Perayaan Natal Sekaligus Gathering Gan En Hu di Tzu Chi Batam
Jurnalis : Stella Young (Tzu Chi Batam), Fotografer : Bena Taswin, Supardi, Tjoa Susanto, Vemmy Ho (Tzu Chi Batam)Gathering Gan En Hu ini dihadiri 247 Gan En Hu, dan sebanyak 83 relawan bahu-membahu menyukseskan acara ini.
Perayaan Natal sekaligus Gathering Gan En Hu (penerima bantuan Tzu Chi) di Tzu Chi Batam berlangsung penuh sukacita sekaligus haru. Acara ini digelar di Aula Jing Si Batam, Minggu 3 Desember 2023 dan dihadiri 247 Gan En Hu.
Gan En Hu dengan usia remaja mulai dari SMP diarahkan ke lantai 4 untuk mendengarkan materi penyakit menular seksual yang dijelaskan dr Margaret Nelly Olynca Sibarani, M.Ked(KK),SpKK, FINSDV. Kesehatan remaja merupakan hal sangat penting diperhatikan karena pada masa ini remaja mengalami perubahan fisik, psikologis, dan sosial yang signifikan. Pengetahuan masalah reproduksi tak hanya wajib bagi remaja putri saja tetapi juga bagi remaja laki-laki. Kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dapat menimbulkan masalah dalam kesehatan reproduksinya, yaitu penyakit menular seksual dan infeksi menular seksual.
Dokter Margaret menjelaskan berbagai penyakit menular seksual.
Celengan beras dari plastik daur ulang mengizinkan genggaman beras menjadi cinta kasih.
Sementara Gan En Hu umum yang berada di kantin (lantai dasar) mendengarkan materi yang tak kalah bermanfaat tentang Hidup Tanpa Nyeri. Dr Fisher Iwan, SpKFR memberitahu penyebab nyeri, sifat-sifat nyeri, dan bagaimana mencegah dengan melatih postur tubuh saat berdiri dan saat duduk yang benar. Diharapkan jangan sampai penyakit nyeri ini menghinggap sehingga mengganggu kegiatan sehari-hari.
Selain membagi pengetahuan seputar kesehatan raga dan menyalurkan santunan bulanan, relawan juga memperhatikan kesehatan jiwa gan en hu. Ini terlihat dari kado-kado Natal yang sudah dibungkus rapi menghiasi pohon Natal di kedua sisi panggung. Saling memberi dan tukar kado di hari Natal bisa membangkitkan rasa menghargai atau dihargai, serta rasa bahagia, dan memupuk harapan di tahun yang akan datang.
Wangi (kanan) mewujudkan rasa syukurnya karena di tengah kekurangan, para gan en hu tetap menyisihkan beras untuk bersumbangsih.
“Kado-kado tersebut bukan kami beli, melainkan sumbangsih dari relawan yang sudah sejak beberapa hari lalu diajak, dikumpulkan dan dibungkus ramai-ramai dengan menggunakan barang-barang di rumah yang masih baru namun belum dibutuhkan, seperti hadiah pernikahan, botol minuman, dompet, gantungan kunci, handuk dan lain-lain,”, Ini dicetuskan oleh Wangi yang selalu punya ide kreatif untuk menyenangkan orang lain.
Di samping itu, Wangi dengan bantuan relawan lain juga menyediakan kaleng plastik daur ulang yang dibuat untuk menabung beras untuk membantu sesama dalam wujud yang lain dari inspirasi celengan bambu.
Safitri mengajak para adik-adik agar memiliki kehausan dalam belajar dan terus berprestasi.
Dalam gathering ini hadir juga seorang gan en hu yang mendapat bantuan kaki palsu dengan membagikan kisah bagaimana dia bangkit dari musibah yang dialaminya. Safitri yang masih seorang siswi di tahun 2010 ditabrak mobil box dalam perjalanan menuju sekolah untuk menempuh ujian kelulusan. Dari paha kanan ke bawah hancur dengan jari-jari kaki tertinggal di sepatu dalam keadaaan sadar.
“Dokter memberitahu kedua orang tua bahwa amputasi harus segera dijalankan, setelah sadar pada keesokan harinya, guru sekolah membawakan soal ujian yang dikerjakan kala itu di rumah sakit,” dengan berlinang kenang Safitri.
Tujuh belas hari kemudian sekolah memberitahu bahwa ia meraih nilai tertinggi pada kelulusan tahun itu. Dengan yakin Safitri menaiki panggung dan memberikan semangat kepada semua hadirin bahwa hidup harus berlanjut walau minder, walau sedih tetap harus dijalankan dengan semangat, jangan pernah menyerah, selalu berjuang, dan belajar. “Saya sangat berterima kasih kepada Yayasan Buddha Tzu Chi yang sejak setahun lalu membantu saya sehingga kegiatan sehari-hari sebagai guru mengaji dapat berjalan lancar,” doanya agar Tzu Chi makin berkembang dan maju mengulurkan tangan memberi bantuan kepada orang yang membutuhkan.
Setiap gan en hu memilih kado di penghujung acara.
Kisah sedih juga dihadapi Yanti Amelia Pandjaitan, penderita kanker payudara. “ Ketika tidak ada dana pengobatan, teman saya menganjurkan agar meminta bantuan dari Yayasan Buddha Tzu Chi, akhirnya saya berjumpa relawan yang bernama Lie Noi dan membantu saya mengajukan biaya terapi kanker di Jakarta sebanyak 30 kali. Termasuk juga biaya hidup selama di Jakarta serta biaya kepulangan sampai di Batam. Bahkan setelah di Batam pun saya masih dibantu dengan santunan bulanan. Doa terbaik saya panjatkan semoga relawan dan Tzu Chi mendapat balasan yang terbaik juga,” ucapnya penuh rasa terima kasih.
Kisah pilu yang dialami banyak orang menyadarkan relawan untuk selalu bahu membahu menyalurkan bantuan dan cinta kasih kepada orang-orang yang membutuhkan. “Mari bersatu hati demi Kebajikan dan bersumbangsih dengan rasa kebersamaan serta saling mengasihi dan saling memuji dalam mengulurkan tangan untuk saling membantu.” (Kata Perenungan Master Cheng Yen).
Editor: Khusnul Khotimah
Artikel Terkait
Berbagi di Tengah Kekurangan
13 Juni 2022Setelah sempat vakum hampir dua tahun lebih, Gathering Gan En Hu di Tzu Chi Pekanbaru diaktifkan kembali pada Minggu, 5 Juni 2022 yang dikemas dalam acara Ramah Tamah dan Sharing Bersama. .
Sukacita Imlek bersama Gan En Hu dan Anak Teratai
14 Februari 2023Tzu Chi Pekanbaru berbagi sukacita Tahun Baru Imlek bersama para Gan En Hu dan juga anak-anak Teratai (penerima bantuan pendidikan dari Tzu Chi) pada Minggu, 5 Februari 2023.
Berbagi Bantuan di Hari Kasih Sayang
15 Februari 2016Bertepatan dengan Hari Kasih Sayang yang jatuh pada 14
Februari 2016, relawan Yayasan Buddha Tzu Chi dari komunitas He Qi Timur mengadakan pembagian bantuan
kepada para Gan En Hu (sebutan penerima
bantuan) di Depo Pelestarian Lingkungan Kelapa Gading, Pegangsaan Dua, Jakarta
Utara.