Perempuan Tangguh di Usia Lanjut

Jurnalis : Fithria Calliandra (Tzu Chi Cabang Sinar Mas), Fotografer : dok. Tzu Chi Sinar Mas

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas (Xie Li Indragiri) melakukan kunjungan kasih ke 6 orang Lansia yang tinggal di 6 Dusun Desa Bagan Jaya, Kecamatan Enok, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau. Sringatun (57), salah satu Lansia terlihat wajah bahagia saat menerima bantuan paket sembako dan satu buah lemari plastik dari relawan.

Hari masih pagi, sudah terlihat beberapa relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas (Xie Li Indragiri) bersiap menuju ke sebuah desa untuk melakukan kunjungan kasih. Berbeda dengan sebelumnya, pada kesempatan kali ini ada 6 orang Lansia yang akan dikunjungi dan bertempat tinggal di 6 dusun yaitu Dusun Rukun Makmur, Dusun Jati Moro, Dusun Harapan, Dusun Suka Makmur, Dusun Suka Mandiri, dan Dusun Suka Damai yang berada di Desa Bagan Jaya, Kecamatan Enok, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

“Saya sudah sering mendengar ada relawan dari Sinar Mas yang sering memberikan bantuan kepada warga di desa kami. Kebetulan di Desa Bagan Jaya ada 6 dusun dan banyak warga Lansia yang sangat kekurangan secara ekonomi. Alhamdulillah, permintaan kami (bantuan) langsung mendapatkan respon yang sangat baik. Terima kasih kepada relawan dari Sinar Mas yang sudah memberi perhatian terhadap warga desa, semoga kegiatan seperti ini terus berkelanjutan sebagai bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitar perusahaan,” ujar Hafif (45), Kepala Desa Bagan Jaya.

Relawan Xie Li Indragiri dengan perasaan sukacita, berjalan melintasi jembatan yang terbuat dari papan membawakan bantuan para Lansia yang bertempat tinggal di Desa Bagan Jaya, Kecamatan Enok, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

Relawan dan perangkat desa pun berkumpul di balai desa. Untuk memudahkan kunjungan, relawan berbagi tugas menjadi dua tim. Masing-masing tim akan mengunjungi 3 rumah. Ada dua rumah yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda 4 sehingga harus mengunakan sepeda motor untuk sampai di lokasi. Terlihat keikhlasan hati dan semangat beberapa orang perangkat desa memboncengkan para relawan sembari membawa bantuan menyusuri jalan setapak.

Setelah sampai di lokasi, relawan kemudian berjalan bersama sama dengan membawa bantuan paket sembako antara lain beras 20 kg, telur 1 papan (30 butir), minyak goreng 2 liter, gula pasir 1 kg, satu dus mi instan dan satu buah lemari plastik untuk pakaian. Bantuan ini diberikan kepada Narni (58) di Dusun Rukun Makmur, Sringatun (57) di Dusun Harapan, Basri (78) di Dusun Jati Moro, Demes (64) di Dusun Suka Makmur, Arsia (67) di Dusun Suka Mandiri dan Nurhayati (61) di Dusun Suka Damai.

Dengan didampingi oleh relawan lain dan perangkat desa, Sartika Sembiring menyerahkan bantuan paket sembako dan satu buah lemari plastik kepada Narni (58) di Dusun Rukun Makmur, Desa Bagan Jaya, Kecamatan Enok, Kabupaten Indragiri Hilir Riau.

Walaupun panas terik matahari menyengat tetapi terlihat wajah bahagia dan ketulusan hati dari para relawan saat berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya. Wajah bahagia juga terpancar dari nenek dan kakek penerima bantuan bahkan diantaranya ada yang tersentuh hingga menangis. “Susah diungkapkan dengan kata-kata, baru ini saya ikut kunjungan kasih, bahagia sekali rasanya melihat ekpresi wajah senang Nenek Narni dan Sringatun bahkan tadi Kakek Basri sampai menangis setelah mendapatkan bantuan, jadi terharu saya,” tutur Erika Purnama Syari P dengan mata berkaca-kaca.

Nenek Pekerja Harian Di Kebun Orang
Relawan dan perangkat desa tiba di sebuah rumah di Dusun Harapan. Sebuah rumah yang sangat sederhana sekali, terbuat dari papan dan hanya ada satu ruangan (sepetak) didalamnya. Dapur terletak disamping dengan ukuran yang tidak terlalu luas. Kamar mandi terletak diluar (dihalaman) dan digunakan bersama tetangga depan rumahnya.

Tidak ada barang berharga yang ada di rumah ini. Barang-barang yang ada antara lain hanya kasur busa yang sudah usang serta tidak memakai alas diatasnya, sangat tipis dan lembab serta beberapa peralatan memasak yang sudah mulai rusak. Baju-baju tersusun rapi di atas papan rak sederhana. Rumah ini menjadi tempat tinggal Sringatun (57) yang berdiri di tanah milik ketua RT dan didirikan secara swadaya oleh warga di Dusun Harapan.

“Sebelumya Mbah Sringatun menumpang tinggal di sebuah bangunan bekas bengkel yang sempit dan tidak berlantai jadi masih tanah begitu. Satu ruangan dipakai untuk tidur dan memasak juga, oleh karena itu melihat kondisi simbah banyak warga yang bersimpati dan secara swadaya para warga di dusun ini membantu membuatkan rumah untuk simbah, ada yang menyumbangkan kayu, papan papan dan juga seng untuk membuat atap. Alhamdulillah sekarang Mbah Sringatun sudah mempunyai tempat tinggal yang nyaman,” jelas Firdaus, Kepala Dusun Harapan.

Sringatun tinggal sendirian di rumah. Suaminya telah lama meninggal dunia. Meskipun mempunyai 2 orang anak perempuan tetapi semuanya mempunyai keterbatasan ekonomi, bahkan salah satu anaknya yang sudah berkeluarga tinggal bersama mertuanya, sedangkan yang satunya tinggal jauh di desa lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya Sringatun bekerja mengambil brondolan sawit di kebun milik warga, itupun menunggu warga meminta bantuannya dengan upah Rp. 24.000,- per hari.

Terkadang Srigatun juga bekerja memungut buah pinang di kebun tetangganya yang berada di dekat rumahnya. Jika fisiknya sehat maka setiap hari bisa bekerja tetapi jika simbah merasa kurang sehat maka dalam seminggu bisa tidak bekerja sama sekali. Untuk makan sehari-hari terkadang Sringantun diberi oleh warga yang tinggal disekitar rumahnya. Seandainya tidak ada maka akan berhutang di warung dan beberapa warga terkadang membayarkan hutangnya walaupun tidak semuanya lunas.

Sartika Sembiring dan Monaris Sianipar tanpa berpikir panjang, langsung membantu ketika melihat Sringatun (57) sedang mengambil buah pinang yang jatuh berserakan dibawah. Terlihat ketiganya saling mengobrol dan bercanda, sangat terlihat ketulusan hati dari relawan.

Terlihat pintu rumah tertutup dan sepi, setelah bertanya pada tetangga terdekat kemudian relawan bergegas menuju kebun pinang yang tidak jauh dari rumah tersebut. Sringatun sedang mengambil pinang yang jatuh berserakan dibawah, dua orang relawan segera membantunya, “Selamat siang, simbah apa kabar, wah sedang di sini ya mbah, kami tadi ke rumah simbah lho. Boleh kami bantu ambil pinang supaya cepat selesai,” tanya Monaris Sianipar dengan tersenyum.

“Walah bu ndak usah nanti kotor baju ibu sebentar selesai. Ibu-ibu bisa ke rumah saya,” jawab Sringatun dengan wajah sedikit malu karena merasa tidak enak. Relawan tetap membantu mengambil buah pinang yang sudah kering maupun yang masih segar. “Ngeh ngoten niki sido dino ne kulo bu, nek mboten kerjo brondol ngih bantu mendet pinang teng kebun tonggo. Nek kulo mboten kerjo, saking pundi penghasilan kulo nggo maem. Anak kulo ekonomine ngih pas pasan, mesake nek ngerepotke anak. Alhamduluillah awak kulo taseh kiat lan nggo kesibukan ben mboten teng griyo terus bu (Ya begini ini sehari hari saya bu, kalau tidak kerja brondol ya bantu mengambil pinang di kebun tetangga. Kalau saya tidak kerja darimana penghasilan saya untuk makan. Anak saya ekonominya juga pas pasan, kasihan kalau harus merepotkan anak. Alhamdulillah badan saya masih kuat selain itu juga untuk kesibukan supaya tidak dirumah terus),” ujar Sringatun.

Terlihat ember sudah penuh berisi pinang kemudian menjemurnya diatas karung, dua orang relawan pun segera membantunya. Setelah selesai, Sringatun segera masuk kedalam rumah dan berganti baju terlebih dahulu. Setelah beramah tamah relawan memberikan bantuan paket sembako dan satu buah lemari plastik untuk menaruh pakaian. Seketika terpancar wajah bahagia Sringatun saat melihat bantuan terutama lemari yang diberikan oleh relawan.

Alhamdulillah, hari ini simbah diberikan lemari. Terima kasih ibu-ibu dan bapak-bapak, semoga semuanya selalu diberi kesehatan dan panjang umur, aamiin,” ujar Sringatun dengan mata berkaca-kaca. “Senang sekali hari ini bisa membantu pekerjaan mbah. Luar biasa semangat simbah demi mencari rejeki, terlebih lagi alasannya karena tidak mau merepotkan anaknya. Saya jadi teringat mama saya dirumah, betapa perjuangan seorang ibu itu luar biasa, rela melakukan pengorbanan demi anaknya. Saya ingin lebih berbakti lagi dengan orang tua selagi mereka masih ada,” tutur Sartika Sembiring sembari menahan air mata.

Nenek Pembuat Gula Merah
Relawan dan perangkat desa kembali menuju ke rumah selanjutnya di Dusun Suka Makmur. Dengan menyusuri jalan setapak menggunakan sepeda motor, relawan harus saling bekerja sama membawa bantuan satu per satu. Maklumlah jalan ini hanya dapat dilalui oleh kendaraan roda dua saja.

Demes (65) tinggal rumah sangat sederhana sekali yang disampingnya menyatu dengan tempat pengolahan gula merah dan beratapkan jerami milik salah satu anaknya. Hanya terdapat satu kamar dan satu ruang tamu yang menyatu dengan dapur. Tidak ada barang berharga yang ada di rumah ini. Barang-barang yang ada antara lain hanya kasur busa dengan alas seadanya, sangat tipis dan beberapa peralatan memasak. Baju baju tersusun rapi di sebuah lemari plastik yang sudah usang.

Agustina Melisa dan Sarah Yani Gultom saat mencoba mengaduk gula untuk membantu Demes (65). Ini merupakan pengalaman berharga bagi relawan karena dapat melihat secara langsung proses pembuatan gula merah.

Hampir setiap hari Demes tinggal disini tetapi terkadang jika merasa tidak sehat maka beliau tinggal di rumah anaknya. Terkadang juga anaknya menemaninya sekaligus menjaga tempat pengolahan gula merah ini. Demes mempunyai 2 orang anak laki laki yang tinggal tidak jauh dari rumahnya dan 2 orang anak perempuan yang tinggal di luar kota. Suami Demes sendiri telah meninggal dunia sekitar 3 tahun lalu.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya, Demes membantu salah satu anak bungsunya bernama Adi Prayoga (27) merupakan pekerja borongan membuat gula merah. Jika ada toke (juragan) mengirim gula pasir maka gula pasir itulah yang akan diolah menjadi gula merah. Dalam seminggu rata-rata dikirim 5 sak gula pasir (50 kg per sak) dan nanti diolah menjadi 80 kg gula merah.

Sisa hasil pengembalian kilo itulah yang menjadi upah untuk anaknya sehingga sekali mengolah mendapatkan upah Rp. 500.000,- per minggu. Upah ini diterima oleh anaknya kemudian memberikan sembako dan bahan lauk pauk serta sayur kepada Demes untuk memenuhi kebutuhan makan sehari hari. “Memang sudah lama mamak membantu saya dan istri membuat gula ini. Dari mengaduk, mencetak dan packing semua dikerjakan kami bertiga. Sudah sering saya bilang ke mamak untuk istirahat saja, kasihan juga kalau capek tapi mamak bilang gak papa daripada dirumah nganggur, tidak ada kerjaan lebih baik membantu disini,” ujar Adi Prayoga dengan tatapan lembut yang sesekali melihat ke arah Demes.

Melihat Demes sedang mengaduk gula di wajan sangat besar yang terletak diatas tungku dengan kayu bakar, relawan pun bergegas membantunya. “Hati-hati bu nanti celananya kotor terkena hitam-hitam di wajan lho, nanti bedak ibu juga luntur karena uap panas,” gurau Demes dengan tertawa renyah. Relawan tidak menghiraukannya bahkan terlihat sangat bahagia saat dapat membantu Demes. “Ayo mbah kita aduk sama sama, sini mbah, ayo yang kuat mba, cepat mbah, hehehe…,” sahut Agustina Melisa dengan tertawa renyah sehingga keduanya sama-sama tertawa lepas.

