Perbuatan Baik Harus Diimbangi dengan Kebijaksanaan
Jurnalis : Anand Yahya, Fotografer : Anand Yahya * Ji Yu membawakan ceramahnya dengan senyumnya yang khas, mengajak para relawan Tzu Chi Indonesia untuk lebih giat lagi mempraktekkan ajaran Jing Si. | Dengan canda dan senyumnya yang khas, Ji Yu Shixiong –ketua Tzu Chi Singapura– duduk di atas panggung ruang serbaguna Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng disaksikan oleh 365 orang relawan Tzu Chi Indonesia. |
Sejak pagi pada hari Minggu 15 Maret 2009, para relawan Tzu Chi dan Tzu Ching sudah sibuk di teras RSKB Cengkareng. Para relawan Tzu Chi yang berseragam biru putih pun berbaris rapi memasuki gedung RSKB menuju ruang serbaguna yang berada di lantai 3 itu. Para relawan perempuan dari Jakarta yang menjadi tuan rumah sibuk dengan tugasnya masing-masing, misalnya dari he qi utara mendapat tugas menyiapkan tempat dan perlengkapan pelatihan, he qi barat mendapat tugas menyiapkan makanan untuk peserta pelatihan, he qi timur mendapat tugas menghadirkan tenaga relawan dari muda-mudi Tzu Ching saat pelaksanaan pelatihan tersebut. Tepat pukul 08.00, acara dimulai dengan menyanyikan lagu mars Tzu Chi yang dilanjutkan dengan pemutaran film yang berisi tentang kisah kehidupan Master Cheng Yen hingga Master bertekad untuk mendirikan badan amal sosial Tzu Chi yang hingga saat ini terus berkembang ke seluruh dunia. Kebijaksanaan yang Sempurna Ji Yu mengajak para relawan Tzu Chi untuk menjalankan perbuatan-perbuatan yang baik. Menurutnya, orang yang melakukan perbuatan baik tanpa disadari akan mendapatkan dua manfaat sekaligus, yaitu menjadi bijak dan meningkatkan amal. Ket : - Para relawan laki-laki berjalan seirama searah jarum jam sambil melafalkan nama Buddha dengan penuh Selain berbuat baik, kita dapat melatih diri dan meningkatkan kebijaksanaan diri. Ji Yu sering mencontohkan cerita kehidupan keluarga. Tak jarang ia menceritakan pengalaman pribadinya saat bertemu dengan Master Cheng Yen. Dalam pelatihan seperti ini dan kegiatan-kegiatan Tzu Chi lainnya, relawan tidak hanya hanya berbuat baik ikut kegiatan semata, namun setelah selesai kegiatan lalu pulang begitu saja. Ji Yu berharap para relawan Tzu Chi mendalami makna apa yang telah dilakukan dan belajar dari apa yang sudah dilakukan. Berbuat kebajikan adalah menanam berkah seperti yang relawan Tzu Chi lakukan, misalnya membantu korban bencana, menolong orang dalam kesusahan, membagikan sembako, dan kegiatan lainnya, itu semua adalah menanam karma baik dan menanam berkah. Selain itu, kita juga harus mempelajari Dharma, mendengar Dharma wejangan Master Cheng Yen melalui pelatihan seperti saat ini, atau belajar bersama untuk menggali kebijaksanaan, menanam berkah, dan juga meningkatkan kebijaksanaan di dalam diri kita. Perbuatan baik yang telah kita lakukan tanpa diimbangi oleh kebijaksanaan yang cukup hasilnya juga tidak sempurna untuk diri kita, oleh karena itu kurangnya kebijaksanaan dalam diri kita akan mempengaruhi perbuatan baik kita dalam melakukan kegiatan. Di akhir sharingnya, Ji Yu berpesan kepada para relawan Tzu Chi yang hadir untuk berbuatlah yang baik, karena perbuatan yang baik adalah perlindungan yang utama bagi diri kita. Lalu berbicarah yang baik dan dapat diterima oleh semua orang. Dalam beraktivitas pun kita harus tenang. Fisik kita boleh sibuk bekerja namun hati kita harus tetap tenang agar tidak salah dalam menjalankan suatu pekerjaan. Serta, manfaatkan waktu sebaik-baiknya dengan perbuatan yang baik karena akan memperoleh kebijaksanaan yang sempurna pada diri kita. Semua kegiatan Tzu Chi adalah perbuatan yang baik, dari kegiatan Tzu Chi itu kita semua akan memperoleh kebijaksanaan yang sebaik-baiknya. Ket : - Xie Jing Gui merasa terharu dan bangga kepada relawan Indonesia karena kerjanya sudah bagus, dan Perjalanan Bodhisattva Di sesi yang kedua, Xie Jing Gui Shixiong atau biasa disapa A Gui Shixiong memberikan sharing dengan tema “Perjalanan Bodhisattva”. Sebagai pembuka sharing, A Gui mengenang kejadian 7 tahun lalu saat kedua kalinya datang ke Jakarta. A Gui langsung menyapa para peserta relawan Tzu Chi. A Gui yang asal Taiwan ini mengakui, “Relawan Tzu Chi Indonesia pertama kerjanya sudah bagus. Tujuh tahun yang lalu hanya tujuh orang komite, sekarang yang pakai baju relawan biru putih sudah ratusan. Saya begitu terharu dan saya juga bersyukur. Saya juga sangat berterima kasih kepada Anda semua yang bersedia untuk menolong orang di dalam masyarakat di dunia ini.” A Gui bertanya mengapa kita harus berseragam biru putih, apakah hanya untuk penampilan yang bagus? Atau karena jika memakai seragam biru putih bisa menolong orang? Apakah orang umum yang punya banyak uang bisa langsung membeli seragam biru putih dan langsung bisa menjadi relawan Tzu Chi? Sebegitu mudahkah seragam biru putih ini diperoleh? Sudah tentu tidak semudah itu. Orang yang masuk Tzu Chi harus mempunyai tekad mau menolong orang di masyarakat. Untuk mendapatkan seragam ini orang tersebut masuk dalam norma-norma atau aturan-aturan yang sudah diajarkan oleh Master Cheng Yen. Orang tersebut tidak langsung mendapat seragam biru putih. Untuk yang baru menjadi anggota berseragam abu-abu putih, lalu setelah sekian lama mengikuti kegiatan-kegiatan Tzu Chi akan berganti seragam menjadi biru dan putih. Naik tingkatan berarti makin besar pula tanggung jawab yang akan dipegangnya. Jadi, A Gui menegaskan bahwa Tzu Chi bukan saja sebuah yayasan kemanusiaan semata namun sebagai tempat untuk berkembang melatih diri. Ket : - Relawan komite memberikan mangkok makan kepada peserta pelatihan sebagai rasa terima kasih kepada Karena A Gui sering datsng ke daerah bencana dan melihat penderitaan anak-anak, orang tua yang terkena bencana, krisis makanan, kemiskinan dan terkena wabah penyakit, hingga hari ini A Gui memutuskan untuk tidak menikah. Keputusan ini sempat ditentang oleh ibunya yang ingin menjadi nenek bagi cucunya kelak. A Gui menjelaskan kepada ibunya bahwa ibunya sudah banyak mempunyai cucu di negara-negara yang saya kunjungi, banyak anak-anak yang terlantar di negara yang terkena bencana. Mengapa kita tidak mau menganggap itu anak kita? Mengapa kita tidak mau menganggap mereka orangtua kita? Kita mau menganggap itu cucu kita karena lahir dari keluarga sendiri. Kenapa kita tidak bisa melihat bahwa orang-orang tua yang susah itu juga sebagai orangtua kita sendiri? Kenapa kita tidak bisa melihat bahwa anak-anak yang ada di bencana itu adalah anak kita sendiri? Di akhir sharingnya, A Gui mengajak para relawan Tzu Chi Indonesia bergaya hidup hemat, mengerjakan perbuatan yang baik, dan mengajak untuk selalu mensyukuri hidup kita saat ini. Pada kesempatan itu tampil pula ke panggung 21 relawan Tzu Chi yang sangat giat mengajak orang untuk menjadi relawan sekaligus menjadi donatur Tzu Chi. | |
Artikel Terkait
Selamatkan Bumi dari Sekarang
16 Juni 2009 Dikucurkannya air sedikit demi sedikit ke sepasang tangan yang terbalut busa sabun itu. Kemudian ia menyodorkan handuk hijau di lengan kirinya, agar teman sebayanya itu dapat mengeringkan tangan yang baru selesai dicuci. Kurnia sedang bertugas menjadi “guru hemat air”.Seribu Paket Sembako di Kelurahan Cipinang Besar Utara
30 Juli 2020Hari ini, Kamis 30 Juli 2020, Tzu Chi Indonesia kembali menyalurkan 1.000 paket sembako di Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur. Yanto (54), yang sehari-hari berjualan lumpia keliling begitu senang mendapatkan paket sembako dari Tzu Chi. Apalagi sejak pandemi Corona, penghasilannya turun 50 persen.
Perhatian untuk Masyarakat Palembang
18 Juni 2020Dalam mendukung penanganan wabah pademi Covid-19, Tzu Chi Palembang kembali menyerahkan bantuan peralatan medis dan sembako penanganan Covid-19. Peyaluran untuk Posko Gugus 3 Pilar: Kodam, Pemerintah Provinsi, dan Polda pada hari Selasa, 9 Juni 2020.