Peresmian Depo Pelestarian Lingkungan di Banda Aceh
Jurnalis : Akien (Tzu Chi Aceh), Fotografer : Lina (Tzu Chi Aceh)Minggu, 1 Juni 2014 menjadi hari bersejarah bagi relawan Tzu Chi Banda Aceh setelah hampir memasuki tahun ketiga menjalankan misi pelestarian lingkungan di Tanah Rencong. Sejak jam 7 pagi sudah terlihat aktivitas beberapa relawan di depo pelestarian lingkungan dan daur ulang yang beralamat di Jln. Khairil Anwar Lrg. Malaya, Peunayoung, Banda Aceh. Seminggu sebelumnya tim relawan sudah mempersiapkan dan mulai bebenah di depo dalam mempersiapkan peresmian depo ini. Supandi Shixiong juga dari jauh hari sering menghubungi relawan Tzu Chi Medan untuk meminta bimbingan untuk acara peresmian ini.
Saling
Bekerjasama
Para Shijie (relawan wanita) yang merupakan
seksi konsumsi bahkan harus bangun lebih awal untuk mempersiapkan konsumsi dan
semua berjalan dengan lancar. Ketika jam menunjukkan pukul 08.00 WIB, para Shijie sudah mulai berdatangan membawa konsumsi
yang sudah dipersiapkan di rumah masing-masing. Para Shixiong (relawan pria) juga menjalankan peranannya dengan
baik. Hasan Shixiong mulai dengan menyusun bangku lalu menyusul Awan Shixiong memasangkan kain merah penutup papan nama Depo Pelestarian Lingkungan. Supandi dan William Shixiong mengatur sound system.Berbagai kegiatan dilakukan dengan hati yang
gembira,saling membantu pekerjaan menjadi begitu ringan dan cepat selesai.
Minggu, 1 Juni 2014, relawan Tzu Chi Aceh meresmikan Depo Pelestarian Lingkungan Peunayong Banda Aceh.
Ketika jam menunjukkan pukul 10.00 WIB, para Shijie dari tim shou yu (isyarat tangan) mulai berbaris rapi di depan pintu gerbang bernyanyi diiringi lagu “Selamat Datang” dengan memeragakan sedikit gerak menyambut kedatangan para undangan. Undangan secara lisan ditujukan kepada semua donatur yang telah menyumbangkan barang daur ulang selama ini. Kegiatan peresmian ini dilakukan secara sederhana dengan dihadiri 37 relawan, baik relawan biru putih, abu putih, dan relawan rompi serta dihadiri 120 orang dari anak-anak Balita hingga dewasa .
Acara berlangsung dengan baik dengan dipandu MC, disusul kata sambutan dari Ketua Yayasan Tzu Chi Aceh yaitu Fenny Shijie, “Terima kasih atas dukungan dan bantuan masyarakat Aceh, baik berupa materi maupun non materi kepada Tzu Chi Aceh dalam menjalankan misi pelestarian lingkungan. Semoga dengan adanya misi ini masyarakat bisa lebih mengenal sampah daur ulang, dengan mengubah sampah menjadi emas ,emas menjadi cinta kasih,cinta kasih menyebar di seluruh dunia.”
Para relawan dengan penuh sukacita menyambut mulai beroperasinya Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi ini.
Kemudian masyarakat disuguhkan tayangan video berupa ceramah Master Cheng Yen tentang daur ulang. Master Cheng Yen mengatakan bahwa dengan mendaur ulang, di satu sisi bisa untuk diproduksi kembali dan di sisi lain uang hasil penjualan barang daur ulang juga bisa dipergunakan sebagai dana pembangunan atau menolong orang yang membutuhkan. Master Cheng Yen sangat mengkhawatirkan kondisi bumi yang terus mengalami perusakan. Master Cheng Yen berharap kegiatan pelestarian lingkungan yang dilakukan di Taiwan bisa memberi pengaruh yang baik kepada seluruh umat manusia di dunia untuk ikut melestarikan lingkungan. Dengan mengandalkan Da Ai TV yang menyiarkan kegiatan pelestarian lingkungan untuk mendidik dan membimbing umat manusia sedunia untuk belajar mengasihi bumi, mengasihi materi, dan juga mengasihi orang lain sehingga semua orang bisa menciptakan berkah untuk diri sendiri dan orang banyak.
Tim shou yu juga menampilkan sebuah lagu “ Yi Ge Gan Jing De Di Qiu“ yang artinya Sebuah Dunia yang Bersih. Shou yu yang dibawakan 5 orang Shijie relawan abu putih ini ingin menyampaikan sebuah pesan agar semua umat manusia melakukan pelestarian lingkungan agar kita bisa mewariskan sebuah dunia yang bersih dengan aliran sungai yang jernih, langit yang biru, padang rumput yang hijau kepada anak cucu kita nantinya.
Para relawan dan warga memilah sampah daur ulang.
