Perayaan yang Penuh Welas Asih

Jurnalis : Suyanti Tjiawi (He Qi Utara), Fotografer : Henry Tando (He Qi Utara)
 
 

fotoPerayaan ini membuat para ayah terharu dengan apa yang dilakukan anak-anaknya kepada mereka.

 

Ketika Tzu Chi memasuki tahun ke-45 pada tahun 2011, Master Cheng Yen meminta semua insan Tzu Chi agar menggalakkan “Pertobatan Besar”, dengan harapan agar batin manusia dapat tersucikan, masyarakat aman sejahtera dan dunia terhindar dari bencana. Dengan menghabiskan banyak waktu dan tenaga, Master Cheng Yen menjelaskan kata demi kata dari Sutra Pertobatan Air Samadhi Penuh Welas Asih, bagaimana cara menghilangkan kerisauan batin.

Tahun 2011 adalah tahun pertobatan besar, insan Tzu Chi telah melalui perjalanan selama 45 tahun dan menyaksikan bagaimana Master Cheng Yen yang kesehariannya sibuk tanpa henti demi menolong semua makhluk. Sebagai insan Tzu Chi, semua telah menjalani masa sosialisasi, pelatihan dan pelantikan, ikut dalam serangkaian kelas pelatihan yang bertujuan untuk memandu setiap Bodhisatwa agar berikrar luhur dan mewariskan ajaran Jing Si. Hal ini merupakan awal dari tugas memikul tanggung jawab. Setiap insan Tzu Chi harus senantiasa mengingatkan diri sendiri dan bertanya pada hati sendiri, “Mengapa saya memasuki pintu dunia Tzu Chi ?”

Master Cheng Yen sering mengatakan, “Kehidupan ini tidak kekal adanya.” Setelah hari ini, kita tidak tahu apakah kita masih memiliki hari esok. Empat Misi Utama dan Delapan Jejak langkah Tzu Chi membutuhkan dukungan dan kerja keras dari setiap orang. Setiap orang harus senantiasa bergandengan tangan dan bertautan hati untuk sama-sama giat mencari kemajuan, agar dharma dapat diserap ke dalam batin sehingga kita mampu mengubah diri.

Menyerap Makna Sutra Pertobatan Air Samadhi Penuh Welas Asih
Akhir bulan Juni di minggu ke-4, Like Shijie mengajak semua insan Tzu Chi dan setiap orang dengan hati jernih mendalami Sutra Pertobatan Air Samadhi, membedah dan mengutip beberapa bagian dari kitab tersebut untuk dijadikan serangkaian acara perayaan Hari Ayah. Kutipan “Yi Xing Yuan Ming Zi Ran(setiap orang memiliki sifat hakiki suci tanpa noda setara Buddha), “Xi Shuo Yin Yuan” (Menceritakan secara rinci ikatan sebab dan akibat), “Fan Nao Yi Ye Shen(Kerisauan menimbulkan karma pikiran), “Yi Wang Shen Wu Di” (Niat memenuhi keinginan sangat dalam tanpa dasar), “Yi Yi Chan Hui (Bertobat satu per satu), “Zhi Cheng Fa Yuan” (Berikrar dengan hati paling tulus).

foto  foto

Keterangan :

  • Minggu, 7 Agustus 2011, relawan Tzu Chi He Qi Barat dan Utara mengadakan perayaan Hari Ayah di Aula RSKB. (kiri)
  • Para anak membasuh wajah ayah mereka sebagai salah satu wujud rasa bakti mereka.(kanan)

“Dharma ini akan lebih bermakna bila setiap insan Tzu Chi setiap orang dapat berikrar bervegetarian minimal selama 108 hari,” ajak Like Shijie dalam sosialisasi acara Hari Ayah. “Saya akan mengajak relawan dari HeQi Barat turut serta menyukseskan acara perayaan Hari Ayah ini. Lebih banyak relawan yang ikut serta maka lebih banyak orang akan tercerahkan di jalan Bodhisatwa. Makna Kitab Pertobatan Besar ini akan berlanjut pada Pemberkatan Akhir Tahun,” tambah Like Shijie. Sejak awal Juli 2011, setiap hari setiap malam insan Tzu Chi mulai mendalami Kitab Petobatan Besar, mulai membedah ringkasan Kitab Pertobatan Besar, mulai latihan shou yu, dan latihan drama.

Oking Shijie (57 tahun), pengajar shou yu di He Qi Barat merasa senang dapat melaksanakan Dharma Pertobatan Besar ini bersama-sama dengan relawan He Qi Utara. Selama 2-3 bulan lamanya ia mempersiapkan tim shou yu agar dapat bersatu hati belajar mendalami kitab tersebut. Mengajak timnya bervegetarian 108 hari, bertobat atas karma yang telah diperbuat, berikrar menuju jalan Bodhisatwa penuh kebijaksanaan. “Saya berharap pertobatan besar ini jangan berakhir di perayaan Hari ayah saja, kita harus terus berlatih mendalami dharma in,” ujar Oking Shijie.

