan karakter, budi pekerti, dan budaya humanisnya, untuk itu kita adakan traning ini untuk guru-guru mereka, kita mau pembelajaran yang baik ini ditularkan kepada guru-guru yang ada di Yayasan Kemala Bhayangkari di seluruh Indonesia,” ujar Freddy. Budaya humanis dan budi pekerti merupakan salah satu akar dari segala pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah di bawah naungan Yayasan Buddha Tzu Chi.

Membentuk Karakter Development
Sekretaris Umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjhin yang mendampingi para pengurus Yayasan Kemala Bhayangkari mengatakan sangat bersyukur bisa berkumpul dan bisa belajar bersama. Hong Tjhin menjelaskan sejarah dibangunnya Kompleks Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan fasilitas umum lainnya seperti gedung sekolah, poliklinik, rumah ibadah, dan balai warga.

Sekretaris umum Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Hong Tjhin menyerahkan kenang-kenangan kepada Diana Ahmad Dofiri Ketua Pengurus Pusat YKB. Diana mengatakan metode pendidikan humanis ini bisa diterapkan kepada anak-anak didiknya di seluruh sekolah YKB di Indonesia.

“Ada satu hal yang penting, yaitu software-nya bukan yang pintar menghafal, pintar menghitung, yang lebih penting adalah budi pekertinya, karakter development. Bagaimana seorang anak bisa merawat dirinya sendiri, menjaga kebersihan, bagaimana seorang anak bisa berperilaku sopan santun kepada orang tua, kepada nenek, kakek, kepada keluarga, dan  kepada komunitas yang lebih luas lagi,” jelas Hong Tjhin dalam sambutannya.

Sementara itu Diana Ahmad Dofiri Ketua Pengurus Pusat YKB sangat antusias mengikuti pelatihan pendidikan budaya humanis yang dipandu oleh guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng. Ibu Diana mengatakan pelatihan budaya humanis ini di digagas oleh ketua Pembina Yayasan Kemala Bhayangkari, yaitu Juliati Sigit Prabowo yang disambut baik oleh Yayasan Buddha Tzu Chi yang menjadi Mitra bagi Yayasan Kemala Bhayangkari dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia.

Diana mengatakan budaya yang terbentuk akan memengaruhi peradaban masyarakat di era globalisasi. Di mana teknologi sangat mendominasi termasuk dalam komunikasi masyarakat diperlukan benteng nilai-nilai yang kokoh guna menyaring nilai-nilai baru yang masuk.

Para peserta guru-guru sekolah YKB seJabodetabek mengikuti pelatihan dengan permainan-permainan yang riang gembira dan sangat menginspirasi yang dibawakan oleh guru-guru Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Dalam budaya humanis menjunjung tinggi nilai-nilai kepedulian pada orang lain, bertutur kata yang santun, dan menghormati orang tua. “Hari ini kita mengikuti pendidikan guru dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia bekerja sama dengan Yayasan Kemala Bhayangkari (YKB) untuk memberikan metode pendidikan humanis untuk diterapkan kepada anak-anak didik,” ucap Ibu Diana.

“Bagaimana kita harus menghargai orang tua, bagaimana anak harus berbakti pada orang tua, bagaimana orang tua melepaskan anak untuk hidup mandiri, dan bagaimana orang tua memberikan pendidikan anak sesuai dengan usianya, film yang ditampilkan ini sangat mengharukan sekali,” ujar Diana terharu.

Neni Suryani (kanan) guru sekolah TK Kemala Bhayangkari 03 Pamulang dan guru lainnya mencatat setiap materi yang diberikan oleh guru-guru sekolah Cinta Kasih Tzu Chi  Cengkareng.

Film pendek ini pula yang membuat terharu Ibu Neni Suryani guru TK Kemala Bhayangkari 03 Pamulang. Neni mengatakan pelatihan Budaya Humanis ini sangat baik karena tidak semua menerapkan pendidikan budi pekerti di sekolah karena banyak tuntutan dari para orang tua siswa untuk lebih pandai dalam pendidikan akademik. “Pelatihan ini suatu pengalaman yang sangat baik untuk saya pribadi dan guru-guru lainnya, Insyaa Allah akan saya terapkan di sekolah kami nantinya,” janji Ibu Neni.

Selain itu, Ibu Neni sangat terharu hingga menitikkan air mata dengan tayangan film pendek yang mengisahkan orang tua yang mendidik anaknya sesuai dengan usianya. Dalam film itu menceritakan seorang ayah mengajarkan anaknya sejak dini mengendarai sebuah perahu kecil dan tidak langsung mengajarkan dengan kapal yang besar.

“Saya memosisikan diri sebagai anak dan sebagai orang tua juga, kebetulan sekali saya baru di tinggal pergi oleh Bapak saya (wafat), saya merasa belum bisa membahagiakan Bapak saya, karena Bapak saya di kampung dan saya di Jakarta kita jarang bertemu,” ungkap Ibu Neni.

Para peserta dari guru-guru sekolah YKB dengan gembira mengikuti permainan-permainan, salha satunya permainan menjaga telur agar tidak pecah dalam kondisi apapun. Telur dimaknai sebagai anak didik atau anak kandung, atau orang tua sendiri yang harus di jaga dengan baik.        

Neni juga berpendapat bahwa pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh guru-guru Sekolah Cinta kasih Cengkareng maknanya sangat besar sekali. Seperti permainan telur yang harus di jaga jangan sampai pecah sementara dalam satu kelompok (6 orang) itu harus berdiri dalam satu area yang sangat terbatas. Area itu semakin lama semakin mengecil hingga para peserta berebut berdesak-desakan.

Dalam permainan ini diibaratkan telur itu adalah anak-anak kita yang harus dijaga dengan baik, pendidikan yang lebih baik lagi dari sisi moral, budi pekertinya, dan dari akademiknya. Neni berharap pelatihan budi pekerti ini bisa diterapkannya kepada anak didiknya di sekolah dan kepada anak kandungnya di rumah. “ semoga berhasil anak-anak didik saya dan anak saya. Semoga mereka bisa menghargai orang lain bisa bersyukur apa yang diberikan Tuhan, apa yang dititipkan orang tua mereka,” harap Ibu Neni. 

Editor: Hadi Pranoto

Artikel Terkait

Menjadi Guru Humanis

Menjadi Guru Humanis

06 Juli 2015

Selama dua hari, yaitu 4 – 5 Juli 2015 mereka berkumpul untuk mengikuti “Pelatihan Pendidikan Guru Humanis” bersama enam guru dari Taiwan mengenai bagaimana mendidik murid dengan cinta kasih. Sebanyak 118 peserta dari Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng dan sekolah-sekolah yang tergabung dalam BKPBI (Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis Indonesia), seperti Sekolah Triratna, Ehipassiko School, Sekolah Buddhis Silaparamita, dan Sekolah Maha Bodhi Vidya hadir dalam pelatihan ini.

Pengurus Yayasan Kemala Bhayangkari Mengikuti Pelatihan Budaya Humanis

Pengurus Yayasan Kemala Bhayangkari Mengikuti Pelatihan Budaya Humanis

23 Februari 2024

Dalam rangka HUT ke-44 Yayasan Kemala Bhayangkari, para Kepala Sekolah dan Guru Sekolah Kemala Bhayangkari di seluruh Indonesia mengikuti pelatihan Budaya Humanis di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi.

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -