Percaya Diri Sebagai Kunci Keberhasilan
Jurnalis : Yogie Prasetyo (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun), Fotografer : Calvin, Beverly, Yogie (Tzu Chi Tanjung Balai Karimun)Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun tinggal bagaimana kita mampu mengembangkan kelebihan dan menutupi kekurangan yang ada pada diri kita. Tentu proses pengembangan pribadi tidak lepas dari peran orang tua. Mereka berperan aktif dalam proses perkembangan anak. Dalam hal ini perkembangan pribadi yang mengarah pada kepercayaan diri agar anak mampu dan percaya bisa menghadapi masalah dalam kehidupan sehari-hari tanpa ada rasa takut.
Seperti pada kegiatan rutin kelas budi pekerti (xiao tai yang) yang dilaksanakan Tzu Chi Tanjung Balai Karimun pada Minggu, 15 Oktober 2017. Penghormatan kepada Master Cheng Yen menjadi pembuka kegiatan kelas budi pekerti ini, kemudian dilanjutkan dengan membacakan sepuluh sila Tzu Chi yang dipandu oleh Sunaryo papa dan Fitri mama.
Fitri Mama dan Sunaryo Papa membacakan kata perenungan Master Cheng Yen yang berbunyi “Orang harus merasa yakin pada diri sendiri, namun tidak boleh ada kemelekatan,” kepada para Xiao Tai Yang.
Agar 45 siswa kelas budi pekerti yang ikut kegiatan ini dapat lebih mendalami Dharma, mereka menempelkan lembaran kata perenungan yang telah disediakan Daai Mama dibuku kata perenungan mereka masing-masing. Hari ini kata perenungan Master Cheng Yen yang ditempel berbunyi “Orang harus merasa yakin pada diri sendiri, namun tidak boleh ada kemelekatan”. Sunaryo pun menjelaskan arti dari kata perenungan tersebut. “Artinya itu kita harus berani dan menunjukkan bahwa diri kita mampu, namun juga harus menyadari bahwa segala hal yang ada pada diri kita pasti akan mengalami perubahan jadi tidak boleh melekati,” jelasnya.
Untuk memperjelas maksud kata perenungan tersebut, Pungki papa kemudian mengulas lebih banyak materi tentang Percaya Diri. Sebelum membahas materi tersebut, Pungki memperlihatkan tayangan video tentang keseharian anak yang tidak memiliki rasa percaya diri di sekolah. Dari video ini, Pungki pun menjelaskan maksudnya. “Kita harus yakin kalau kita bisa, jangan takut salah” ujarnya menjelaskan. “Siapa disini yang percaya diri?” tanya Pungki. Hanya beberapa anak yang mengangkat tangan dengan wajah malu-malu. “Kalau kita tidak percaya pada diri sendiri bagaimana kita akan melakukan sesuatu,” tegas Pungki kepada para siswa.
Lissa Mama menemani salah satu Xiao Tai Yang membaca di depan kelas untuk teman-temannya.
“Nah, sekarang siapa yang mau maju kedepan memperkenalkan dirinya?” tanya Pungki. Salah satu siswa, Jovin (11) mengangkat tangan dan diminta maju kedepan “Nama saya Jovin, saya kelas 6D dan bersekolah di Maha Bodhi,” ujar Jovin dengan nada malu-malu. “Nah ini salah satu contoh percaya diri,” tegas Pungki. Kepercayaan diri memang sangat penting dalam kehidupan kita. Jika tidak memilikinya maka kita pasti akan sulit mengembangkan potensi yang kita miliki. Dengan kelebihan yang kita miliki seharusnya kita dapat mengerjakan sesuatu lebih baik dari orang yang memiliki ketebatasan.
Kegiatan pun dilanjutkan dengan penayangan satu video tentang seorang anak yang memiliki keterbatasan fisik (tidak memiliki kedua tangan). Namun dengan keterbatasan fisik tersebut, si anak tidak minder (malu) dan bahkan tidak merasa takut. Justru dengan keterbatasan, dia mampu melakukan sesuatu yaitu mewarnai gambar layaknya orang normal. Hal inilah yang membuat orang tua dan keluarganya bangga. Bahkan ketika makan, ia bisa melakukannya sendiri dengan menggunakan kedua kakinya. “Yang punya keterbatasan fisik saja bisa melakukan segala hal dengan baik, kenapa kita dengan fisik yang lengkap malah malu-malu dan tidak percaya diri,” jelas Pungki.
Keceriaan dan kebersamaan Daai Mama dan Xiao Tai Yang saat bersama-sama menempelkan kata perenungan.
“Sebenarnya apa ciri-ciri orang yang memiliki percaya diri?” tanya Pungki. “Berani,” jawab Jovin. Siswa lainnya pun tidak mau kalah, kemudian saling bersahutan menjawab pertanyaan tersebut. Semua jawaban para siswa direspon positif oleh Pungki. “Jadi itulah beberapa ciri-ciri percaya diri. Namun tidak terlepas dari itu, orang tua harus dapat memahami karakter masing-masing anak. Sehingga mengetahui potensi apa saja yang dapat dikembangkan dalam diri anak,” ujar Pungki.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para orang tua memberikan apresiasi dan penghargaan ketika sang anak meraih sebuah prestasi. Dengan demikian, sedikit demi sedikit perkembangan kepercayaan diri yang ada dalam diri anak perlahan dapat berkembang. Sehingga anak tidak merasa takut dan malu ketika melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kepercayaan diri.
Pungki dan salah satu Xiao Tai Yang bernama Jovin dalam kelas budi pekerti Tzu Chi Tanjung Balai Karimun.
Agar siswa tidak jenuh, Sunaryo dan Fitri memberikan games yang berhubungan dengan materi yang disampaikan. Anak-anak diajak menebak soal pernyataan dengan jawaban benar atau salah. Bagi yang salah menjawab diminta maju kedepan dan mengambil gulungan kertas yang bersisi macam-macam kegiatan. Dengan permainan ini diharapkan siswa dapat lebih memahami bagaimana menggali potensi diri dengan mengambangkan kepercayaan diri, dan harus yakin bahwa kita bisa.
Diakhir kegiatan, seluruh siswa beserta Daai Mama dan Papa kemudian berdoa bersama agar hati manusia tersucikan, masyarakat aman sejahtera, dunia bebas dari bencana, lalu diakhiri dengan penghormatan kepada Master Cheng Yen. Dengan adanya materi percaya diri dalam kelas budi pekerti diharapkan memberikan motivasi kepada anak, sekaligus mengedukasi orang tua agar memahami setiap karakter anaknya, sehingga kepercayaan diri mereka semakin berkembang dan mendukung keberhasilan bagi anak.
Editor : Arimami Suryo A.
Artikel Terkait
Percaya Diri Sebagai Kunci Keberhasilan
17 Oktober 2017Pada Minggu, 15 Oktober 2017 diadakan kegiatan rutin kelas budi pekerti (xiao tai yang) di Tzu Chi Tanjung Balai Karimun. Pada kesempatan ini, kelas budi pekerti mempelajari tema tentang kepercayaan diri.