Pentingnya Saling Berbagi
Jurnalis : Teddy lianto, Fotografer : Teddy lianto
|
| ||
Dari kunjungan tersebut, relawan berharap jalinan jodoh tersebut dapat terus terjalin. Tiga bulan kemudian, tepatnya tanggal 27 Desember 2013, insan Tzu Chi dan karyawan Inti Sumber Baja Sakti berjanji untuk bertemu kembali di kantor mereka untuk menuang celengan yang telah mereka isi dengan cinta kasih. Pukul 13.00 WIB, para karyawan pun sudah mulai berkumpul di sebuah gudang sambil membawa celengan mereka masing-masing. Sebanyak 65 karyawan dengan antusias menuangkan celengan mereka yang telah penuh. Mereka tampak merasa gembira karena dapat melakukan kebajikan walaupun dengan nominal sesuai kemampuan mereka. Sambil menuang isi celengan, Eko Raharjo, relawan Tzu Chi sekaligus koordinator acara ini mengajak para karyawan untuk dapat memahami manfaat dari celengan bambu ini bagi orang kurang mampu dan diri sendiri. Dengan adanya celengan bambu ini, warga yang sakit dapat terobati dan diri sendiri juga belajar untuk menumbuhkan empati terhadap orang lain. Alarm Bagi Diri
Keterangan :
Holik pun menuturkan jika dengan adanya celengan bambu ini, siapa saja dapat turut bersumbangsih. “Ide celengan bambu ini sangat bagus, karena untuk menolong orang ternyata tidak perlu uang yang besar. Ternyata hanya dengan uang receh ini, yang dulunya hanya angan-angan (bisa menolong orang kurang mampu) akhirnya bisa terwujud,” cerita ayah dua anak ini. Holik pun berkata bawha SMAT seperti sebuah alarm bagi dirinya. Dengan adanya alarm ini, dirinya dapat sadar jika di luar sana masih banyak yang membutuhkan bantuan. “Acara ini bagus untuk menyadarkan kita betapa pentingnya untuk saling berbagi walaupun hanya dengan celengan bambu. Dengan adanya celengan bambu, kita juga sadar bahwa berbagi itu tidak harus uang besar. Alhamdulillah, kini kita bisa berbagi dengan orang yang kurang mampu,” tutur Holik dengan gembira. Tidak hanya Holik, Erwin yang baru satu tahun bekerja di tempat ini ikut bercerita bahwa setiap kali pulang dari bekerja, ketika sampai di rumah dan melihat celengan bambu, dirinya pasti ingin memasukkan uang receh ke dalamnya. Erwin yang berasal dari Medan sebelumnya sudah pernah mengenal dan ikut kegiatan Tzu Chi di kota asalnya. Saat itu ia mengikuti kegiatan pelestarian lingkungan. Hanya saja sejak pindah ke Jakarta dan bekerja, ia jarang mendengar nama Tzu Chi lagi. Jalinan jodoh dirinya dengan Tzu Chi mulai terajut kembali melalui SMAT ini. “Senang, karena uang receh daripada dibiarkan berserakan di rumah lebih baik dikumpulkan untuk beramal,” tutur Erwin yang merasa gembira karena dapat berpartisipasi lagi di Tzu Chi melalui celengan bambu. Perasaan bahagia dan senang tidak hanya dirasakan oleh para karyawan, tetapi juga oleh relawan. Melihat para karyawan yang sangat antusias membuat Eko Raharjo semakin termotivasi untuk lebih mendalami filosofi Tzu Chi agar bisa menggalang lebih banyak hati. Dengan memanfaatkan waktu libur mengajar, Eko yang bekerja sebagai guru agama Islam di Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng ini sering mengikuti sosialisasi SMAT. “Kadang-kadang saya merasa dengan kita banyak berbicara di depan, banyak mengajak orang untuk bersumbangsih dan berbuat kebaikan, justru memacu diri saya untuk lebih banyak berbuat kebajikan,” ujarnya. “Intinya jika ada waktu luang saya akan ikut bersumbangsih,” tutur Eko dengan pasti. | |||
Artikel Terkait
"Aku Bersyukur, Karena Aku Sangat Beruntung"
02 Juli 2014 Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menjalankan 4 misi, salah satunya misi pendidikan. Didalam misi pendidikan Tzu Chi terdapat sebuah landasan yang menerapkan budaya humanis. Misi pendidikan Tzu Chi merupakan pondasi dasar untuk perkembangan jiwa yang tercerahkan.Survei Program Bebenah Kampung Tzu Chi di Semanan
09 Maret 2020Relawan Tzu Chi dari komunitas He Qi Barat 2 melakukan survei Program Bebenah Kampung Tzu Chi di wilayah RW 01, Kelurahan Semanan, Kali Deres, Jakarta Barat. Dalam kegiatan pada Sabtu, 7 Maret 2020 ini, relawan mensurvei 23 rumah yang tidak layak huni di wilayah tersebut.