Puncak acara yaitu penarikan pita akan dilakukan bersama relawan dan para hadirin, namun sebelumnya diadakan kegiatan doa bersama sesuai keyakinan masing-masing. Doa berlangsung dengan Khidmatdipenuhi rasa syukur dan memohon keselamatan dan kesejahteraan bagi seluruh dunia dan dunia terhindar dari bencana.
Penarikan pita dilakukan secara serentak oleh para relawan beserta para hadirin dengan sukacita. Dalam hitungan ketiga semua menarik turun pita dan semua mata memandang keatas melihat tulisan yang tertera dipapan nama “Depo Pelestarian Lingkungan dan Daur Ulang Peunayong Banda Aceh”. Rasa haru bercampur bahagia menyelimuti perasaan semua orang.
Akhirnya acara ditutup dengan makan bersama. Para relawan di bagian konsumsi nampak begitu semangat menyajikan makanan kepada semua hadirin. Makanan nampak begitu berselera karena dimasak dengan penuh kesungguhan hati dan rasa sukacita.
Supandi Shixiong (kiri) merupakan salah satu relawan yang menggagas kegiatan pelestarian lingkungan Tzu Chi di Bumi Rencong.
Dimulai
dari Semangat
Misi pelestarian lingkungan di Aceh sudah mulai
dijalankan pada awal tahun 2011. Saat itu Supandi Shixiong mengajak beberapa relawan yang baru pulang pelatihan relawan abu putih di Medan untuk melakukan kegiatan daur ulang di
rumah masing-masing. Setiap hari sabtu akan ada relawan yang akan ke rumah menjemput barang
daur ulang dengan mobil pick up. Ada pun sampah daur
ulang yang dikumpulkan berupa kertas, karton, kaleng, plastik, botol, besi, dan lain-lain.
Pada awal memulai penjemputan barang daur ulang ke rumah relawan, Supandi Shixiong meminjam sebuah mobil pick up berwarna putih dari Apao Shixiong,dengan ditemani beberapa Shijie. Mereka berkeliling door to door menuju rumah relawan. Walau cuaca begitu panas namun tidak mengurangi semangat para relawan yang sudah bertekad bulat menjalankan misi ini.Para relawan umumnya adalah kaum wanita. Mereka menggunakan waktunya setengah hari dari pukul 13.00 - 18.00 WIB untuk mengambil barang daur ulang kemudian dijual langsung ke tempat penampungan di Kampung Jawa. Hal ini dilakukan karena saat itu tidak ada depo yang kita miliki untuk menampung barang daur ulang yang jumlahnya cukup banyak.
Dalam perjalanan daur ulang ini tidak jarang para relawan mengalami masa-masa sulit,seperti sarana mobil daur ulang karena tidak setiap Sabtu mobil bisa stand by dipakai. Setiap Sabtu Supandi harus memutar otak bagaimana cara untuk mendapatkan pinjaman mobil, karena terkadang mobil terpakai untuk usaha. Suatu ketika, saat itu Supandi bersama beberapa relawan termasuk Shixiong saya (suami) mengikuti Pelatihan 4 in 1 di Taiwan, tanggung jawab Supandi Shixiong diserahkan kepada saya untuk mengurus daur ulang.
Tanggung jawab ini harus saya pikul bersamaan dengan mengurus toko dan rumah tangga. Jika hari daur ulang sudah tiba, saya harus berpikir keras bagaimana mencari pinjaman mobil beserta sopir. Bahkan pernah suatu kali saya menyewa mobil pengangkut pasir untuk mengambil sampah daur ulang. Masih teringat kala itu saya mendapat pinjaman mobil dan Jenny Shijie jadi sopirnya. Di tengah perjalanan di keramaian pasar mobil tersebut mogok. Betapa paniknya saya dan Jenny Shijie saat itu. Kami cuma berdua. Tanpa berpaling ke belakang lagi, pasti mobil lain pada antri di belakang dengan kesal. Pada saat bersamaan saya melihat dan meminta tolong pada dua orang pemuda penjual sayur untuk mendorong mobil dan akhirnya mobil siap berjalan kembali.
Seiring waktu berjalan dengan cepat, jumlah donatur sampah daur ulang semakin bertambah. Dimulai dari relawan, ke teman-teman hingga akhirnya masyarakat Aceh mulai mengenal daur ulang Tzu Chi. Setiap Sabtu relawan akan singgah ke kawasan Penayong, Kp. Laksana, Kp. Mulia, Pasar Aceh, Seutui, Batoh dan Lingke untuk menjemput sampah daur ulang. Dengan semakin bertambahnya jumlah tempat yang harus diambil, Hasan Shixiong terpanggil untuk mendedikasikan waktu dan tenaganya di misi daur ulang. Masalah transportasi mulai lancar ketika ada seorang Shixiong bersedia meminjamkan mobilnya untuk daur ulang setiap Sabtu.
