Dengan melewati pematang sawah, para relawan Tzu Chi mengantarkan bahan pangan untuk warga usia lanjut.
“Dengan menghargai diri sendiri dan orang lain akan membuat hubungan antar sesama bisa terjalin dengan harmonis, saling memberi perhatian dan mengasihi serta saling membantu. Kondisi seperti ini disebut kondisi yang luhur bajik dan indah”.
(Kata Perenungan Master Cheng Yen)
Terik matahari dan jalanan yang begitu sempit tidak membuat langkah relawan Tzu Chi di Xie Li Sumatera Selatan (Sumsel) 2 terhenti. Pelosok kampung Tanjung Aur, Kecamatan Kikim Tengah menjadi lokasi penyaluran bahan pangan berupa minyak goreng 2L, gula pasir, telur, beras, dan kacang hijau. Bahan pangan ini ditujukan untuk 16 keluarga lansia di daerah ini yang kurang mampu.
Tampak wajah bahagia para lansia menyambut kedatangan relawan. Rasa terima kasih dan rasa bersyukur yang terpancar dari wajah merekalah yang membuat rasa lelah relawan hilang seketika. Tak sedikit juga dari mereka yang menceritakan kisah memilukan yang mereka alami. Salah satunya Jamal, bapak tua yang tinggal di musala (surau).
Satu per satu relawan mengantarkan beras dan telur langsung ke rumah penerima bantuan.
Kakinya sudah sulit digerakkan sehingga kesulitan untuk berjalan. Namun hal ini tidak menyurutkan semangatnya untuk membersihkan musala meski tanpa mendapatkan imbalan. Hal inilah yang membuat hati relawan merasa sangat tersentuh saat memberikan bantuan bahan pangan.
“Bapak sehari-hari gawenyo bersihke mushola. Bapak ni susah bejalan nek begawe ke kebun urang lah dak sanggup. Jadi mersihke mushola sambil adzan lah gawe bapak ni,” tuturnya dalam logat Lahat yang kental. Tetangga pun kerap kasihan padanya, memberikan beras dan makanan.
“Makasih banyak, makin banyak rezeki bapak ibu sekalian yang lah ngasih sembako ke bapak,” ujarnya kepada para relawan.
Bantuan ini diberikan dengan penuh cinta kasih, para relawan bersyukur diberikan kesempatan untuk memupuk kebaikan.
Dari musala, langkah relawan berlanjut. Ada informasi dari warga desa bahwa ada seorang ibu KH yang berusia lanjut namun mengalami ganguan jiwa (ODGJ). Ia tinggal sendirian. Dengan diantar warga, relawan berkunjung ke rumah ibu tersebut. Benar saja ibu tersebut hanya diam duduk di lantai tanpa beralaskan apa pun.
Menurut warga sekitar, segala keperluan ibu ini dibantu Bu Gadis, salah satu tetangganya. Dengan sukarela, Bu Gadis membantu mulai menyiapkan kebutuhan sandang, pangan, termasuk juga kebutuhan memandikan ibu tersebut. Bu Gadis dengan ringan hati membantu ibu ini, meski seringkali mendapat perlakukan kurang nyaman ketika membantu. Semua ia lakukan dengan ikhlas layaknya anak merawat orang tuanya sendiri.
Untuk terus mendukung kebaikan Bu Gadis, relawan juga menyalurkan bantuan untuknya. Berharap makanan yang nantinya diolah juga diberikan kepada ibu yang mengalami gangguan jiwa ini.
Relawan juga memberikan bantuan sembako untuk Bu Gadis yang begitu peduli merawat tetangganya yang mengalami gangguan jiwa.
Namonyo sesama manusia ni nek betulong-tulong, dak apolah Allah yang balas semuo yang lah aku buat ke dio ni. Minta ibu ni dikasih sihat samo Allah biar biso ngurus dio,” ujar Bu Gadis sambil memandang iba ke Ibu KH.
Kurang lebih Bu Gadis mengatakan, bahwa sudah menjadi kewajiban bagi manusia untuk saling tolong menolong. Ia berharap Tuhan selalu memberikan kesehatan padanya agar dapat terus merawat Ibu KH.
Dan untuk menjaga keamanan ibu ini, warga berinisiatif untuk mengunci rumahnya pada saat malam demi menghindari sesuatu yang tidak diinginkan. Betapa tersentuhnya hati para relawan mengetahui begitu kompaknya warga desa ini bergotong royong menjaga dan membantu ibu tersebut.
Novelita, salah satu relawan yang ikut pembagian bahan pangan ini merasa bersyukur bisa menjalin jodoh dengan warga Tanjung Aur. “Saya sebagai relawan sangat bersyukur bisa berbagi kepada para lansia, ternyata banyak di sekitar kita lansia yang sangat membutuhkan bantuan dan terharu melihat sukacita mereka menerima bantuan dari Tzu Chi Sinar Mas. Saya pribadi sangat merasa beruntung karena bisa terjadi jalinan jodoh dengan Tzu Chi Sinar Mas sehingga bisa langsung terlibat dalam setiap kegiatan amal seperti ini,” tuturnya.
Frisyanti Octaria menyerahkan bantuan untuk Pak Jamal yang tinggal sendiri.
Hal yang sama dirasakan Frisyanti Octaria. “Rasa semangat dan gembira ketika saya sebagai relawan turut ambil bagian dalam program pembagian sembako. Ketika sampai di lapangan trenyuh dan sedih hati saya melihat lansia yang kami kunjungi, rata-rata mereka tinggal sendiri dan anak-anaknya sudah merantau bahkan ada yang sebatang kara. Betul kata pepatah, orang tua bisa mengurus 8 anaknya, tapi ketika mereka tua bahkan 1 anak pun tak mampu untuk mengurus orgtua di masa tuanya. Namun kesedihan saya terobati ketika mereka menyambut kami dengan senyum dan tawanya,” jelas Frisyanti.
Begitu banyak pembelajaran berharga yang relawan terima dari penyaluran bahan pangan ini. Burung-burung di udara yang tidak menanam dan tidak menuai, Tuhan Yang Maha Esa pelihara apalagi kita umat pilihan-Nya. Demikian juga dengan ibu tersebut meskipun beliau hidup sebatang kara tapi Tuhan Yang Maha Esa tetap pelihara melalui para tetangganya.
Editor: Khusnul Khotimah