Perayaan Waisak Tzu Chi: Partisipasi Sekolah Buddhis Melantunkan Doa

Jurnalis : Yuliati, Fotografer : Anand Yahya, Johnsen (He Qi Utara)


Sekolah-sekolah Buddhis dari Jakarta, Tangerang, dan Bekasi turut berpartisipasi dalam perayaan prosesi Waisak Tzu Chi pada tanggal 11 Mei 2014.

“Doa Jutaan Insan” merupakan tema yang diusung oleh Yayasan Buddha Tzu Chi dalam perayaan Waisak 2014. Agar Waisak dapat dijalankan sesuai dengan tema yang ditentukan, segenap relawan dari semua lini terus bekerja keras untuk menggalang lebih banyak para Bodhisatwa. Sekolah-sekolah Buddhis di bawah pengawasan Badan Koordinasi Pendidikan Buddhis Indonesia (BKPBI) turut serta dalam kegiatan perayaan ini. Salah satu staf BKPBI, Wintomo Tjandra mengatakan bahwa sekolah-sekolah Buddhis memang sudah berkomitmen untuk mengikuti kegiatan Tzu Chi. “Sejak Tzu Chi terpilih menjadi ketua BKPBI, mereka (sekolah Buddhis) berkomitmen akan mengikuti kegiatan yang diadakan Tzu Chi. Kali ini mereka masuk ke dalam barisan, karena mereka bagian dari Tzu Chi, ” kata Wintomo. “Saya datang ke sekolah untuk melakukan koordinasi. Setelah itu saya serahkan kepada relawan komunitas. Saya hanya sebagai penyambung mereka dengan relawan,” tambahnya.

Para siswa dan guru sekolah-sekolah Buddhis ikut serta dalam perayaan Waisak yang diadakan pada tanggal 11 Mei 2014 di halaman Aula Jing Si, Tzu Chi. Sebanyak 602 siswa dan guru dari sekolah-sekolah Buddhis yang tersebar di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi berpartisipasi dalam kegiatan ini. Mereka yang masuk dalam barisan formasi huruf “Tzu Chi” terlihat rapi dan teratur. Keteraturan mereka terbentuk karena latihan-latihan yang terus diikutinya. Para siswa dan guru mengikuti kegiatan Tzu Chi dengan sungguh-sungguh dan tulus hati sehingga menjadi semakin khidmat.

Hansen (tiga dari kiri) mengikuti prosesi dari awal hingga usai kegiatan dengan penuh semangat bersama teman-teman sekolahnya memberntuk formasi huruf "Tzu"

“Saya Berdoa dan Berharap Bencana Makin Berkurang…”
Sekolah Ananda, salah satu sekolah Buddhis yang terletak di Bekasi Timur dengan penuh kesungguhan hati bersiap membentuk formasi huruf “Tzu”. Walaupun tergolong masih anak-anak, namun antusias mereka sangat tinggi sehingga mereka terlihat sangat teratur. Hasil yang bagus ini didapatkan dari kerja keras latihan mereka bersama relawan Tzu Chi di sekolahnya.

Hansen (13 tahun) sejak awal latihan terus menunjukkan kesungguhan hatinya dalam mengikuti prosesi Waisak ini. Setiap latihan yang diadakan di sekolah, Hansen tidak pernah absen. Bahkan pada latihan prosesi Waisak yang pertama kali, ia bersama teman-temannya membantu relawan membersihkan genangan air bekas guyuran hujan pada malam sebelumnya. “Pertama cuma bertiga, akhirnya banyak teman yang membantu. Biar latihannya cepat selesai dan lancar,” ungkap Hansen. Bagi Hansen sekali latihan yang diadakan di sekolah tidak cukup. Ia pun berinisiatif latihan sikap penghormatan dan mudra-mudra yang dipakai dalam prosesi Waisak di rumahnya. “Terkadang saat di rumah latihan sikap dan mudra supaya hafal,” aku anak kelas VII ini. Selain di rumah, Hansen juga latihan bentuk mudra bersama teman-temannya di sela-sela waktu senggangnya di sekolah.