Selain menggalang hati di depo pelestarian lingkungan, berbagai perencanaan pun dilakukan relawan sebelum kegiatan.
Jalinan
Jodoh Baik
Di pertengahan tahun 2013, datang kabar gembira dari
keluarga Lina Shijie, salah seorang relawan abu putih di Aceh. Orang tua Lina tergerak
hatinya melihat relawan begitu bersemangat berpanas terik di bawah matahari, mandi keringat, dan meski basah kuyup di
tengah hujan, tetapi tidak membuat para relawan
menyerah dan mengeluh dalam menjalankan misi daur ulang. Orang tua Lina bersedia meminjamkan
sebidang tanah berukuran 10 x 20 m sebagai Depo Pelestarian dan Daur Ulang Tzu Chi. Lokasinya ada di tengah
kota dan sangat strategis.
Hal ini mendapat apresiasi yang sangat baik dari Fenny Shijie
dan semua relawan. Para relawan bekerja
keras menghimpun kekuatan untuk mendirikan Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di Aceh. Para relawan bahu membahu menyumbangkan
dana dan para donatur dari masyarakat Aceh juga sangat mendukung dengan bantuan
materi maupun non materi untuk mendukung misi ini.
Setelah semua berjalan lancar, akhirnya pembangunan depo pelestarian lingkungan mulai dilakukan pada bulan Agustus 2013. Hasan Shixiong sebagai koordinator lapangan untuk pembangunan depo ini bekerja dengan bersungguh hati. Bahkan untuk bangunan toilet dan tempat pencucian, Hasan yang mengerjakan sendiri dengan kesabaran yang tinggi. Herri Shixiong juga sangat mendukung pembangunan depo ini dengan menyumbangkan keramik. Susanna Shijie menyumbangkan kloset dan banyak lagi dukungan dari banyak donatur sehingga pembangunan depo berjalan baik.
Liong Pin Sun, pemilik Les Privat “ACI” ikut tersentuh dengan misi ini. Beliau mempersilakan Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi untuk memakai air sumurnya dengan bebas dan juga turut menyumbangkan satu unit pompa air, sehingga masalah air terjawab dengan dukungan beliau. Ada seorang warga di depan Depo Pelestarian Lingkungan bernama Awan Shixiong yang sangat ringan tangan dalam membantu di berbagai bidang. Dari listrik, pilah sampah sampai hal yang kecil juga beliau kerjakan dengan sukacita. Ternyata misi daur ulang ini bukan hanya mendaur ulang barang yang tidak terpakai lagi, tetapi juga berhasil mendaur ulang batin manusia.
Para relawan menampilkan sebuah lagu isyarat tangan “Yi Ge Gan Jing De Di Qiu“ yang artinya Sebuah Dunia yang Bersih. Shou yu ini menyampaikan sebuah pesan agar semua umat manusia melakukan pelestarian lingkungan.
Dengan hati yang sangat tulus kami mewakili Yayasan Buddha Tzu Chi untuk mengucapkan rasa syukur dan terima kasih yang sangat mendalam kepada seluruh masyarakat Aceh dalam mendukung misi Pelestarian Lingkungan. Bumi ini semakin lama semakin rentan. Bumi sudah menopang kehidupan manusia sejak jutaan tahun yang lalu, sudah saatnya kita merawat bumi ini dengan segenap kemampuan kita, mengutip sebuah kata perenungan Master Cheng Yen: “Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan bertekad melestarikan lingkungan”. Mari kita semua bertekad melakukan pelestarian lingkungan dengan cara membiasakan hidup sederhana, menghemat sumber daya alam dan melakukan daur ulang di rumah. Semua barang daur ulang bisa disalurkan ke Depo Pelestarian Lingkungan. Dengan diresmikannya Depo Pelestarian Lingkungan ini diharapkan bisa membawa manfaat dan berkah untuk orang banyak dan untuk kelestarian bumi ini. Semoga dunia terbebas dari bencana,manusia hidup aman, tentram ,damai, dan sejahtera. Gan en.
Artikel Terkait
Bertambahnya Depo Daur Ulang Tzu Chi di Jakarta
11 Desember 2017Peresmian Depo Pelestarian Lingkungan di Banda Aceh
05 Juni 2014 Penarikan pita dilakukan secara serentak oleh para relawan beserta para hadirin dengan sukacita. Dalam hitungan ketiga semua menarik turun pita dan semua mata memandang keatas melihat tulisan yang tertera dipapan nama “Depo Pelestarian Lingkungan dan Daur Ulang Peunayong Banda Aceh”.Peresmian Depo Pelestarian Lingkungan di Surabaya
10 November 2017Kamis, 26 Oktober 2017, diresmikan Depo Daur Ulang Tzu Chi Surabaya. Acara ini dibuka oleh Ketua Umum Tzu Chi Surabaya, Vivian Fan dan dihadiri oleh donatur Tzu Chi serta seluruh relawan Tzu Chi Surabaya.