Perayaan Hari Ibu di Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan

Jurnalis : Erlina Khe (Tzu Chi Medan), Fotografer : Rita, Djuang Tzu Chi Medan)

Lagu isyarat tangan “Mama De Yan Jing” membuat anak-anak terharu dengan perjuangan ibu mereka.

Meski pemerintah telah memberikan kelonggaran bagi masyarakat untuk beraktivitas, Kelas Bimbingan Budi Pekerti Tzu Chi Medan tetap berlangsung secara daring. Ini demi kebaikan Bersama.

Hari Ibu juga dirayakan secara daring. Perayaan Hari Ibu ini diadakan pada 22 Mei 2022, diikuti 22 keluarga dan 12 relawan. Acara yang dimulai sejak pukul 09.00-11.30 WIB ini berlangsung dalam suasana penuh khidmat dan tertib.

Acara diawali dengan memberikan penghormatan kepada Sang Buddha. Juga penghormatan kepada Master Cheng Yen dan diikuti dengan menyanyikan Mars Tzu Chi dan pembacaan 10 sila Tzu Chi.

Penampilan lagu isyarat tangan dengan judul “Mama De Yan Jing” (Mata Mama) memberikan sentuhan suasana yang indah pada kelas kali ini. Lagu tersebut menyiratkan indahnya langit yang penuh dengan bintang-bintang yang bersinar bagaikan Mata Mama yang penuh dengan cinta kasih.

Video “Mama yang tegar” juga diputarkan pada perayaan Hari Ibu kali ini.

Sesi Video “Menghargai dan Menyayangi”.

Anak-anak juga diajak menonton bersama video “Mama yang Tegar”. Video ini menceritakan seorang ibu yang tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap (tidak memiliki kedua lengan tangan). Walaupun dengan keterbatasan fisik, ibu ini masih bisa melakukan semua pekerjaan rumah layaknya orang normal dan juga masih bisa menjaga anak perempuannya dengan sangat baik dan cekatan. Ibu ini merupakan pedoman bagi semua orang untuk tidak menyerah akan keterbatasan fisik yang ada, melainkan menjadikan keterbatasan kita ini menjadi kelebihan.

Video selanjutnya yang diputarkan berjudul “Menghargai dan Menyayangi”. Video ini menceritakan bagaimana besarnya cinta dan kasih sayang ibu kepada anaknya walaupun anaknya telah dewasa dan memiliki keluarga sendiri. Seorang ibu selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya tetapi terkadang anak tidak merasakannya dan selalu bersikap egois tanpa memikiran perasaan ibunya. Kasih Ibu sepanjang masa dan bagaikan sang surya menyinari dunia.

Acara puncak dalam perayaan Hari Ibu ini adalah “Feng Cha” (secangkir teh hangat). Para Bodhisatwa Cilik sudah menyiapkan secangkir teh hangat, mereka lalu berlutut dan menyuguhkannya kepada ibu tercinta. Kemudian Bodhisatwa Cilik memeluk erat ibunya dan mengatakan: Mama, WoAi Ni.

Moderator lalu mengingatkan agar anak-anak senantiasa menyayangi dan menjaga ibu bukan hanya pada Hari Ibu saja.

Acara puncak dalam perayaan Hari Ibu ini adalah “Feng Cha” (secangkir teh hangat).

Para Bodhisatwa Cilik menyiapkan secangkir teh hangat, mereka lalu berlutut dan menyuguhkannya kepada ibu tercinta. Mereka lalu memeluk erat ibu mereka dan mengatakan: Mama, WoAi Ni.

Di tengah-tengah sesi perayaan Hari Ibu, para Bodhisatwa cilik diajak untuk menyimak video Master Cheng Yen Bercerita yang bertemakan “Anak Pembangkang”. Diceritakan, dalam sebuah keluarga, ada seorang anak yang dibesarkan oleh orang tuanya dengan memberikan yang terbaik dan kasih sayang yang penuh dan berharap kelak anaknya dapat berpendidikan dan bermoral tinggi. Tetapi anaknya malah berlaku kasar dan tidak mengindahkan perkataan orang tuanya.

Setelah diusir oleh orang tuanya, anak ini pergi ke Vihara Buddha dan memohon menjadi murid Buddha, namun ditolak oleh Buddha dikarenakan belum pantas. Buddha memintanya untuk mempelajari kembali apa yang dahulu diajarkan oleh gurunya. Dan anak ini berubah menjadi anak rajin, suka berdana dan menolong banyak orang.

Dengan perubahannya ini akhirnya anak ini diterima menjadi murid Buddha. Inti dari cerita ini adalah dalam hidup, kita harus bisa membedakan baik dan buruk saat melihat ataupun mendengarkan sesuatu. Kita hendaknya terlebih dahulu mencari tahu prinsip kebenaran yang terkandung di dalamnya. Orang-orang hendaknya dapat kembali pada hati yang polos dan murni tanpa noda.

Dalam acara ini ada sesi handmade yaitu membuat pembatas buku untuk dihadiahkan kepada ibu tercinta.

Dalam acara ini ada sesi handmade yaitu membuat pembatas buku untuk dihadiahkan kepada ibu tercinta. Dengan dipandu oleh Sanggar Kreativitas Anak Indonesia, Bodhisatwa cilik diminta untuk mem-posting hasil karya pembatas buku mereka di grup whatsapp melalui orang tuanya.

Acara ditutup dengan doa bersama, semoga pandemi Covid-19 ini cepat berakhir. Manusia semakin suci hatinya, masyarakat aman dan damai, dunia bebas dari bencana.

Editor: Khusnul Khotimah

Artikel Terkait

Pelestari Lingkungan Cilik, Mengubah Sampah Menjadi Emas

Pelestari Lingkungan Cilik, Mengubah Sampah Menjadi Emas

27 Maret 2017

Minggu, 19 Maret 2017, anak-anak kelas budi pekerti Qin Zi Ban dan Er Tong Ban melakukan praktik pemilahan barang-barang yang bisa didaur ulang. Halaman rumah Tzu Chi menjadi tempat bagi  xiao pu sa, orang tua, dan juga duifu (mentor) untuk belajar memilah barang-barang daur ulang. 

Menerapkan Pendidikan Melalui Kegiatan Sehari-hari

Menerapkan Pendidikan Melalui Kegiatan Sehari-hari

21 Oktober 2014 Yayasan Buddha Tzu Chi mengadakan kamp Ertongban (Kamp kelas budi pekerti) selama 2 hari satu malam. Adapun para peserta kamp adalah anak-anak usia 8 – 12 tahun. Acara diadakan di Aula Jing Si lantai 2, Ruang Fu Hui Ting, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara (18-19 Oktober 2014). Sebanyak 288 anak datang untuk mengikuti kamp.
Wujud Cinta Kasih kepada Semua Makhluk Hidup

Wujud Cinta Kasih kepada Semua Makhluk Hidup

24 November 2020

Kelas budi pekerti yang rutin diadakan setiap bulannya, kembali dilaksanakan oleh komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Utara 2 pada Minggu, 22 November 2020.  Para Xiao Pu Sha, panggilan kepada anak-anak peserta kelas budi pekerti berkumpul dalam jaringan mulai pukul 09.45 WIB. Kelas kali ini merupakan kelas terakhir di tahun 2020.

Cinta kasih tidak akan berkurang karena dibagikan, malah sebaliknya akan semakin tumbuh berkembang karena diteruskan kepada orang lain.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -