Marmi saat Gathering Gan En Hu di komunitas relawan Tzu Chi di He Qi Timur yang digelar di Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Minggu 7 Januari 2024.
Perkenalan Marmi (43) dengan Tzu Chi terbilang unik. Pada 8 Mei 2017, Marmi mendatangi Balai Kota DKI Jakarta karena ingin sekali bertemu Gubernur Jakarta kala itu, Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa Ahok. Hari itu merupakan hari terakhir Ahok berdinas sebagai gubernur. Di antara kerumunan warga, mata Ahok pun tertuju pada Marmi dengan perutnya yang besar. Ahok menghampiri Marmi dan mengira ia sedang hamil.
“Enggak Pak, saya sakit,” jawab Marmi.
Kepada Ahok, Marmi bercerita bahwa ia tengah berjuang untuk sembuh dari kanker indung telur yang sudah stadium empat. Bahkan dokter mengatakan jika ia sudah tak bisa disembuhkan karena kanker telah menyebar ke organ seperti usus besar, paru-paru, bahkan hati. Ia pun mengalami berbagai komplikasi, salah satunya asitesis, yakni penumpukan cairan berlebih di perut karena ada tekanan dari tumor. Karena itu ia mesti rutin menjalani paracentesis yaitu pembedahan untuk mengeluarkan cairan tersebut di Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Alvin (kanan) menjadi relawan Tzu Chi karena terinspirasi dari cinta kasih para relawan bagi orang-orang yang membutuhkan uluran tangan.
Marmi juga bercerita jika ia dan suami serta anaknya, Josh, mengontrak rumah sempit di Tambora, Jakarta Barat. Ahok pun iba menyaksikan Marmi yang serba kesusahan itu. Ahok lalu membantunya agar bisa tinggal di Rumah Susun Albo, Cakung, Jakarta Timur yang lebih luas dengan uang sewa yang lebih terjangkau.
Ahok juga menyarankan Marmi untuk mengajukan bantuan kepada Tzu Chi Indonesia, terutama untuk susu yang mesti ia konsumsi guna mendukung kondisi kesehatannya. Marmi lalu mendatangi Tzu Chi Center di Pantai Indah Kapuk untuk mengajukan bantuan. Tak menunggu waktu lama pengajuan bantuan Marmi disetujui. Sejak Juni 2017, setiap bulannya Marmi mendapat bantuan susu Peptisol sebanyak 12 boks serta bantuan biaya hidup untuk membayar sewa rusun.
Kini sudah tujuh tahun Marmi menjadi Gan En Hu atau penerima bantuan jangka panjang Tzu Chi. “Saya sangat berterima kasih sama Tuhan karena dipertemukan dengan Tzu Chi. Karena di Tzu Chi ini saya banyak diberkati, menjadi pribadi yang lebih kuat, menjadi pribadi yang tahu arti kehidupan yang sesungguhnya. Trus di sini tidak memandang suku dan agama, itu yang membuat saya sangat terberkati,” ujar Marni.
Alvin dan Marmi mengaku mendapatkan banyak berkah di Tzu Chi.
Selain bantuan yang sedikit banyak menopang ekonomi keluarganya, para relawan juga selalu perhatian dan memberikan support moral pada Marmi dan sang suami, Alvin. Marmi juga terinspirasi dari ketulusan para relawan melayani orang-orang yang kurang mampu. Nilai-nilai itu Marmi praktikkan terutama saat mengajar di kelas bimbingan yang ia dirikan di Rumah Susun Albo untuk tingkat pra-TK dan SD.
“Saya mengajar les itu kan banyak yang tidak bayar juga. Saya lebih banyak ikhlas jadi banyak belajar dari Tzu Chi,” katanya.
Di tahun ketiga Marmi dibantu Tzu Chi, sang suami, Alvin (47) tergerak menjadi relawan Tzu Chi. Ia memberikan sumbangsih waktu dan tenaga melalui berbagai kegiatan Tzu Chi. “Senang bisa menjadi relawan, bisa bantu seperti di kegiatan Gathering Gan En Hu ini. Di sini saya bisa bisa lihat banyak orang yang lebih susah dari saya. Saya bisa bantu dengan tenaga, ya saya bersyukur,” tutur Alvin.
Marmi tengah mengajar les. Baginya selagi masih diberi napas oleh Tuhan, ia harus pergunakan waktu dengan baik. Ia tak mau menyia-nyiakannya.
Sebenarnya Alvin pun tidak dalam kondisi sehat karena saraf kejepit yang sudah dideritanya beberapa tahun ini. Namun ia berusaha untuk kuat. Kondisi Alvin tentu mempengaruhi pemasukan keluarga ini. Meski begitu Alvin, juga Marmi selalu menerima keadaan dengan pikiran yang positif. Asal halal, pekerjaan apapun Alvin Jabani, seperti berjualan frozen food, berjualan minyak goreng, bahkan berjualan sambal jika ada pesanan.
Johan Kohar, relawan Tzu Chi selalu punya kesan yang positif pada Marmi maupun Alvin. Johan sangat salut dengan daya juang Marmi. “Sampai sekarang saya pun sangat appreciate kepada Marmi. Kalau logika itu tidak masuk. Namanya orang sudah divonis kanker stadium 4, dan dokter pun mengatakan tidak ada obat lagi. Namun kenyataannya Marmi malah bisa jadi motivator bagi orang-orang yang kehilangan semangat karena menderita kanker itu. Itu yang luar biasa,” tutur Johan.
Johan Kohar dan para relawan Tzu Chi di komunitas He Qi Timur bagi Marmi sudah seperti keluarga sendiri yang sangat peduli padanya.
Ketika divonis tak bisa sembuh, Marmi memang sempat down, namun ia segera bangkit dengan mindset bahwa meski secara ilmu kedokteran ia tak bisa disembuhkan tapi ia masih punya Tuhan yang berkuasa atas hidupnya.
“Pesan dokter waktu itu ke saya bahwa obatnya diri saya sendiri, ‘apa?’ hati yang gembira adalah obat. Saya terapin sampai sekarang. Menjadi pribadi yang lebih baik, pokoknya sifat-sifat jelek itu dibuang. Yang emosi, yang iri hati, yang tidak puas, pokoknya yang jelek-jelek itu jangan ada. Jadi energi positif saja. Ternyata saya praktikkan semua itu puji Tuhan bertahan sampai sekarang,” ujar Marmi penuh syukur.
Editor: Arimami Suryo A.