Proses mengaduk ini sendiri membutuhkan waktu 1 jam lebih hingga semua gula larut. Kemudian dua orang relawan membantu memasukkan gula merah yang sudah jadi ke dalam plastik kemasan. “Ternyata susah juga ya memasukkan gula merah ke plastik, saya kira gampang ternyata ada triknya juga, harus pas berdiri semua dan sedikit ditekan tekan begini ini. Kami yang muda seperti kalah tenaganya dengan tangan simbah yang seperti sudah biasa packing. Merupakan pengalaman yang luar biasa untuk saya,” ucap Dini Sri Anggita tersenyum.

Agustina Melisa menyerahkan bantuan paket sembako dan satu buah lemari plastik kepada Demes (65) didampingi oleh relawan lain dan perangkat desa.

Setelah selesai relawan segera memberikan bantuan paket sembako dan satu buah lemari plastik. “Alhamdulillah, senang sekali simbah sudah dikasih sembako ini bisa untuk sebulan. Dapat lemari juga jadi baju simbah bisa ditaruh sini. Terima kasih banyak, hanya Allah yang dapat membalas kebaikan ibu-ibu dan bapak-bapak semua. Alhamdulillah simbah masih diberi umur sampai bisa ketemu dengan ibu bapak yang baik baik,” tutur Demes dengan mata berbinar.

Relawan pun berpamitan saat hendak pulang, terlihat salah satu relawan memeluk Demes dengan mata berkaca-kaca. “Terharu sekali saya melihat keseharian Mbah Demes, tanpa mengeluh, melihat keihklasannya di usia lanjut masih tetap ingin membantu anaknya bekerja. Jadi teringat mama dan ibu mertua saya di rumah, ingat perjuangan orang tua dalam membesarkan anaknya,” tutur Sarah Yani Gultom dengan penuh haru.

“Sungguh hari ini adalah pengalaman berharga bagi saya pribadi, bisa mendampingi dan melihat langsung penyerahan bantuan. Melihat dan merasakan kebahagian para warga lansia yang menerima bantuan. Terima kasih banyak kepada perusahaan, semoga semakin sukses dan semakin berjaya, aamiin,” ujar Kepala Dusun Suka Makmur, Rudianto sambil tersenyum.

Relawan sangat bersyukur masih diberikan kesempatan untuk bertemu dengan 6 orang Lansia kali ini. Banyak pelajaran berharga dapat diambil setelah relawan berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya, mendengarkan kisah yang berbeda. Terlebih lagi melihat perjuangan dua perempuan tangguh yang di usia lanjut masih bekerja demi mendapatkan penghasilan sehari hari.

Mengingatkan kembali kepada perjuangan dan pengorbanan kedua orang tua dalam membesarkan anaknya tanpa pamrih, tanpa menuntut balasan apapun dikemudian hari hingga mereka telah menua. Sesuai dengan Kata Perenungan Master Ceng Yen “Cinta kasih itu tidak menuntut balasan. Cinta kasih itu memberi dengan tulus dan mempersembahkannya tanpa pamrih.”

Editor: Arimami Suryo A.

Artikel Terkait

Perempuan Tangguh di Usia Lanjut

Perempuan Tangguh di Usia Lanjut

07 Februari 2025

Relawan Tzu Chi Cabang Sinar Mas (Xie Li Indragiri) melakukan kunjungan kasih ke 6 orang Lansia yang tinggal di 6 Dusun Desa Bagan Jaya, Kecamatan Enok, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau pada Kamis (28/11/24).

Kunjungan Kasih ke Rumah Lansia Desa Rantau Panjang

Kunjungan Kasih ke Rumah Lansia Desa Rantau Panjang

07 November 2024

Memperingati Hari Lansia Internasional yang jatuh pada 1 Oktober 2024, relawan Tzu Chi Sinar Mas komunitas Xie Li Kalimantan Timur 2 dari Unit Rantau Panjang Mill melakukan kunjungan kasih ke rumah Lansia di Desa Rantau Panjang.

Jangan menganggap remeh diri sendiri, karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -