Perhatian dan Dukungan untuk Pati
Jurnalis : Apriyanto, Fotografer : Hadi Pranoto Relawan Tzu Chi, Oey Hoey Leng menggendong Kais (1) yang sejak lahir tidak memiliki lubang anus. Sebagai pengganti, untuk buang air besar dokter membuatkan lubang saluran pembuangan langsung dari perutnya. Kais adalah pasien penerima bantuan Tzu Chi. | Desa Perdopo berada di Kecamatan Gunung Wungkal, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Sebagian besar masyarakat sini hidup dari bertani. Umumnya mereka bercocok tanam singkong, padi, dan kacang. Hari itu, Jumat 5 Juni 2009, matahari masih bersinar terik di atas kepala saat belasan relawan Tzu Chi mulai menyemut di tengah lapangan untuk bersiap-siap mendatangi rumah Kais Derliyanto. Seorang bocah berusia 1 tahun 8 bulan yang sejak lahir sudah tidak memiliki lubang anus. Sebagai penggantinya untuk buang air besar, dokter membuatkan lubang saluran pembuangan langsung dari perutnya. Kais adalah pasien penerima bantuan Tzu Chi. Kedatangan relawan Tzu Chi kali ini lebih bermaksud untuk melihat kondisi kesehatan Kais dan memberikan perhatian kepada keluarganya. |
Kunjungan kasih di hari itu berlanjut ke Suyadi, yang masih berada di Kecamatan Gunung Wungkal. Suyadi juga salah satu pasien yang mendapat bantuan dari Tzu Chi. Tiga tahun yang lalu saat Suyadi bekerja sebagai buruh tambang di Kalimantan tak disangka longsoran tanah menghantam dirinya, menimbun tubuhnya hingga menyebabkan betis kirinya patah. Dan atas pertemuannya dengan Tzu Chi, maka pada Maret 2008 pengobatan Suyadi bisa dituntaskan dengan jalan pengoperasian ulang. Kini saat relawan dan dokter Tzu Chi datang mengunjunginya, kondisi Suyadi terlihat lebih membaik. Suyadi sudah dapat berjalan tanpa lagi menggunakan tongkat. Bukan hanya itu saja, ia beserta keluarga juga terlihat bahagia dengan kedatangan para relawan yang menghiburnya. Setelah selesai mengunjungi Suyadi, perjalanan pun dilanjutkan ke Desa Glagah, Gunung Wungkal. Tempat yang dituju adalah Vihara Eka Dhamma Loka. Di vihara ini Tzu Chi telah menyusun sebuah acara bagi anak-anak Sekolah Minggu dan para orangtua di desa itu, yaitu pertemuan dengan warga dan penyerahan celengan bambu anak-anak Sekolah Minggu. Acara dibagi menjadi dua bagian. Kelompok anak-anak Sekolah Minggu mengikuti acara di vihara, sedangkan para orangtua mengikuti acaranya di rumah Katam –salah seorang warga– yang lokasinya tidaklah jauh dari vihara, kira-kira 30 meter. Ket : - Tidak hanya membantu pengobatan, relawan Tzu Chi juga mengunjungi dan memberi perhatian kepada Sekitar lebih dari 90 anak Sekolah Minggu telah berkumpul di dalam vihara. Maka acara pun segera dimulai dengan diawali dengan bernamaskara (bersujud di depan altar Buddha sebanyak tiga kali). Setelah itu barulah dilanjutkan dengan perkenalan antara anak-anak Sekolah Minggu dengan para relawan dan staf Tzu Chi. Satu hal yang menarik dari perkenalan itu beberapa anak asuh mampu memperkenalkan diri dengan menggunakan bahasa Inggris. Setelah acara perkenalan, anak-anak Sekolah Minggu diajak untuk menyaksikan tayangan film tentang kehidupan di Gansu, Tiongkok. Penayangan film ini bertujuan untuk memperlihatkan kepada anak-anak bagaimana kerasnya kehidupan di daerah Gansu, sulitnya anak-anak di sana untuk menuju sekolah. Dari penayangan ini sesungguhnya anak-anak diajak untuk bersyukur atas semua yang telah mereka miliki dan beruntungnya mereka karena masih memiliki kemudahan dalam bersekolah. ”Ternyata kita jauh lebih baik daripada mereka. Karena itu Master Cheng Yen mengatakan, ’Biar di rumah kita banyak air, jangan pakai air banyak-banyak, karena nanti airnya akan cepat habis’,” kata relawan Oey Hoey Leng mengingatkan. Ket : - Relawan Tzu Chi mengajak anak-anak asuh di Vihara Eka Dhamma Loka untuk bermain sambil belajar Tidak bedanya dengan kelompok anak-anak Sekolah Minggu. Sekitar 80 orangtua yang hadir di rumah Katam diajak menyaksikan film tentang cara cerdas memanfaatkan barang-barang yang telah tidak terpakai, seperti: botol plastik bekas, ampas daun teh, sampai obat-obatan yang telah kadaluarsa. Di sela-sela acara, dr Kurniawan justru memanfaatkan waktunya untuk memberikan pengobatan kepada masyarakat sekitar yang membutuhkan. Dari beberapa warga yang memeriksakan diri kepadanya, kebanyakan dari mereka mengeluh sakit batuk dan sesak nafas. Dalam pengobatan yang singkat ini, dr Kurniawan dengan cepat pula memberikan obat yang dirasa cukup untuk memberikan kesembuhan bagi pasien. Ket : - Di sela-sela kunjungan, dr Kurniawan menyempatkan diri untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada Meski acara dilaksanakan di tempat yang terpisah, namun menjelang maghrib, kedua acara itu ditutup dengan menyanyikan lagu Satu Keluarga. Bagi kelompok anak-anak, puncak acaranya adalah penyerahan celengan bambu. Meski kebanyakan anak-anak yang mengikuti penyerahan celengan bambu, tetapi terlihat juga beberapa orangtua yang juga turut menyerahkan celangan bambu. Suwoto, seorang pria berusia 57 tahun mengaku merasa senang dengan mengikuti acara ini. ”Seneng rasane (rasanya –red) ada acara ini. Senang bisa berbuat baik. Saya mau ikut acara ini karena pikirannya mau berdana, pikirannya mau berbuat baik. Dengan berbuat baik dan berkumpul di organisasi membuat saya bahagia,” ucapnya lancar. Keinginan berbuat baik itulah yang sesungguhnya diminta dan diharapkan oleh Tzu Chi. ”Yang kita ambil dari sini sebenarnya adalah ketulusan (hati) dari mereka. Mereka bukanlah orang-orang yang setiap hari ada penghasilannya. Itu betul-betul sesuatu yang perlu dihargai, untuk yang dia miliki mungkin itu berharga tetapi ia serahkan. Ketulusan itu yang tak pernah dilupakan,” terang Ratna Kumala, relawan Tzu Chi lainnya. | |
Artikel Terkait
Stop Buang-buang Makanan!
06 September 2019Siapa yang tidak happy kalau makan siang saja disambut dua maskot relawan Tzu Chi. Tampilan dan tingkahnya lucu. Belum lagi teman-teman si maskot berkostum sayur dan buah yang sangat ramah. Karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, karyawan DAAI TV, juga orang tua siswa Sekolah Tzu Chi Indonesia pun bersemu merah saat memasuki Kantin Tzu Chi Indonesia. Ada apa?
Suara Kasih: Sumbangsih Bodhisatwa Dunia
28 September 2011 Inilah pelatihan diri, inilah welas asih Bodhisatwa. Saat terjadi bencana, kita hendaknya membangkitkan hati welas asih kita dengan mempraktikkan sifat luhur Bodhisatwa agar dapat mengasihi dan membantu sesama.Seutas Senyuman dari Para Pelestari Lingkungan
17 Maret 2023Dari kejauhan, beberapa relawan Tzu Chi tengah menunggu Wasrun. Para relawan hendak memberikannya paket beras 5 kilogram, seperti yang sudah diterima puluhan pemulung lainnya di TPA Cipayung Depok.