Perawat Profesional dan Humanis
Jurnalis : Yunita Margaret (He Qi Utara), Fotografer : Yunita Margaret (He Qi Utara)Wawan Arif, dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) menjelaskan isi Undang-Undang Keperawatan No 38 tahun 2014
Sabtu, 13 Juni 2015 relawan medis Tzu Chi yang tergabung dalam Tzu Chi International Medical Association (TIMA) mengadakan seminar keperawatan dengan tema “Perawat Profesional dan Humanis”. Seminar khusus perawat ini adalah kegiatan yang pertama kalinya bagi TIMA. Sejak pukul 08:00 WIB para perawat yang terdiri dari 28 orang perawat Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi dan 23 perawat umum lainnya mulai berdatangan. Perlahan para perawat memenuhi ruang lantai 1 Aula Jing Si, Pantai Indah Kapuk, Jakarta utara untuk mengikuti seminar. “Acara ini merupakan rasa syukur kepada tenaga medis yang telah bersumbangsih di Tzu Chi, mungkin mereka jarang ikut kegiatan serupa di luar. Dengan seminar ini diharapkan dapat memberi pengetahuan tambahan dan memperluas wawasan khususnya bagi para perawat. Kemampuan teknis yang dipadukan dengan budaya humanis Tzu Chi sangat penting agar dapat meningkatkan kualitas seorang perawat. Selain itu kita juga terbuka bagi perawat umum lainnya sebagai sarana berkumpul dan saling berbagi pengalaman”, terang drg Linda Verniati, Sp Ort selaku koordinator kegiatan seminar keperawatan.
Menghargai Kehidupan dan Berlandaskan Kemanusiaan
Sharing pertama dibawakan oleh Wawan Arif, dewan pengurus pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). Materi yang disampaikan cukup padat dan sangat penting yaitu tentang Undang-Undang Keperawatan no 38 tahun 2014, Per Menkes 149 tahun 2013 mengenai Komite Keperawatan dan juga materi tentang standar kompetensi perawat tahun 2015. Dari penjelasan tersebut para perawat akan mengerti peraturan terbaru, standar yang harus dimiliki oleh perawat dan berbagai hal mendasar yang dibutuhkan perawat. Selain itu Wawan juga menekankan agar para perawat memiliki rasa kepedulian/caring kepada pasien, memperlakukan orang lain sebagaimana kita ingin diperlakukan. Hal ini sangat sesuai dengan budaya humanis Tzu Chi. “Saya mendukung Tzu Chi membina perawat yang profesional dan humanis. Dengan adanya undang-undang baru berarti adanya pengakuan atas profesi perawat. Diharapkan para perawat dapat termotivasi dan meningkatkan kualitasnya. Begitu juga manajemen keperawatan. Dengan kerja sama yang baik, masyarakat juga akan memberikan penilaian postitif,” terang Wawan.
Sebanyak 51 orang peserta yang hadir dalam acara tersebut. Mereka terdiri dari perawat RSKB Cinta Kasih Tzu Chi dan perawat lainnya yang datang mengikuti seminar Keperawatan.
Kemudian sharing dilanjutkan oleh Ns Bernadete, S Kep tentang disiplin dan etika keperawatan yang humanis. Bagaimana visi dan misi serta budaya kemanusiaan insan Tzu Chi yang sesuai dengan keperawatan yaitu menghargai kehidupan dan berlandaskan kemanusiaan. Selain itu juga ada falsafah, kode etik perawat dan hubungan terapeutik. Perawat memahami dan peduli terhadap klien sekaligus dapat menjadi role model prilaku yang sehat. Membina rasa percaya dan berkomunikasi yang baik dengan pasien, serta mengutamakan keselamatan pasien. Ns Bernadete juga membagikan kata perenungan Master Cheng Yen, “Layanilah orang lain dengan kasih sayang, hadapilah orang lain dengan sikap welas asih. Dengan berlaku demikian, anda tidak akan dimusuhi orang lain dan juga dapat menjalin jodoh yang baik dengan setiap orang”.
Setelah sharing budaya humanis, kemudian materi penting lainnya adalah tentang kegawat-daruratan oleh Ns. I Dewa Ayu Rai Netrawati, S Kep dari RS St. Carolus. Para perawat dibekali pengetahuan berbagai kemungkinan yang terjadi dan apa yang perlu dilakukan ketika dalam posisi membantu kegawat-daruratan. Lalu dilanjutkan sharing dari para perawat senior tentang keperawatan sebelum (pre), intra, dan sesudah (pra) operasi. Dan juga ada sharing tentang perawatan cuci darah. Terakhir sharing oleh dr Wang Suryany yang membagikan kisah jejak cinta kasih tim medis Tzu Chi dalam memberikan bantuan pengobatan untuk warga korban gempa di Nepal. Tim medis Tzu Chi bersama relawan Tzu Chi tidak hanya memberikan bantuan secara materi tapi juga dengan ketulusan cinta kasih berusaha menenangkan hati warga.
Suster Sri Martina (empat dari kiri) mendengarkan sharing dari narasumber dengan sepenuh hati.
Salah seorang mahasiswa Keperawatan, Triyuni (kanan) tengah mencatat penjelasan yang disampaikan oleh narasumber.
Semua materi yang diberikan pada seminar ini memberikan manfaat bagi para perawat. Sri Martina salah seorang perawat RSKB Cinta Kasih Tzu Chi yang telah bekerja selama 6 tahun merasa senang dapat mengikuti seminar keperawatan. “Perawat RSKB memang telah belajar budaya humanis tetapi dengan seminar ini kami di refresh kembali jadi lebih evaluasi diri. Saya juga terharu saat mendengar sharing dr Kimmy, bagaimana melayani orang lain. Selain itu saya juga mendapat pengetahuan tambahan tentang cara kerja, kode etik perawat serta keperawatan cuci darah”, terang Sri Martina sambil tersenyum ramah. Yustinawati salah seorang perawat umum yang telah 20 tahun lebih bekerja sebagai perawat terkesan dengan Tzu Chi. “Dari saya mulai masuk ke Tzu Chi Center ini saya merasa terkesan. Tzu Chi melayani setiap orang dengan ramah dan tulus walau belum saling mengenal. Pengalaman berharga bagi saya tentang budaya humanis Tzu Chi. Sebagai perawat tidak hanya tuntutan kerja secara teknis tapi juga harus dapat melayani sesama. Saya tertarik ingin menjadi relawan”, ucap Yustin gembira. Tidak hanya perawat juga ada seorang mahasiswa keperawatan dari St Carolus yang selalu memperhatikan setiap materi seminar. Ia adalah Triyuni. “Seminar ini sangat bermanfaat bagi saya. Saya mendapat pengetahuan tentang pendidikan keperawatan dan kompetensi yang sesuai standar. Juga caring terhadap pasien. Kalau ada masalah pribadi di skip jangan dibawa ke tempat kerja. Harus berbudaya humanis, menganggap pasien sebagai partner dan keluarga sendiri serta hubungan terapeutik yang menghargai hak orang lain dan menjaga hubungan baik dengan pasien”, terang Yuni.
drg Linda Verniati, Sp Ort selaku koordinator seminar Keperawatan, memberikan semangat bagi para perawat lalu menutup acara dengan baik.
Seminar keperawatan yang berlangsung hampir satu harian ini memberikan banyak pelajaran berharga. Semoga setiap perawat dapat mengambil manfaat dan berhasil menjadi perawat yang profesional dan humanis sehingga mampu melayani masyarakat dengan maksimal.