Perhatian untuk Para Pengungsi di Sentani
Jurnalis : Marcopolo AT (Tzu Chi Biak), Fotografer : Marcopolo AT (Tzu Chi Biak)Relawan Tzu Chi Biak dan Jayapura terus menyalurkan bantuan ke posko-posko yang masih dijadikan tempat pengungsian. Surutnya banjir membuat mayoritas pengungsi mulai kembali ke rumahnya masing-masing.
Matahari bersinar dengan terik siang itu, Sabtu, 23 Maret 2019 di Sentani, Jayapura, Papua. Hujan yang beberapa minggu lalu kerap turun juga sudah tidak lagi membasahi wilayah ini. Kehidupan mulai bergeliat di wilayah yang hampir sepekan ini terkena dampak banjir bandang (16/03/2019). Roda perekonomian juga mulai berjalan, meski belum semua pedagang membuka tokonya.
Bantuan yang diberikan berupa bahan makanan dan kebutuhan sehari-hari warga.
Di hari ketiga, relawan Tzu Chi Biak dan Jayapura masih terus berkeliling di posko-posko pengungsian untuk melakukan survei dan pemberian bantuan. Memasuki hari ketujuh pascabencana banjir bandang, banyak para pengungsi yang sudah mulai kembali ke rumah mereka. Bebera posko bahkan sudah mulai kosong. Bagi warga yang rumahnya tidak rusak, mereka umumnya sudah kembali dan membersihkan rumah mereka. Namun yang rumahnya sudah hancur dan terseret banjir mereka masih terus bertahan di posko-posko yang ada.
Itulah sebabnya relawan Tzu Chi terus mencari posko-posko yang masih dihuni warga, dan memberikan bantuan untuk mereka. Umumnya yang masih bertahan berada di posko-posko di bawah naungan gereja-gereja, sekolah, maupun gedung pemerintahan setempat. Ada dua musibah yang terjadi di sentani ini. Pertama adalah banjir bandang yang memporak-porandakan rumah dan bangunan lainnya, dan kedua meluapnya air Danau Sentani sehingga menenggelamkan rumah-rumah warga yang berada di tepian danau ini.
Relawan Tzu Chi juga mengajak para pengungsi untuk memasak/mengolah Nasi Jing Si yang diberikan.
Seperti di Posko Sinode GKI Papua, di sini ada 200 orang pengungsi. Di posko ini, relawan Tzu Chi memberikan bantuan berupa 2 karton Nasi Jing Si dan 180 buah handuk. Sementara di Gereja GPDI Jemaat Rafael Asei Besar Sentani, ada sebanyak 74 orang pengungsi yang berkumpul di sini. Bantuan yang diberikan berupa 2 karton Nasi Jing Si, 74 buah handuk, telur ayam 5 dus, dan minuman penghangat tubuh sebanyak 5 pak.
Setelah tiga hari berkeliling dengan relawan Tzu Chi dan menyalurkan bantuan, relawan TIMA (Tzu Chi International Medical Association) Biak, Adolfina Wamaer kemudian bergabung di Posko Pokem yang ada pelayanan medisnya. Adolfina Wamaer sendiri adalah seorang perawat dan sehari-harinya bertugas di Puskesmas Ridge, Biak, Papua. Walaupun posko tersebut masih jauh dari jalan raya, namun ramai dikunjungi oleh para korban banjir. Di Posko Pokem ini hanya ada 1 tenaga medis, yang dibantu oleh 1 orang asisten. Sehari rata-rata mereka melayani 100 orang pasien.
Adolfina Wamaer, anggota TIMA dari Biak ikut membantu memberikan pelayanan kesehatan kepada warga di Posko Pokem.
Di hari pertama Adolfina Wamaer membantu di Posko Pokem, ia berhasil melayani 37 pasien. Itu pun hanya dari jam 4 – 6 sore. “Keluhan terbanyak para pasien adalah (gejala) malaria, demam, dan batuk pilek,” kata Adolfina Wamaer. Ada juga warga yang mengalami luka-luka akibat banjir bandang berobat untuk membersihkan luka-lukanya. Sampai saat ini Pos Pelayanan Medis di Pokem, Jayapura terus memberikan pelayanan kepada warga yang membutuhkan pengobatan.
Editor: Hadi Pranoto
Artikel Terkait
Banjir Sentani: Merajut Berkah di Danau Sentani
02 April 2019Banjir Sentani: Setiap Saat Berbuat Kebajikan
29 Maret 2019Relawan Tzu Chi Biak dan Jayapura mengunjungi posko-posko pengungsian para korban banjir di tepian Danau Sentani, Selasa, 27 Maret 2019.
Banjir Sentani: Perhatian Bagi Keluarga Korban Banjir Bandang
01 April 2019Selama dua hari (28 – 29 Maret), relawan Tzu Chi memberikan perhatian kepada 40 keluarga korban meninggal akibat musibah banjir bandang di Sentani, Jayapura, Papua.