Peringatan Waisak : Pancaran Cinta Kasih Melalui Doa Jutaan

Jurnalis : Rosy Velly Salim (He Qi Pusat), Indri Hendarmin (He Qi Utara), Fotografer : Vimala (He Qi Timur), Rudi Darmawan (He Qi Barat), Joe Suati (He Qi Utara), Willy

Prosesi pemandian Rupang Buddha diikuti semua relawan yang hadir dan tamu undangan di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk pada 10 Mei 2015.

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia kembali mengadakan doa bersama dan prosesi permandian Rupang Buddha dalam rangka memperingati Hari Waisak, Hari Ibu International dan Hari Tzu Chi Sedunia. Hari yang berbahagia dan bersejarah ini diperingati pada Minggu, 10 Mei 2015 pada pukul 17.30 WIB - 19.00 WIB, bertempat di Tzu Chi Center, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Salah satu hal yang berbeda dan keunikan perayaan Waisak yang diselenggarakan oleh Tzu Chi adalah adanya formasi prosesi yang disusun secara rapi, teratur, dan indah. Pada Waisak 2559 kali ini, formasi prosesi membentuk teratai, daun Bodhi, huruf TC (merupakan kepanjangan dari Tzu Chi) dan angka 49 (melambangkan usia berdirinya Yayasan Buddha Tzu Chi). Selain itu juga ada formasi barisan membentuk kipas yang diikuti oleh para relawan Komite dan Biru Putih. “Saya sangat terharu atas dukungan dari semua tim sehingga apa yang telah dikoordinasikan telah melancarkan acara Waisak ini,” ujar salah satu koordinator barisan formasi, Ria Sulaeman.

Untuk melancarkan kegiatan ini, Ria menguatkan kesolidan sesama tim, melatih setiap ucapan agar tidak melukai sesama tim dan meningkatkan tenggang rasa. “Melatih diri untuk menghindari marah untuk kesuksesan acara Waisak ini,” tukasnya. Ria yang memperoleh tanggung jawab untuk formasi barisan membentuk huruf TC mengaku bahwa perlu kerja keras agar bisa mengumpulkan orang untuk membentuk formasi.

Ria Sulaeman (rompi) memberikan briefing kepada relawan yang membentuk formasi huruf TC sebelum acara dimulai.

Pada Waisak 2559 kali ini, formasi prosesi membentuk teratai, daun Bodhi, tulisan TC (merupakan kepanjangan Tzu Chi) dan angka 49, dan formasi barisan membentuk kipas.

Selain Ria, Nunu Widyaningsih, relawan Tzu Chi Bogor, Jawa Barat terus melakukan sosialisasi di daerah-daerah Bogor dan sekitarnya untuk mengumpulkan relawan dalam membentuk formasi barisan. Meskipun tidak gampang, Nunu terus bekerja keras untuk mengajak para relawan di sana. Banyak tantangan yang ia hadapi, namun hal ini tidak membuatnya lantas menyerah. “Sosialisasi di Bogor tantangannya lebih ke cuaca, seperti hujan. Ada 160 peserta dari Vihara Buddha Senna yang ikut dalam formasi barisan,” ucap Nunu.

Hari itu, Nunu juga mengajak empat orang anggota keluarganya. “Dalam prosesi Waisak ini diikuti oleh banyak orang sehingga doa yang terkumpul pada hari ini berasal dari banyak doa insan yang baik hatinya,” ungkapnya. Ia juga mengaku dengan mengikuti kegiatan Waisak ini, dapat mengingatkan diri untuk lebih berbakti kepada orang tua dan memperbaiki dirinya ke arah lebih baik.

Sementara itu Chandra Kirana, salah satu relawan He Qi Pusat tetap mengikuti prosesi Waisak hingga usai acara meskipun kondisi kakinya tertatih-tatih. Baginya, ini merupakan tekad rutin untuk mengikuti prosesi Waisak yang merupakan peringatan besar dalam agama yang dianutnya. “Waisak ini mengingat kembali proses lahir, pencapaian dan Parinibana Buddha. Buddha lahir ke dunia memberikan pembelajaran untuk lebih membina diri, membimbing diri sendiri, dan semua mahkluk,” ujarnya. Selama melakukan pradaksina, Chandra Kirana pun sangat tersentuh dan sempat meneteskan air mata. “Kehikmatan selama prosesi berlangsung yang membawa aura positif sehingga dapat merasakan penderitaan mahkluk,” katanya.

Penantian Panjang yang Menbuahkan Hasil

Chen Chen Shijie yang tinggal di daerah Gatot Subroto Jakarta Selatan mengikuti doa bersama sejuta insan, dan berada di posisi A3. Keinginan untuk mengikuti kegiatan Tzu Chi sudah sejak 2 tahun yang lalu, tetapi karena belum mengetahui caranya, penantian panjang tersebut berbuah pada hari ini. Selain mengajak 16 orang,  suami dan anaknya yang berusia 12 tahun juga turut ambil bagian mengikuti barisan. “Acara ini mempunyai tujuan yang jelas, dan dunia membutuhkan manusia yang peduli terhadap kondisi saat ini, dimana sering terhadi bencana alam dan juga kemerosotan moral dan hati nurani manusia. Saya yakin dengan berdoa mempraktikkan Dharma, perlahan hati  manusia akan kembali ke sifat hakiki Buddha,” ungkapnya.

Chen Chen merasa senang bisa mengikuti perayaan Waisak yang diselenggarakan Tzu Chi, ia masuk dalam salah satu barisan formasi.

Herlin (kiri) selain mendampingi anak didiknya yang ikut bersumbangsih pada formasi barisan Tzu Chi, ia juga mengikuti kegiatan perayaan Waisak ini.

Awalnya Chen-Chen dapat mengikuti Waisak Tzu Chi ini dari mengikuti bazar acara Cabaret perjalanan Biksu Tong Sam Cong yang diselenggarakan oleh Vihara Dhammasagara di Balai kartini, Jakarta Selatan. Ia pun mengetahui Tzu Chi sedang membutuhkan banyak relawan untuk acara Waisak. “Saya mengenal ajaran Buddha sejak Papa saya meninggal, sejak saat itu saya mulai mempelajari ajaran Buddha, mulai dari membaca hingga belajar melafalkan Liam Keng (kebaktian dalam bahasa Mandarin),” kisahnya. Saat ini ia juga aktif di bidang sosial di Vihara Dhammasagara, Tamansari, Mangga Besar dan Vihara Bodhidharma di daerah Daan Mogot, Jakarta Barat.

Salah satu yang tampak hadir di acara Waisak ini, Herlin, salah seorang Guru SMP di Sekolah Sila Paramita di wilayah Cipinang Jaya. Ia mengajar bahasa Indonesia dan merupakan salah seorang wali kelas. Ia menceritakan ada kebiasaan yang sangat baik untuk diterapkan oleh sekolahnya tersebut. “Setiap pagi sebelum pelajaran dimulai, setiap murid membahas kata perenungan,” ujar Herlin. Murid-murid (Sekolah Sila Paramita) yang mengikuti barisan pada hari ini sebelumnya telah mengikuti pelatihan sebanyak 3 kali di hari Jumat. “Dari sekolah kami ada sebanyak 100 orang yang ikut,” katanya.

Artikel Terkait

Tanamkan rasa syukur pada anak-anak sejak kecil, setelah dewasa ia akan tahu bersumbangsih bagi masyarakat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -