Perayaan Imlek di Sekolah Tzu Chi Indonesia

Jurnalis : Teddy Lianto , Fotografer : Teddy Lianto
 
 

foto
Para murid menuangkan celengan bambu yang telah mereka kumpulkan selama hampir satu bulan untuk orang-orang yang membutuhkan.

Sebuah benih yang ditanam dalam sebuah tanah yang subur harus diberi diberi pupuk dan air secara rutin setiap harinya. Tanaman juga butuh bantuan sinar matahari agar dapat tumbuh menjadi tanaman yang sehat dan kuat. Begitu juga pendidikan untuk anak-anak. Sejak kecil, anak-anak sudah harus diajarkan bagaimana cara melindungi diri sendiri dan menolong orang yang membutuhkan. Semua itu harus diajarkan sejak kecil. Sebab itu dalam mengajarkan pendidikan membutuhkan kesungguhan hati,  waktu yang sangat panjang dan lingkungan  yang sangat baik bagi anak-anak.

Pendidikan juga dapat diberikan melalui permainan. Misalnya pendidikan kebudayaan yang dilakukan oleh  Sekolah Tzu Chi Indonesia, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pendidikan seperti ini sungguh penuh kebijaksanaan.  Dengan menggunakan beberapa cara yang berbeda membuat pendidikan dapat diserap dengan baik oleh anak-anak. “Tujuan kita ialah agar anak-anak belajar lebih banyak tentang  kebudayaan Tionghoa  dan belajar  bahasa Mandarin dalam bentuk yang lain. Jika biasanya anak-anak setiap hari belajar dari buku bahasa Mandarin, maka dengan memanfaatkan Hari Imlek ini para anak-anak dapat belajar dari teks-teks lagu Mandarin dan menyerapnya melalui praktik dengan menyanyi dan menari,” ujar Susie, Wakil Kepala  SD Sekolah Tzu Chi Indonesia.

Susie menambahkan jika kegiatan ini juga untuk merangsang pemikiran para anak sehingga mereka dapat langsung menyerap setiap pelajaran yang diberikan. “Kita melihat untuk merangsang pengetahuan anak agar berkembang adalah melalui dari yang mereka suka misalnya menyanyi dan menari. Dengan melakukan sesuatu yang mereka suka,  mereka dapat lebih mendalami dan memahami setiap pelajaran,” tambah Susie.

foto  foto

Keterangan :

  • Kegiatan perayaan Tahun Baru Imlek ini untuk mengenalkan budaya Tionghoa kepada para murid Seolah Tzu Chi Indonesia. Berbagai budaya diperkenalkan kepada anak-anak sejak dini agar mereka dapat mengenal dan menghargai budaya yang berbeda-beda (kiri).
  • Valerie yang masih kecil sudah mulai belajar untuk ikut peduli terhadap orang yang kurang mampu (kanan).

Memberikan Pengarahan Sedari Dini
Dalam ceramahnya, Master Cheng Yen, pendiri Yayasan Buddha Tzu Chi mengatakan jika Sekolah Tzu Chi adalah sekolah berbudaya humanis yang sangat baik dan indah. Master Cheng Yen berharap semoga lewat pendidikan di Sekolah Tzu Chi, kita bisa mencetak insan yang berkualitas. “Semoga para siswa Tzu Chi tidak hanya berpengetahuan, namun juga bisa turut memikul tanggung jawab atas dunia. Setelah lulus sekolah dan terjun ke masyarakat, saya yakin mereka bisa memikul tanggung jawab atas masyarakat, negara, dan seluruh dunia. Untuk itu, mulai dari sekarang, setiap orang harus belajar dengan sungguh-sungguh. Sekolah ini adalah lingkungan yang baik. Dengan pendampingan dari orang tua, bimbingan dari para guru, dan doa dari insan Tzu Chi di seluruh dunia, anak-anak yang belajar di sini pastilah anak-anak yang paling penuh berkah,” ujar Master Cheng Yen dalam ceramahnya.

Seperti halnya  Valerie (6), murid kelas 1 SD Sekolah Tzu Chi ini mulai paham untuk menolong orang lain. Valerie yang pada hari raya Imlek mendapatkan banyak angpau dari kerabat merasa bingung akan dikemanakan hadiah tersebut. Tetapi sang mama menyarankan uang tersebut sebagian digunakan untuk disimpan kembali ke Tzu Chi untuk menolong orang lain dan Valerie pun mengiyakan. “Kata Mama balikin lagi ke Tzu Chi, buat bantu orang lain,” ujar Valerie, murid kelas P1 Kindness ini.

foto  foto

Keterangan :

  • Penampilan para murid yang memukau mendapat hadiah dari para guru (kiri).
  • Para guru juga turut memeriahkan acara dengan menyanyikan lagu “Pheng You” (Teman) kepada para murid (kanan).

Tidak hanya Valerie, tetapi anak-anak Sekolah Tzu Chi, Pantai Indah Kapuk juga mulai menyisihkan sebagian uang jajan mereka untuk orang yang membutuhkan setelah melihat bencana banjir yang terjadi pada bulan Januari 2013 lalu. “Untuk menumbuhkan kepedulian anak-anak terhadap orang yang membutuhkan, misalnya korban banjir. Setelah bencana banjir besar surut, para guru meminta anak-anak untuk menyisihkan sebagian uang jajan mereka guna dicelengkan untuk membantu orang yang kesusahan. Dan tadi pagi sebelum acara dimulai, celengan yang telah terisi penuh dikumpulkan dalam sebuah guci besar ,“ terang Susie seusai acara perayaan Imlek ini.

Ini adalah bentuk pendidikan. Dharma telah meresap ke dalam hati  anak-anak sehingga mereka bisa memahami rasa sakit yang dirasakan oleh makhluk hidup. Setelah memahaminya, secara alami anak-anak akan menghormati kehidupan. Semoga kebajikan dalam hati anak itu bisa bertahan selamanya. Insan Tzu Chi selalu memanfaatkan setiap momen dan setiap kondisi untuk membimbing anak-anak.

Inilah bentuk pendidikan untuk membimbing anak-anak agar memiliki moralitas. Ini sangat jarang ditemui pada masa sekarang ini. Dari diri anak-anak, kita bisa melihat moralitas dan semangat budaya humanis yang tinggi. Saat mengenyam pendidikan di sebuah sekolah, kita harus menganggap sekolah itu bagai rumah sendiri. Setiap orang yang berada di sekolah adalah satu keluarga. Para guru bagaikan orang tua kita dan teman-teman sekolah bagaikan saudara kita. Semua orang yang ada di sekolah adalah satu keluarga. Lihatlah desain atap setiap bangunan Tzu Chi adalah berbentuk huruf “manusia” dalam bahasa Mandarin. “Bodhisatwa muda sekalian, kalian bukan hanya siswa semata, di dalam hati saya, kalian semua adalah Bodhisatwa muda. Sejak kecil, kalian telah dibimbing untuk mengasihi diri sendiri dan mengasihi orang lain. Inilah yang disebut Bodhisatwa,” terang Master Cheng Yen.

 

 
 

Artikel Terkait

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Mengembalikan Cahaya Bagi Pasien Katarak

Baksos Kesehatan Tzu Chi Ke-144 di Batam: Mengembalikan Cahaya Bagi Pasien Katarak

11 September 2024

Said Azhari (60) adalah salah satu pasien katarak dari Pulau Dabo Singkep. Said harus menempuh perjalanan selama 4 - 5 jam menggunakan kapal ferry ke Batam demi pulihnya penglihatannya. 

Bantuan ke-3 untuk Warga Bhaktapur

Bantuan ke-3 untuk Warga Bhaktapur

19 Mei 2015

Untuk menyukseskan acara kali itu, relawan Tzu Chi juga mengajak sebanyak 400 relawan lokal turut membantu relawan Tzu Chi dalam mengatur alur pembagian dan membungkus barang bantuan. Pembagian bantuan pada hari itu berhasil disalurkan kepada 2.119  kepala keluarga.

Suara Kasih: Hidup dengan Bijaksana

Suara Kasih: Hidup dengan Bijaksana

12 Desember 2011 Kehidupan manusia bagaikan bunga peony itu. Meski terlihat indah, akan tetapi tak tahan akan guncangan sehingga kelopaknya mulai jatuh. Inilah ketidakkekalan.
Seulas senyuman mampu menenteramkan hati yang cemas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -