Akibat luapan Sungai Belutu dan banjir rob di kawasan Sei Rampah, Serdang Bedagai, Sumatera Utara, mengakibatkan banjir yang telah merendam hunian warga di delapan dusun di Kecamatan Sei Rampah.
Banjir besar kembali menerjang beberapa dusun di Kecamatan Sei Rampah akibat luapan Sungai Belutu dan banjir rob di kawasan Sei Rampah, Serdang Bedagai, Sumatera Utara. Banjir yang telah merendam hunian warga di delapan dusun tersebut telah terjadi selama kurang lebih tiga pekan.
Awalnya banjir hanya merendam rumah warga di tiga dusun dan ketinggian air hanya mencapai semata kaki. Air sempat surut beberapa hari namun air kembali meluap dan puncaknya sepekan terakhir, air mencapai ketinggian 1 meter atau setinggi dada orang dewasa dan mengakibatkan rumah 2.140 KK terendam air. Akibatnya banyak warga yang harus mengungsi ke posko pengungsian karena tinggi air ada yang mencapai atap dari rumah warga.
Minggu, 14 November 2021, tim Tanggap Darurat Tebing Tinggi melakukan survei lokasi ke wilayah terdampak. Relawan menjelajahi daerah – daerah terpencil yang harus menggunakan perahu karet untuk menjangkaunya.
Melihat kondisi tersebut, tim Tanggap Darurat Tzu Chi Tebing Tinggi terjun ke lokasi bencana di Kecamatan Sei Rampah pada Minggu, 14 November 2021 untuk survei lokasi dengan tujuan mengetahui apa kebutuhan yang diperlukan warga korban bencana. Disamping itu juga untuk memberikan penghiburan bagi mereka yang berada di posko pengungsian. Para korban terlihat gembira menerima kunjungan relawan.
“Setelah mendapatkan informasi tentang bencana banjir di Sei Rampah yang volume air bertambah naik dalam seminggu ini maka saya mengajak relawan terjun ke lokasi untuk mensurvei apa kebutuhan mereka, dan juga memberi semangat kepada mereka. Relawan yang tidak kenal Lelah terus menjelajahi tempat – tempat terpencil. Ada beberapa tempat yang airnya sangat dalam sehingga relawan harus menggunakan perahu karet untuk menjangkaunya,” jelas Wardi, relawan Tzu Chi.
Para relawan yang mengunjungi sekitar 20 posko dalam survei tersebut sangat tidak tega melihat penderitaan para korban terutama anak – anak yang harus tinggal di tenda selama dua pekan ini.
Relawan mengunjungi 20 titik posko pengungsian untuk mensurvei kebutuhan apa yang paling mereka butuhkan. Selain kebutuhan sandang dan pangan, beberapa ibu memohon agar mereka bisa diberikan beberapa kebutuhan untuk bayi mereka.
Ada beberapa cerita yang mengharukan yang dituturkan oleh ibu – ibu pengungsi di posko yang mana mereka sudah bertahan di tenda selama dua pekan karena rumah yang digenangi air setinggi 2 meter, bahkan jendela sudah tidak terlihat lagi. Beberapa peralatan rumah tangga rusak, banyak pula binatang seperti lipan, biawak dan ular yang berkeliaran, yang membuat mereka ketakutan karena memiliki anak-anak yang masih kecil.
Setelah melakukan survey dan koordinasi dengan perangkat Desa Sei Rampah, maka pada Selasa, 16 November 2021 sebanyak 7 relawan Tzu Chi segera memberikan bantuan beras (@ 10 kg) kepada 2.140 KK (7.778 jiwa) korban bencana banjir di Sei Rampah. Di samping pembagian beras, relawan juga membagikan 500 bungkus nasi siap saji dan mie instan ke 10 posko pengungsian.
“Warga di sini paling membutuhkan sandang dan pangan. Relawan Tzu Chi merasa prihatin kepada warga korban bencana dan kami mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi dan semoga kiranya bantuan ini dapat memberikan rasa senang kepada warga saya,” tutur Munajat, Kepala Desa Sei Rampah.
Relawan menghibur anak–anak dan orang tua di tenda pengungsian dengan mengajak mereka bernyanyi dan memperagakan isyarat tangan “Satu Keluarga”.
Sementara itu pada saat survey, beberapa ibu memohon agar mereka bisa diberikan beberapa kebutuhan untuk bayi mereka yang tinggal di pengungsian. Oleh karena itu relawan kali ini juga membawakan diapers, pembalut untuk para ibu, minyak telon, dan lotion anti nyamuk. Relawan juga membagikan roti, biskuit dan permen kepada anak-anak.
Lisa Rangkuti, warga Dusun 1 dengan tiga anak. Sudah hampir tiga pekan ini ia dan anak-anaknya tidak dapat menempati rumahnya yang masih terendam banjir. Ia dengan anak–anak, serta keluarga lainnya harus menumpang tidur di rumah kepala dusun dan juga di tenda pengungsian.
“Saya sangat bersyukur dapat bantuan ini karena kami pun mencari (nafkah) terputus karena banjir ini. Saya berharap bagaimana supaya banjir ini tidak tiap tahun. Apakah sungainya di lebarkan atau paret dikorek supaya tidak sering banjir,” harapnya.
Penyerahaan 2.140 paket beras (@ 10 kg) kepada 2.140 KK (7.778 jiwa) korban bencana banjir di Sei Rampah. Relawan juga membagikan 500 bungkus nasi siap saji, diapers, pembalut dan minyak telon.
Pada pembagian bantuan ini para relawan juga menghibur anak-anak dan orang tua di tenda pengungsian dengan mengajak mereka bernyanyi dan bermain bersama. Terlihat wajah yang awalnya lesuh berubah menjadi ceria dan penuh semangat, mereka bisa melupakan sesaat penderitaan mereka selama tiga pekan ini di tenda pengungsian. Para relawan semakin antusias dengan membawakan Bahasa isyarat tangan “Satu Keluarga” dan ternyata bisa diikuti oleh anak-anak dan para orang tua.
Para relawan Tzu Chi tidak hanya memberi bantuan meteri saja, tetapi juga membawa cinta kasih dan kehangatan kepada penerima bantuan. Bantuan materi yang diberikan mungkin akan habis dalam sekejap, namum kehangatan yang tertanam dalam hati penerima bantuan akan senantiasa menjadi pelipur lara dalam batin mereka sehingga mereka bisa kembali bersemangat.
Editor: Khusnul Khotimah