Perayaan Kemerdekaan yang Penuh Makna
Jurnalis : Diana Mulyati (Tzu Chi Medan), Fotografer : Lukman (Tzu Chi Medan) Anak UPTD Balai Pungai Sejahtera bermain bersama relawan. | Bertepatan dengan perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-63, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia Kantor Perwakilan Medan mengadakan kunjungan kasih ke beberapa panti sosial di sekitar kota Medan, selama 2 (dua) hari berturut-turut. Minggu (17/8) pagi jam 09.30 WIB, pada saat yang bersamaan, Tzu Chi mengunjungi Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Balai Pungai Sejahtera dan Panti Jompo Sosial Tresna Werdha Abdi, dua panti yang terletak bersebelahan di Jalan Perintis Kemerdekaan Binjai, Sumatera Utara. |
UPTD Balai Pungai Sejahtera Sebanyak 60 orang relawan dari Wilayah (Xie Li) 1 berkunjung ke UPTD Balai Pungai Sejahtera, salah satu unit pemberdayaan masyarakat pada Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara, yang melakukan pembinaan terhadap para gelandangan dan pengemis (gepeng) yang terjaring dalam operasi penertiban. Panti ini dihuni sejumlah 40 KK (150 jiwa) warga binaan. Warga berusia dewasa dikumpulkan dalam aula untuk mengikuti acara penyuluhan yang telah dipersiapkan, bertemakan pemberian motivasi dan edukasi, sedangkan anak-anak mengikuti acara aneka perlombaan khas Peringatan 17 Agustus. Ket : - Anak UPTD Balai Pungai Sejahtera ikut lomba makan krupuk. (kiri) Dalam sambutannya, Kepala Seksi Panti Pungai Sejahtera, Jimin (51 tahun) mengatakan sangat tergugah atas kedatangan insan Tzu Chi, sebab tidak banyak orang yang mau datang ke sana. Beliau berharap kehadiran para relawan dapat memberi motivasi karena para tunakarya masih ada yang mau memperhatikan. ”Semua anak-anak di panti ini masih bersekolah dan biaya sekolah tidak ditanggung pemerintah, cuma biaya hidup yang ditanggung pemerintah. Setelah anak-anak tamat sekolah nanti, mereka harus mencari nafkah sendiri secara halal dan tidak boleh mengemis lagi di jalanan. Apabila sampai ketahuan ada mengemis di jalanan, mereka bisa dikenai hukuman. Di panti ini juga diberikan berbagai pendidikan keterampilan berupa seni ukir, pembuatan boneka, dan bercocok-tanam. Sedangkan anak-anak juga diajarkan membaca Alquran dan mengenal huruf bagi anak-anak usia dini. Setiap keluarga di sini cuma diberikan kontrak tinggal selama 2 tahun, setelah 2 tahun diwajibkan meninggalkan panti dan mencari nafkah sendiri secara halal di luar, seterusnya panti akan menempatkan penghuni baru,” tambahnya kemudian. Acara penyuluhan Tzu Chi berisi edukasi tentang pelestarian lingkungan dan daur ulang sampah. Dari interaksi dengan warga diketahui bahwa sebagian besar mereka berprofesi sebagai pemulung, selain itu ada juga yang bertani. Isma (45 tahun), seorang ibu beranak empat memiliki mata pencaharian sebagai pemulung. Waktu senggangnya juga dimanfaatkan membuat boneka untuk dijual. Ibu ini berkata dengan penuh perasaan sambil meneteskan airmata, bahwa selama ini ia merasa dirinya seorang yang miskin juga hina, kerjaannya hanya memungut sampah, sampai saudara sendiri juga tidak pernah datang berkunjung. Namun melihat relawan Tzu Chi mau datang berbagi kasih dengan mereka dan dari penjelasan daur ulang tadi, ia sekarang sadar bahwa pekerjaannya adalah mulia dan bisa ikut menyelamatkan bumi juga. Selanjutnya berganti anak-anak yang diberi edukasi tentang daur ulang sampah dan pola hidup secara sederhana, misalnya menghabiskan makanan yang diambil dan jangan membuang sampah sembarangan. Sedangkan orang dewasa diajak bermain aneka perlombaan, bernyanyi dan belajar peragaan bahasa isyarat tangan Tzu Chi. Ket : - Ketika ibu-ibu UPTD Balai Pungai Sejahtera ikut perlombaan di luar, anak-anak