Penyambutan dan Perpisahan di Tzu Shao Ban Tanjung Balai Karimun

Jurnalis : Zoe Cerlynn Xu, Wiyzhien Lim (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun) , Fotografer : Calvin, Beverly, Mie Li (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)

doc tzu chi

Penyambutan dan Regenerasi Tzu Shao Tanjung Balai Karimun tahun 2017, para Tzu Shao membagikan sharing mereka setelah menjadi Tzu Shao.

Ada yang istimewa dari kegiatan Tzu Shao Ban (kelas muda-mudi Tzu Chi) Tzu Chi Tanjung Balai Karimun kali ini, Minggu, 11 Juni 2017. Tzu Shao Ban kali ini dilaksanakan dengan tujuan khusus, yaitu untuk menyambut Tzu Shao dari kelas VI dan perpisahan Tzu Shao kelas XII yang akan meninggalkan Tanjung Balai Karimun untuk melanjutkan pendidikan.

Kegiatan ini dimulai pukul 09.00 WIB, bersamaan dengan kegiatan donor darah di kantor Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Para tamu yang akan berdonor darah langsung dipersilahkan ke ruang donor darah (lantai bawah). Sementara yang akan mengikuti kegiatan Tzu Shao Ban dipersilahkan untuk memasuki ruang Tzu Shao Ban (lantai atas).

Tzu Shao Ban ini diawali dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen dan Yang Diatas, serta dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Mars Tzu Chi, pembacaan 10 sila Tzu Chi, juga mendengarkan Lentera Kehidupan. Adapun pesan Master melalui Lentera Kehidupan yaitu mengenai penyalahgunaan kemajuan teknologi yang sangat membahayakan nyawa manusia.

Kegiatan ini juga diwarnai oleh games yang sangat menarik dan tentunya tanpa ponsel ataupun teknologi lainnya. Seperti kata pepatah “Tak kenal, maka tak sayang” oleh karena itu Wiyzhien, sebagai koordinator Tzu Shao membuat games untuk para Tzu Shao. Games ini terbukti mencairkan suasana dan membangun keakraban antara remaja satu dan yang lainnya. Remaja yang biasanya sibuk dengan ponsel, kini bisa merasakan suasana tanpa ponsel. Tzu Shao dan sukarelawan yang hadir mengikuti kegiatan hingga selesai tanpa menggunakan telepon genggam.

Paulina (rompi)  menyampaikan kesannya saat hadir dalam kegiatan ini.


Hadiah yang disiapkan oleh Wiyzhien untuk Tzu Shao yang akan melanjutkan pendidikannya ke luar kota Karimun, diberikan hadiah yang berupa kartu gambar yang berisi foto-foto mereka dari awal masuk Tzu Shao sampai sekarang.

Paulina, salah satu remaja yang hadir saat kegiatan Tzu Shao Ban begitu terkesan dengan kekompakan relawan dan anak-anak Tzu Shao.

“Insan Tzu Chi sangat kompak dalam menyukseskan setiap kegiatan yang diadakan, seperti tak mengenal lelah. Saya sudah sangat siap menjadi Tzu Shao dan ingin mencoba belajar isyarat tangan,” ujarnya.

Saat sesi kilas balik ada beberapa Tzu Shao yang meneteskan air mata karena kakak kelas mereka mau melanjutkan pendidikannya di luar kota. Saat ditanya mengapa tertarik bergabung dengan Tzu Shao, Tzu Shao dari kelas VI menjawabnya dengan beraneka ragam alasan seperti karena suka dengan isyarat tangan, karena menganggap beramal adalah kewajiban. Salah satu Tzu Shao Wilbin, mengungkapkan alasan mengapa Ia ingin menjadi Tzu Shao “Kan berbuat baik, bukan berbuat jahat.”

Saat sesi sharing Tzu Shao kelas XII, Sukmawati Shigu sempat bertanya kepada salah satu Tzu Shao Budiman “Menyesal tidak ikut Tzu Chi?”, Budiman menjawab “Menyesal, menyesal karena terlambat bergabung.”

Budiman sendiri telah diajak temannya sejak kelas IX. Ia menundanya dan baru bergabung pada saat menginjak kelas X. Adapun pesannya terhadap adik-adik, “Mai diang muek cece khi”, yang artinya “jangan buat cece marah terus”.

Wiyzhien (abu putih) memberikan pesan kepada Tzu Shao agar senantiasa memegang teguh tata krama dan membina cinta kasih kepada semuanya.

Tzu Shao lain yang sudah pergi melanjutkan kuliah juga menyampaikan pesannya melalui WhatsApp, “Ce, ming tian bang wo jiang, gan en semuanya,” yang artinya, Kak, besok tolong sampaikan, Terima kasih semuanya.”

Sebagai koordinator Tzu Shao, Wiyzhien mengaku awalnya kesulitan dalam berkomunikasi dengan Tzu Shao. “Jadi, saya tidak begitu tahu cara berkomunikasi dengan Tzu Shao karena beberapa Tzu Shao  kurang bisa mengungkapkan pendapat atau perasaan mereka. Tapi setelah lebih mengenal, kami menemukan cara berkomunikasi yang lebih baik dan efektif.”

Wiyzhien juga berpesan kepada Tzu Shao yang akan meninggalkan Tanjung Balai Karimun agar senantiasa memegang teguh tata krama dan membina cinta kasih kepada semuanya. Acara doa, pembagian souvenir dan foto bersama pun menutup kegiatan ini.

Editor: Khusnul Khotimah 

Artikel Terkait

Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -