Prosesi basuh kaki yang dilakukan salah seorang murid Kelas Bimbingan Budi Pekerti He Qi Pusat pada Hari Ibu Internasional.
Ada dua hal yang tidak dapat ditunda, yakni berbakti kepada orang tua dan berbuat kebaikan. Kata Perenungan Master Cheng Yen tersebut senantiasa menjadi pengingat semua insan Tzu Chi di dunia. Dalam menyambut peringatan Hari Ibu Internasional yang jatuh setiap Minggu kedua pada bulan Mei, Kelas Bimbingan Budi Pekerti He Qi Pusat tetap mengadakan prosesi basuh kaki dan pemberian kerajinan tangan (shou gong) murid kepada Ibunya, pada Minggu, 23 Mei 2021 di rumah masing-masing dengan terhubung secara daring melalui aplikasi Zoom.
“Bagus sekali kegiatan ini, karena anak-anak walaupun kita telah ingatkan terus, tetapi hari ini anak-anak dapat praktik nyata menunjukkan rasa hormat, baktinya dengan basuh kaki, mereka dapat merenungkan kembali jasa orang tuanya. Harapan saya anak-anak dapat menjadi anak yang baik, berbudi, bertutur kata baik, mandiri dan mengikuti ajaran yang benar, selalu ingat hukum kamma, takut akan akibat perbuatan salah”. Ungkapan isi hati Noni Thio, Ibunda dari Pramitha dan Vimala Kumari Ng (murid Tzu Shao Ban).
Prosesi basuh kaki dan pemberian kerajinan tangan (shou gong) murid kepada Ibunya ini berlangsung di rumah masing-masing murid yang terhubung secara daring melalui aplikasi Zoom.
Siang, pukul 10.05 WIB, Kelas Bimbingan Budi Pekerti He Qi Pusat untuk Qing Zi Ban dan Tzu Shao Ban dimulai dengan memberikan penghormatan kepada Master Cheng Yen. Beberapa materi yang bertajuk pengajaran berbakti dan hari Ibu telah dipersiapkan, di antaranya pada kelas QZB diputarkan 2 video yakni Xiao Li Zi yang berjudul berbakti adalah kebajikan utama dan video inspiratif berjudul Tian Tang De Mama. Sementara pada kelas TSB diputarkan 2 video yakni Master Cheng Yen Bercerita yang berjudul Kisah Keranjang Besar dan video inspiratif berjudul Tian Tang De Mama.
Livia C Kasman memandu murid-murid QZB dalam sesi permainan yang berjudul How Good You Know Your Parents. Sesi ini bertujuan mengetahui seberapa dekat hubungan antara orang tua dengan anak. Sebanyak 11 Pertanyaan sederhana diberikan, seperti nama, usia, makanan kesukaan orang tua, apa yang membuat orang tua marah, apa yang paling disukai oleh orangtua mereka, kapan saat orang tua mereka bahagia, kesamaan xiao pu sa (red-panggilan untuk murid QZB) dengan orangtua mereka, kegiatan yang ingin dilakukan kembali bersama orang tua mereka, dan kalimat apa yang ingin disampaikan kepada orangtua mereka.
Livia C. Kasman memandu murid QZB membuat hati dari kertas origami.
“9 Mei.” Sayup-sayup suara imut anak kecil yang berasal dari Michelle Tjhia, murid Qing Zi Ban. Ia menjawab Livia atas pertanyaan kapan hari Ibu Internasional diperingati saat sebelum memasuki sesi permainan.
“Benar, Hari Ibu International dirayakan setiap Minggu kedua di bulan Mei ya, dan jatuhnya di 9 Mei.” Jawab Livia selaku duifu-Daai Mama yang memandu sesi permainan.
Video durasi pendek yang berjudul Tian Tang De Mama sungguh menginspirasi para peserta zoom kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat. Menceritakan cinta kasih di balik tegasnya pengajaran oleh sang Ibu yang mengajarkan anak-anaknya agar dapat mandiri dalam mengerjakan beberapa aktivitas rumah tangga, seperti memasak nasi, menyalakan kompor, mencuci piring karena sang Ibu tersebut menderita sakit keras. Dengan telaten sang Ibu menyiapkan anaknya agar dapat berbesar hati melepasnya ketika ajalnya sudah datang.
Michelle Tjhia merespon pertanyaan yang diajukan Livia C. Kasman.
Beberapa murid terlihat menyimak sepenuh hati, diantaranya Viriyadi, murid QZB yang tersentuh dan menangis. Hati yang polos dan murni dari Viriyadi juga dirasakan oleh Duifu-Daai Mama yang memandu. Viriyadi sudah menderita sakit sejak ia masih usia dini dan saat ini sudah masa pemulihan, oleh karena itu, saat melihat video tersebut, ia terkenang, terharu dan merasakan kasih sayang, cinta dari Ibu yang merawat dan membesarkannya hingga kini.
“Tzu Shao Men, apa pesan yang didapatkan setelah nonton video tersebut?” tanya Henny, Duifu-Daai Mama yang memandu sesi tanya jawab di kelas TSB.
“Harus berbakti kepada orang tua, karena Ibu selalu memikirkan masa depan anaknya,” jawab Vimala Kumari Ng, murid TSB.
Isyarat tangan berjudul Mama dengan dibacakan pula lirik lagunya membuat materi berbakti dan pentingnya menghargai jasa orang tua semakin terserap ke dalam sanubari murid-murid.
Hasil karya gambar buatan Viriyadi, salah seorang murid.
Rasa haru dan kehangatan cinta kasih tak kuasa terbendung lagi ketika acara puncak basuh kaki dilangsungkan. Pemandangan tersebut terlihat dan dapat dirasakan pula dari tampilan gambar video masing-masing peserta Zoom. Para murid-murid QZB dan TSB melakukan anjali, berlutut, basuh kaki, namaskara, dan memeluk orang tua mereka di rumah masing-masing.
Dengan adanya prosesi hari Ibu, semakin mempererat tali kasih sayang antara orang tua dengan anak. Serangkaian tata cara yang mempunyai nilai kebajikan, tentunya membuat hati para orangtua dan murid QZB, TSB bahagia setelah mengikutinya.
“Senang bisa cuci kaki Mam,a” ujar Harryson Layadi, murid QZB.
“Senang, dapat membantu basuh kaki mama karena ini pertama kali,” ujar Leonard, murid TSB. Dikarenakan sebelumnya di kelas offline sang ayah yang mewakili Ibunya dalam prosesi basuh kaki dan pada saat tahun pertama pandemi, prosesi hari Ibu menggunakan tuang teh.
Foto bersama di penghujung acara.
Henny (Duifu-Daai Mama), selaku pembawa segera meresponnya. “Ya, benar. Oleh karena itu kita perlu mengenggam baik-baik kesempatan ini, karena perlunya jalinan jodoh juga hingga semuanya dapat tercapai sempurna”.
“Semoga kegiatan hari ini Xiao Pu Sa semakin bisa memaknai hari Ibu. Bisa berterimakasih, menyayangi dan berbakti kepada orang tua yang telah membesarkan, merawat, menyayangi, membimbing Xiao Pu Sa tanpa Lelah. Shigu, Shibo berharap bukan hari ini saja Xiao Pu Sa berterima kasih dan menyayangi orang tua, tetapi dapat dilakukan setiap hari dengan menjadi anak yang baik dan sayang kepada Papa Mama”. Pesan cinta kasih yang diberikan oleh Maria Fintje selaku Koordinator Kelas Bimbingan Budi Pekerti He Qi Pusat.
Editor: Khusnul Khotimah