diberi makan oleh relawan. Salah seorang relawan bernama Liani Sari (55 tahun) menyampaikan kesannya, ”Saya sangat tersentuh melihat mereka sangat gembira dan riang walaupun sebagian dari mereka ada yang tidak mempunyai orangtua tetapi mereka tidak merasakan sendirian dan tidak sedih karena memiliki banyak temen-temen dan orangtua teman-teman ada di samping mereka. Mereka sungguh kuat menghadapi semua ini, dan saya juga merasa bersyukur karena saya memiliki semuanya walaupun ada kekurangan”. Kegiatan diakhiri siang harinya dengan makan siang bersama dan penyerahan bahan bantuan berupa paket sembako, pakaian, dan peralatan pertanian ke tangan warga. Kepala UPTD Balai Pungai Sejahtera Ita Rohani R (49 tahun) menuturkan, ”Panti Pungai Sejahtera ini didirikan pada tahun 1954, dengan maksud menampung para gelandangan dan pengemis untuk direhabilitasi, supaya anak-anak maupun orang dewasa yang sebelumnya menjadi gelandangan dan pengemis nantinya bisa mandiri dan berguna di kalangan masyarakat.” ”Saya sangat mendukung kegiatan ini, karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang teristimewa bagi kami semua, khususnya buat anak-anak dan orang dewasa yang berada di sini, dapat bermain dengan senang,” katanya melanjutkan. Ket : - Relawan bermain bersama anak-anak Panti Asuhan Sungai Air Hidup. (kiri) Panti Jompo Sosial Tresna Werdha Abdi Kegiatan ini disambut baik oleh para penghuni, pengasuh, dan pengurus. ”Saya sangat gembira dan berterima kasih atas kedatangan Yayasan Buddha Tzu Chi, karena warga-warga jompo ini ikut gembira menikmati hari-hari lansia dengan acara yang telah dibuat oleh Yayasan Buddha Tzu Chi. Dengan adanya acara ini, mengharapkan mereka tambah sehat dan panjang umur,” ujar Dra. Asmal (55 tahun) selaku ketua tata usaha panti jompo. Tak hanya itu, beberapa orang relawan Tzu Chi yang baru pertama kali mengikuti kegiatan begini juga sangat gembira dan bahagia sekali bisa memberikan pelayanan kepada para lansia dengan melihat sebagian dari orang-orang jompo ini mempunyai motivasi hidup yang tinggi dengan kebutuhan mereka yang sangat terbatas, dan merasa bersyukur dengan apa yang telah dimiliki saat ini. Ket : - Relawan memberi perhatian pada lansia penghuni Panti Jompo Sosial Tresna Werdha Abdi. (kiri) Panti Asuhan Sungai Air Hidup Penghuni panti berjumlah 70 orang, dari usia 10 bulan–19 tahun. Pada bulan Juni 2007, 2 orang anak panti tersebut sangat berprestasi dan mendapatkan beasiswa dari Kedutaan Besar India untuk melanjutkan kuliah jurusan Bahasa Inggris di Universitas India. Para relawan berbagi kasih dengan anak-anak melalui serangkaian acara menarik. Sewaktu ditayangkan video tentang kesulitan hidup anak-anak di Propinsi Gansu, Tiongkok yang tetap tegar dan bertekad kuat untuk bersekolah agar nantinya bisa lepas dari belitan kemiskinan, kelihatan banyak anak yang meneteskan air mata. Seperti yang dituturkan oleh Meniria (13 tahun), anak yatim piatu tetapi prestasi akademisnya luar biasa, juara I di kelas. ”Saya sangat terharu melihat video tadi, saya merasa seperti anak dalam video, saya juga tak akan berputus asa, tetap mau mencapai cita-cita menjadi seorang dokter,” katanya. Relawan juga memberikan penghiburan seperti peragaan isyarat tangan dan berbagai acara permainan di luar ruangan khas khas peringatan 17 Agustus. Ada beberapa orang relawan meringankan tangan untuk mengguntingkan rambut anak-anak. Anak-anak yang rambutnya telah dipotong rapi, berbaris rapi untuk mengambil pakaian yang dibagikan. Relawan sibuk mengukur baju yang cocok agar sesuai dengan ukuran tubuh mereka. Seperti dikatakan Master Cheng Yen, berikan sesuatu kepada orang lain sesuai yang dibutuhkannya, bukan apa yang mau kita berikan. | |