Hari Minggu, 7 Agustus 2011, pada pukul 11.30 WIB, mulai terlihat pasangan ayah dan anak serta para tamu memasuki Aula Lt. 3 RSKB Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat.  Di sebelah kiri baju sang ayah telah disematkan sekuntum bunga yang dipasang anak. Detik-detik jam berdetak, pada jam 02.00 siang terdapat 58 pasang ayah-anak duduk di ruang khusus sebelum memasuki ruang acara. Suasana tenang, damai dan khidmat.  Yen Ling Shijie membuka acara Hari ayah ini.  Ia mengajak anak menggandeng tangan sang ayah memasuki ruang acara.

 

foto  foto

Keterangan :

  • Saat memperingati Hari Ayah ini, para relawan juga menampilkan isyarat tangan. (kiri)
  • Isyarat tangan ini bercerita tentang "Pertobatan Air Samadhi Penuh Welas Asih" yang mengisahkan tentang Mahaguru Wu Da.(kanan)

Ayah bagaikan gunung, memberi cinta kasih tanpa suara adalah tema acara perayaan Hari Ayah tahun ini.  Pada pukul 02.25 WIB, posesi Hari ayah dimulai. Para anak mempersilahkan ayahnya duduk santai, memegang tangan sang ayah, melihat raut muka ayah terus berubah setiap hari. Saat anak menyuguhkan teh kepada ayahnya, lagu ‘Senyuman terindah’ mulai diputar. Air mata mulai mengalir saat anak memberikan foto ayahya yang terindah, saat anak membersihkan muka, tangan serta membasuh kaki sang ayah tercinta. Air mata tak terbendung, sang ayah mendapat pelukan erat dari anaknya dan berbisik di telinga ayah, “Pa pa, wo ai ni, saya  mencintaimu, ayah segalanya bagiku, rasa sayang saya wujudkan dengan bervegetarian 108 hari.”

Saya mengajak anak tertua saya di acara Hari ayah hari ini supaya anak itu dapat berbakti kepada ayahnya. Untuk orangtualah, dia harus mengerti, ia harus berbuat apa terhadap  orangtuanya, terutama pada ayahnya. Ayah itu sebagai tulang punggung rumah tangga untuk anaknya, mencari nafkah. Ia harus mengerti bahwa ayahnya mencari uang itu sangat susah, ajak dia tahu jerih payah mencari uang,” cerita Akiong Shixiong, relawan dari Hu Ai Jembatan Lima.

Pada perayaan Hari ayah ini terdiri atas 2 sub acara adalah hari ayah dan pertobatan besar.  Pertobatan besar ini dibuka dengan persembahan isyarat tangan ”Shen shen shi shi dou zai phu ti zhong”.  Jam 3 sore merupakan puncak acara Hari Ayah. Yen Ling Shijie mengajak penonton berpartisipasi dan bernyanyi bersama. Rangkaian acara ini dikutip dari Kitab Da Chan Hui (Kitab Pertobatan Besar).

Salah satu relawan Thomas Shixiong, berperan sebagai seorang pengusaha sukses yang tidak pernah merasa puas, selalu mencari cara untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi, dan tega mengorbankan keluarganya sehingga suatu saat semuanya semuanya hilang. Di saat kesuksesannya ia jatuh, ia berbuat kesalahan, jatuh miskin dan stroke. “Menghadapi kehidupan kita harus bijaksana terutama menghadapi keserakahan. Keserakahan adalah awal dari kegagalan,” kata Thomas, “Dunia Tzu Chi, dunia kita semua, adalah seperti drama, semuanya bermain pada perannya masing-masing, dan tidak boleh lupa, sambil berperan kita menghadapi koreksi dari lingkungan kita, lingkungan teman dan lingkungan Tzu Chi.”

  
 

Artikel Terkait

Mengenalkan Mengasihi dan Menghargai Kehidupan Sejak Dini

Mengenalkan Mengasihi dan Menghargai Kehidupan Sejak Dini

26 Juni 2019

Kelas bimbingan budi pekerti He Qi Pusat kembali diadakan pada Minggu, 16 Juni 2019 yang berlangsung di ITC Mangga Dua lantai 6, Jakarta Utara dengan tema “Saling Mengasihi, Welas Asih, Menghargai Kehidupan.” Kelas dihadiri oleh 36 orang relawan Tzu Chi, 14 orang murid, 25 orang murid Qin Zi Ban (B) dan 23 orang murid Tzu Shao Ban.

Gempa Nepal: Memberikan Tempat yang Layak Huni untuk Pengungsi

Gempa Nepal: Memberikan Tempat yang Layak Huni untuk Pengungsi

06 Mei 2015
Selain membagikan tenda, relawan juga membuat makanan untuk 1.500 warga (makan malam). Dengan didirikannya Tenda Tzu Chi di Lapangan Maheswori, otomatis tenda-tenda pengungsi pun dihilangkan dan warga masuk ke Tenda Tzu Chi.
Banjir Jakarta: Merasa Terhormat Masih Bisa Membantu

Banjir Jakarta: Merasa Terhormat Masih Bisa Membantu

22 Januari 2013 Pagi ini (Selasa 22/01/13) Zuster Ning bersama staf sekretariat TIMA lainnya menyiapkan obat-obatan yang akan segera disidtribusikan ke tempat-tempat pengungsian yang dikoordinasikan oleh relawan Tzu Chi di Posko bantuan Tzu Chi di Pluit.
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -