Para relawan bahu-membahu mempersiapkan segala perlengkapan sebelum prosesi pemandian rupang Buddha.
Komunitas relawan Tzu Chi Medan tepatnya di Hu Ai Titi Kuning mengadakan pemandian rupang Buddha dalam rangka Perayaan Waisak pada Minggu, 5 Mei 2024 di Sekolah Putra Bangsa Berbudi (PBB) Deli Serdang. Pemandian rupang ini dihadiri 26 relawan Tzu Chi, 15 guru dan lebih dari 180 siswa-siswi yang sebagian hadir bersama orang tua mereka.
Master Cheng Yen selalu berpesan sifat manusia pada hakikatnya baik dan jernih. Karena tiga racun (keserahan, kebencian dan kebodohan) sehingga tidak bisa lagi membedakan benar atau salah. Ketika batin manusia sudah keruh dan kacau bagaimana kita bisa mewujudkan perdamaian dunia? Tujuan dari ritual pemandian rupang Buddha adalah untuk menjernihkan batin masing-masing yaitu kembali pada sifat hakiki yang jernih dengan senantiasa mempraktikkan pikiran, ucapan dan perbuatan yang benar. Sebuah dunia yang lebih baik dapat terwujud dengan terjun di tengah masyarakat, mempraktikkan Dharma, menggalang hati sesama, dan terus memperpanjang barisan Tzu Chi hingga ke seluruh penjuru dunia.
Sebelum acara berlangsung, relawan menjelaskan makna prosesi pemandian rupang Buddha kepada siswa-siswi terutama yang masih TK.
Iwan Chandra merasakan momentum Waisak sebagai salah satu motivasi untuk mempraktikan Dharma dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sambutannya, Iwan Chandra selaku koordinator bersyukur dengan segala dukungan dan perhatian dari semua pihak sehingga perayaan Waisak dapat kembali diadakan di Sekolah PBB.
“Setiap tahun di minggu kedua pada bulan Mei, insan Tzu Chi memperingati tiga peristiwa penting. Yang pertama kelahiran, pencerahan dan parinibbana (wafat) Buddha Sakyamuni. Yang kedua yaitu memperingati Hari Ibu Internasional sebagai wujud kasih sayang tanpa pamrih kepada Sang Ibunda tercinta. Dan yang ketiga adalah Hari Tzu Chi sedunia; bersyukur atas budi semua orang yang senantiasa bersumbangsih demi semua makhluk yang menderita. Sehingga tema Waisak tahun ini adalah Membalas budi luhur Buddha, orang tua kita dan semua makhuk hidup.” Tutur Iwan.
Beragam usia siswa-siswi yang hadir, dari mereka yang masih duduk di bangku TK hingga SMK. Rio Ferdinand yang sudah sering mengikuti acara Waisak selalu merasakan keharuan di setiap penghujung prosesi. “Sebagai murid Sang Buddha yang baik, sudah sepatutnya kita mengingat jasa-jasa Sang Guru yang telah memberi pencerahan tentang penderitaan serta jalan menuju lenyapnya penderitaan; sehingga kita semua bisa mendapatkan berkah dan kebahagiaan hidup. Dengan mengikis tiga racun serta mempraktikan jalan-jalan kebenaran, semoga kita semua dapat membawa kebahagiaan kepada diri kita sendiri dan sesama.” Ujar Rio dengan penuh keyakinan.
Sebanyak 15 guru dan lebih dari 180 siswa hadir mengikuti prosesi pemandian rupang Buddha.
Sama halnya dengan Michael Leonardo yang juga sudah sering mengikuti acara Waisak bersama teman-temannya. “Selain mendengarkan Dharma. Hal terpenting lainnya seperti yang disampaikan oleh Master Cheng Yen adalah bersungguh hati dalam mempraktikan ajaran Buddha di dalam kehidupan sehari-hari dengan menjadi seorang teladan yang baik. Menyadari tiada makhluk hidup yang tidak luput dari penderitaan, maka sudah sepatutnya kita berwelas asih dan meringankan penderitaan sesama. Semoga semua makhluk hidup berbahagia.” Pungkas Michael penuh keharuan.
Pemandian rupang Buddha berlangsung khimat dan agung selama kurang lebih dua jam. Banyak guru-guru yang hadir merasakan keharuan dan turut bersukacita melihat kesungguhan hati anak didik mereka dalam mengikuti tata-cara budaya humanis Tzu Chi dan juga dalam mehayati makna perayaan Waisak tahun ini.
Maitri dan Sri Wahyu Lestari, dua dari sekian banyak pendidik Sekolah Putra Bangsa Berbudi (PBB) yang sudah sering mengikuti kegiatan Tzu Chi dari Misi Pelestarian Lingkungan (PL) hingga ke Misi Pendidikan, dari Pelatihan Relawan hingga ke Kegiatan Komunitas ingin berbagi sukacitanya.
Relawan mendampingi anak-anak yang belum pernah mengikuti prosesi pemandian rupang Buddha.
“Sebagai pendidik, tentunya kami berharap anak-anak didik kami dapat tumbuh menjadi generasi penerus yang seutuhnya. Selain akademis, benih-benih bangsa ini kami pupuk dengan penuh welas asih tanpa pamrih. Keyakinan adalah ibu dari segala pahala. Dengan menjadi teladan yang baik, semoga mereka bisa hidup berbahagia dan turut menjaga perdamaian di mana pun mereka berada. Semoga hati manusia tersucikan. Semoga dunia damai dan bebas bencana.” Ujar Maitri dan Sri Wahyu Lestari.
Pengurus Sekolah Putra Bangsa Berbudi (PBB), Chairuddin Kuslan mengucap syukur dengan kesempatan dan dukungan yang diberikan sehingga prosesi hari ini dapat berlangsung dengan baik. “Pemandian rupang Buddha adalah kegiatan simbolis membersihkan segala kekotoran batin dalam diri kita baik yang dilakukan pikiran, ucapan dan perbuatan. Master Cheng Yen selalu berpesan ada dua hal penting yang tidak bisa ditunda di dalam hidupan ini; yaitu berbakti kepada orang tua dan berbuat kebaikan. Semuanya merupakan momentum yang tepat untuk kita renungi segala perbuatan yang telah dilakukan serta menjalani kehidupan dengan berlandaskan ajaran Sang Buddha dan cinta kasih.” Tutur Chairuddin Kuslan.
Editor: Khusnul Khotimah