Sebanyak 12 relawan pembawa persembahan yang berupa pelita, air wangi dan bunga.
Setiap tahunnya, Tzu Chi memperingati tiga hari besar yakni Hari Raya Waisak, Hari Ibu Internasional dan Hari Tzu Chi Sedunia. Peringatan Waisak tahun 2024, memasuki 2568 BE (Buddhis Era). Untuk tahun 2024, peringatan tersebut jatuh di bulan Mei. Selama bulan Mei, ini menjadi momentum untuk merenungkan kembali harapan mendasar Buddha terlahir di dunia, demi membimbing dan menunjukkan jalan bagi semua makhluk agar kita semua para mahkluk dapat terbebaskan dari penderitaan dan mengikuti langkahNya.
Untuk membuka kesempatan bagi masyarakat yang belum pernah mengikuti prosesi Waisak Tzu Chi, komunitas He Qi Pusat mengadakan perayaan doa bersama memperingati tiga Hari Besar pada Minggu, 26 Mei 2024 di ITC Mangga Dua Lantai 6.
Sebanyak 47 relawan Tzu Chi, 30-an peserta umum yang hadir, mengikuti serangkaian acara Waisak yang dimulai pukul 2 Siang hingga 4 Sore. Mulai dari bersama-sama melantunkan Gatha Pendupaan, Gatha Pujian bagi Buddha, mengikuti prosesi Waisak; menyentuh air, mengambil bunga. Hingga memanjatkan doa Ettavata dan mendengarkan pesan Waisak yang dibimbing oleh YM. Bhikku Ratanadhiro, kemudian melakukan meditasi, memanjatkan Tiga Ikrar dengan ketulusan, menyaksikan penampilan isyarat tangan berjudul “Mu Qin De Shou”.
YM. Bhikku Ratanadhiro memanjatkan doa Ettavata untuk pelimpahan jasa bagi semua makhluk.
Saat prosesi utama Waisak, ada 12 relawan sebagai pembawa persembahan yang berupa pelita, air wangi dan bunga. Pelita melambangkan penerangan, air wangi melambangkan pembersihan noda batin, dan bunga melambangkan harumnya Dharma dan kebajikan, juga mengingatkan adanya ketidakkekalan.
“Selama proses merayakan Waisak, kita telah melakukan banyak jasa Kebajikan. Ubahlah kebahagiaan dari bagi diri sendiri menjadi bagi semua mahkluk tanpa kecuali. Semoga berkah Waisak membawa kedamaian, kebahagiaan, kesejahteraan buat semua. Semoga semua makhluk hidup berbahagia. Sadhu Sadhu Sadhu,” pesan Waisak oleh YM. Bhikku Ratanadhiro.
Dengan berdiri dan beranjali, Sri Hartati, Opa Santoso Halim memanjatkan tiga ikrar.
Opa Santoso Halim (72) datang bersama anaknya Sri Hartati. Dari rumahnya di Sunter, kedunya menggunakan transportasi umum ke ITC Mangga Dua. Merupakan kali pertama mereka mengikuti Waisak yang diadakan Tzu Chi. “Saya mengetahui adanya acara Waisak di ITC ini sewaktu datang ke Depo Pangeran Jayakarta, dan ada relawan yang menginformasikannya. Saat itu, saya datang bersama istri. Kini saya mengajak anak untuk memperingati Waisak yang diadakan Tzu Chi,” tuturnya.
“Prosesinya bagus, ada menyentuh air sebagai lambang untuk membersihkan hati. Setelah membersihkan kotoran maka diisi dengan wanginya kebajikan,” tambah Opa Santoso Halim.
Begitupun kesan sang anak, Sri Hartati saat mengikuti prosesi Waisak Tzu Chi. “Saya menyukai kegiatan yang terasa kedamaiannya, ada sesi meditasi itu bagus, tenang, damai rasanya,” ujarnya.
Para relawan beserta masyarakat melakukan prosesi utama, menyentuh air dan mengambil bunga.
Sementara itu, Novita Liesera sangat bersyukur diberi kesempatan belajar mengemban tanggung jawab sebagai Wakil PIC Waisak ini. “Banyak bagian yang perlu dipersiapkan selama proses tersebut yang Sera belum paham karena ini baru pertama kali pegang, tetapi Shigu, Shibo, Shijie, Shixiong men bersedia bimbing dan bantu ambil bagian melengkapi kerjaan tersebut. Misalnya, bagian dekorasi-bagian persembahan-bagian alur-bagian konsumsi-bagian penyuluhan-bagian dokumentasi-bagian pelayanan-bagian logistik-bagian acara-bagian suvernir,” ungkap Novita Liesera, Wakil PIC Waisak He Qi Pusat.
Terkait dengan peringatan Hari Ibu Internasional, bagi Novita, ibu adalah seorang yang dapat menjadi sandaran. “Siap back-up, menuntun dan membiarkan anak-anaknya belajar mandiri bertumbuh dari yang tidak bisa apa-apa hingga menjadi bisa. Ketika melihat anak jatuh, hati seorang Ibu tentu tidak tega tetapi bagaimana ia dapat konsisten mendidik anaknya agar bisa bangkit dari setelah jatuh tersebut hingga menjadi anak yang kuat. Saya merasa tantangan menjadi seorang Ibu sangatlah besar,” ujarnya.
Editor: Khusnul Khotimah