Doa jutaan insan yang dilantunkan bersama-sama dengan sepenuh hati mendoakan agar dunia bebas dari bencana, hidup harmonis dan sejahtera

Hansen memang salah satu murid yang sangat aktif di sekolahnya, terlebih jika kegiatan ini dirasa memberikan banyak manfaat, ia akan lakoni. Walaupun kegiatan prosesi Waisak adalah kali pertama diikuti, namun ia melakukannya dengan sepenuh hati dan sangat antusias. “Tzu Chi itu organisasi yang membantu orang lain dengan bantuan dari donatur. Aku merasa senang bisa ikut acara ini untuk nambah pengalaman sekalian berbuat baik,” ungkapnya. Dalam prosesi Waisak ini juga melakukan Pradaksina (meditasi jalan). Dari latihan konsentrasi penuh ini, ia juga merasakan manfaat yang diperoleh seperti semakin konsentrasi dan tidak terburu-buru. Bahkan salah satu gurunya, Tini menceritakan terdapat perubahan attitude pada diri Hansen. “Saat ketemu guru kalau dulu hanya memberikan ucapan selamat pagi saja, sekarang dia memberi ucapan selamat pagi dengan tangan bersikap anjali,” kata guru Ilmu Pengetahuan Sosial ini.

Pada saat mengikuti prosesi Waisak lebih kurang dua jam berdiri di pelataran Aula Jing Si, Hansen pun tidak dapat menutupi rasa letih yang dirasakan. Namun ia tetap semangat mengikuti serangkaian acara ini hingga usai. “Senang ikut acara ini. Merasa capek, pegel tapi seru. Tahun depan kalau ada lagi mau ikut karena bisa kenal lebih dekat dengan teman-teman, kakak tingkat,” ungkap Hansen. Bahkan ketika prosesi pemandian Rupang Buddha, Hansen mengaku mendoakan semua makluk berbahagia. “Pas menyentuh air saya merasa deg-degan sendiri. Saya berdoa dan berharap bencana makin berkurang, semua orang makin bahagia dan sejahtera,” akunya. Melalui pengalaman yang dirasakan saat mengikuti serangkaian prosesi Waisak ini, Hansen mengatakan akan memperkenalkan Waisak Tzu Chi kepada orang tuanya. “Tahun depan kalau ada lagi (Waisak Tzu Chi) saya mau ajak mama papa biar mengenal bagaimana Waisak di Tzu Chi,” ucapnya.


Artikel Terkait

Menyebarkan Semangat Cinta Kasih

Menyebarkan Semangat Cinta Kasih

02 Juni 2014 Setiap tahun di bulan Mei, insan Tzu Chi di seluruh dunia merayakan hari Tri suci Waisak, hari Ibu Internasional dan hari Tzu Chi sedunia.  Dengan perayaan Waisak, kita mengingat jasa dan budi luhur sang Buddha yang telah membabarkan Dharma, membimbing kita untuk  memperoleh kebijaksanaan.
Waisak 2558: Ikrar Hati

Waisak 2558: Ikrar Hati

14 Mei 2014 Doa jutaan insan  sebagai tema peringatan ketiga hari besar  yang dirayakan sekaligus di Tzu Chi, yaitu Hari Ibu Internasional, Hari Raya Waisak  dan Hari Tzu Chi sedunia. Mengingat secara serentak jutaan insan Tzu Chi  yang tersebar di 54 negara di seluruh dunia, merayakannya di negara masing-masing pada minggu kedua di bulan Mei.
Waisak 2558: Keharmonisan Nilai Ajaran Buddha

Waisak 2558: Keharmonisan Nilai Ajaran Buddha

14 Mei 2014 Para relawan dan pesertapun sudah meninggalkan Jing Si Tang, acara sudah berlangsung dengan hikmad dan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak, semoga dukungan dari berbagi pihak akan disusul dengan penerapan filosofi Budhis dalam kehidupan nyata tiap harinya.
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -