Pentingnya Pelajaran Budi Pekerti Bagi Anak

Jurnalis : Yunita Margaret (He Qi Utara), Fotografer : Yusniaty (He Qi Utara)

Relawan membagikan souvenir kepada para murid kelas Qin Zi Ban dalam kegiatan penutupan kelas Qin Zi Ban di Tzu Chi Center pada 22 November 2015 lalu.

Memasuki penghujung tahun 2015, relawan Tzu Chi mengadakan acara penutupan kelas Qin Zi Ban (kelas budi pekerti Tzu Chi untuk anak usia 5 – 8 tahun). Biasanya kelas Qin Zi Ban diadakan sebulan sekali di komunitas masing-masing, namun kali ini relawan berinisiatif untuk menggabungkan acara penutupan kelas Qin Zi Ban dari wilayah He Qi Utara dan He Qi Timur.

Acara pun diadakan pada Minggu 22 November 2015 di ruang Xi She Ting, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta. “Awalnya diajak oleh relawan Kelapa Gading untuk menggabungkan acara dan menurut saya baik juga, kita bisa saling belajar kelebihan wilayah masing-masing. Saya berharap melalui acara ini relawan dapat lebih mengenal orang tua anak kelas Qin Zi Ban. Lalu memperkenalkan pendidikan Tzu Chi yang menitikberatkan pada budi pekerti dan tata krama. Ini sangat penting bagi anak dan orang tua untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” terang Yuli Natalia selaku PIC kegiatan.

Ada sebanyak 95 orang tampak gembira datang bersama orang tuanya mengikuti acara mulai pukul 10.00 hingga pukul 12.00. Diawali dengan peragaan isyarat tangan yang ditampilkan anak-anak membuat orang tua merasa kagum. Salah satu anak yang trampil yaitu Nia Evelyn (9). “Sejak bergabung dengan kelas Qin Zi Ban dari 2 tahun yang lalu, Nia banyak kemajuan. Nia dapat menangkap cerita yang diajarkan relawan tentang berbuat baik dan berbakti kepada orang tua, lalu dia terapkan. Pada waktu perayaan ulang tahunnya, ia dengan penuh ketulusan memotong kue dan juga menyuapi kue untuk papa dan mama. Nia juga bilang tidak minta kado. Untuk pertunjukkan hari ini Nia rajin belajar. Setiap hari belajar 2 baris lagu. Walau Nia belajar lebih lambat dari teman seusianya tapi Nia tetap semangat,” ucap Yati, ibu Nia dengan penuh haru.

Yati, ibu dari Nia Evelyn sedang menceritakan kemajuan dan semangat Nia dalam mengikuti kelas Qin Zi Ban.

Matthew Nathaniel melantunkan Sutra Bakti Seorang Anak dalam bahasa mandarin dengan lancar.

Selain Nia, sharing perubahan positif juga datang dari Jok Khian dan Ritawati, orang tua dari Kyara (8). “Dulu Kyara suka milih makanan dan terkadang makanan tidak dihabiskan. Waktu ikut kelas qin zi ban Kyara diajak melihat video anak yang kurus kelaparan karena tidak memiliki makanan. Sejak itu Kyara jadi menghargai makanannya,” terang Ritawati, ibu Kyara.

Perubahan positif pada anak membuat orang tua tertarik tentang apa yang ada di Tzu Chi dan akhirnya turut menjadi relawan. “Saya merasakan ketulusan relawan dalam berbagi cinta kasih dan mendidik anak saya. Setiap orang pasti punya kesibukan tapi relawan selalu menyempatkan waktu berbuat baik. Di Tzu Chi kita mendapat lingkungan yang positif, dan dari lingkungan yang baik ini, kita juga akan belajar berprilaku positif. Saya berharap anak-anak akan tumbuh menjadi orang yang baik,” tambah Jok Khian.

Serupa dengan Kyara, Nessa Vemitya Metta Lim juga sangat menghargai makanan. “Nessa melihat gambar anak yang busung lapar, ada juga anak-anak yang ada tinggal di negara yang sedang berperang, mengambil makanan dari tempat sampah. Sejak itu Nessa tidak berani menyisakan makanan walaupun makanan itu ia kurang suka. Nessa berpesan agar mami menyiapkan bekal makanan yang ia bisa habiskan saja, jangan berlebihan. Kalaupun tidak habis makanan pagi akan Nessa makan di siang harinya. Tidak akan dibuang sia-sia. Selain itu dari cerita di kelas budi pekerti, Nessa mengetahui kesulitan orang tua, ia jadi lebih penurut,”ucap Indrawati, ibu Nessa.

Pelajaran budi pekerti dan bakti kepada orang tua dikemas dalam kisah yang menarik sehingga anak-anak mudah mengerti. Salah seorang anak bernama Matthew Nathaniel (7) bahkan suka menghafal Sutra Bakti Seorang Anak (Di Zi Gui) dalam bahasa mandarin. Matthew melantunkan sutra tersebut dengan lancar dan diikuti tepuk tangan oleh para orang tua.

Jok Khian dan Ritawati, orang tua dari Kyara membagikan cerita tentang perubahan putrinya.

Relawan pendamping kelas budi pekerti Qin Zi Ban mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan anak atas partisipasi dan kerja sama yang baik selama setahun kelas Qin Zi Ban.

Tidak hanya mendapat cerita inspiratif, anak-anak juga belajar Dharma dalam bahasa mandarin melalui kata perenungan Master Cheng Yen. Adhika Gunawan salah seorang anak yang sangat suka belajar kata perenungan Master Cheng Yen dalam bahasa mandarin. Adhika mampu menghafal beberapa kata perenungan lalu menginspirasi ayahnya untuk belajar bersama.

Di akhir acara anak-anak berbaris rapi lalu menghampiri orang tua mereka. Pada kesempatan ini anak-anak berterima kasih atas bimbingan dan cinta kasih dari orang tua sambil memberikan segelas teh hangat. Selain itu anak-anak juga memoleskan lotion pelembab dengan lembut ke tangan orang tuanya.

Suasana pun semakin penuh haru. Orang tua dan anak berperlukan bahagia. Melihat kegembiraan ini relawan yang membantu sebanyak 39 orang ikut terharu. Semoga pembelajaran yang didapat hari ini bermanfaat bagi setiap keluarga dan anak-anak tumbuh menjadi orang yang baik dan berguna bagi masyarakat.


Artikel Terkait

Pentingnya Pelajaran Budi Pekerti Bagi Anak

Pentingnya Pelajaran Budi Pekerti Bagi Anak

25 November 2015
Memasuki penghujung tahun 2015, relawan Tzu Chi mengadakan acara penutupan kelas Qin Zi Ban (kelas budi pekerti Tzu Chi untuk anak usia 5 – 8 tahun) yang diadakan pada Minggu 22 November 2015 di ruang Xi She Ting, Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta.
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -